Happy Reading
Sabian saat ini tengah duduk di ruang kerja yang ada di mansion. Jemari kekarnya tengah sibuk mengetik sesuatu di laptop.
Tok...tok...tok...
Suara ketukan dari luar mengalihkan atensi pemuda itu.
"Masuk!" ucap Sabian. Tak lama pintu terbuka menampilkan seorang pemuda dalam balutan kemeja formal. Dia adalah Evander Pratama, asisten sekaligus sekretaris dari Sabian. Umurnya terpaut 3 tahun lebih tua dari kakak sulung Sabian. Evan masuk kemudian mendudukkan dirinya di depan Sabian. Ia menyerahkan sebuah stopmap.
Sabian mengangkat sebelah alisnya, "Apa?" tanyanya.
Evan menghembuskan napasnya, "Itu data-data yang lo minta soal keluarga Wijaya," balas Evan. Pemuda itu akan bersikap santai jika berhadapan dengan Sabian yang notabenenya adalah bosnya. Mereka sudah bersama-sama sejak kecil karena ayah Evan yang mengabdi pada keluarga Delion selama belasan tahun. Bahkan Sabian juga menganggap Evan seperti abangnya sendiri.
"Udah lengkap bang?" tanya Sabian seraya mengambil stopmap itu.
Evan mengangkat bahunya, "Nggak tahu sih lengkap atau enggak, tapi yang bisa gue dapat cuma itu," balas Evan.
"Emang kenapa sih lo, pake segala nyari tentang keluarga Wijaya," heran Evan.
"Ya pokoknya ada, udah sana lo keluar, lo juga masih ada kerjaan kan?" kata Sabian.
"Hilihh, terimakasih dulu kek, nyebelin banget lo," protes Evan. Mungkin jika yang protes itu karyawan lain, maka Sabian tidak akan segan-segan memecatnya.
Sabian mendengus kesal, "Thanks, udah sana!" usir Sabian. Evan menatap sinis ke arah bosnya itu kemudian pergi dari ruangan Sabian. Ia harus kembali ke kantor untuk mengerjakan berkas milik bosnya. Sepeninggal Evan dari pandangannya, Sabian lantas membuka stopmap itu dan mulai membacanya dengan cermat. Sabian sedikit terkejut dengan fakta yang ia dapati.
"Jadi bener dugaan gue kalau Elio itu ada hubungan sama keluarga Wijaya, dia anak bungsu dari Samuel Wijaya," monolog Sabian. Ia terus membuka-buka data yang dikirimkan oleh asistennya itu. Evan memang cukup handal jika diberi perintah untuk mencari data orang lain. Pemuda itu menyukai hal-hal yang berhubungan dengan IT dan juga merupakan seorang hacker.
"Zenio Allen Wijaya, ternyata dia cuma anak pungut. Tapi kenapa twins kayak lebih perhatian sama dia?"
"Kayaknya ada yang nggak beres, gue harus selidiki juga anak pungut itu, dia kelihatan seperti orang yang manipulatif dan licik, jangan sampai adek gue kenapa-napa cuma gara-gara anak sialan itu," geram Sabian.
"Samuel Wijaya, lo akan hancur di tangan gue kalau sampai El gue kenapa-napa," lirih Sabian dengan tajam. Ia bertekad mulai besok di akan mengirimkan mata-mata ke dalam keluarga Wijaya.
***
Elio saat ini sedang melaksanakan pembelajaran di jam terakhir. Ia merasa sedikit lelah dan mengantuk. Elio berharap bel segera berbunyi agar ia bisa segera berangkat ke tempat kerja. Sekitar 30 menit kemudian, bel pulang berbunyi. Elio segera mengemasi barang-barangnya. Ia pergi ke luar kelas bersama teman-temannya. Hari ini ia akan pulang menggunakan bus karena sepedanya masih ada di kafe.
"Eh kita main dulu yuk, males gue di rumah, gabut," ujar Arlo.
"Boleh aja sih," balas Cakra.
"Hm boleh, kamu gimana Yo?" tanya Denta.
"Eh maaf ya bang aku nggak bisa ikut, aku masih ada urusan di luar," balas Elio.
"Yahh...nggak seru dong kalau cuma bertiga," keluh Arlo.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELIO [ end ]
Teen FictionBUKAN BL!!!! "Ma, kenapa cuma masak seafood?" "Iya, soalnya Nio lagi pingin seafood," *** "Papa, Lio bisa minta tolong buat anterin Lio ke sekolah nggak?" "Papa nggak bisa Lio, papa harus antar kakakmu check-up," *** "Kak Jean, bisa temenin Lio tidu...