Happy Reading
Setelah kemoterapi yang ketiga kalinya, tubuh Elio mengalami drop. Remaja itu kini terbaring di atas ranjang rumah sakit. Sudah 3 hari Elio tak sadarkan diri dan beberapa kali mengalami kejang-kejang. Dokter Kenan mengatakan jika kemoterapi ketiga ini sepertinya mengalami kegagalan. Hal ini dikarenakan adanya resistensi kemoterapi. Resistensi ini terjadi saat kanker yang telah merespon terapi, tiba-tiba mulai tumbuh. Dengan kata lain, sel-sel kanker menolak efek dari kemoterapi.
Rama dan ketiga anaknya tentu sedih mendengar kabar dari Dokter Kenan. Rama memilih menemui Dokter Kenan untuk meminta pendapat mengenai pengobatan Elio. Karena keberhasilan kemoterapi Elio semakin kecil persentasenya.
"Sepertinya kita memang harus melakukan cara yang lain. Sel kanker di tubuh Elio semakin menyebar karena imun tubuhnya yang begitu lemah, bahkan kanker yang ada di tubuh Elio sudah memasuki stadium ke-4. Kemoterapi yang kita lakukan tidak berpengaruh banyak terhadap perkembangan Elio," tutur Dokter Kenan.
Wajah Rama terlihat pias, "Lalu apa yang harus kita lakukan untuk selanjutnya?"
"Kita harus melakukan transplantasi sumsum tulang belakang, namun menemukan pendonor yang cocok itu cukup sulit, saya akan berusaha mencari pendonor yang cocok untuk Elio," balas Dokter Kenan.
"Baik dok, tolong lakukan yang terbaik untuk anak saya, saya akan mencari pendonor untuk anak saya," ucap Rama dengan mantap. Dokter Kenan mengangguk. Rama kemudian pamit dari ruangan Dokter Kenan dan berjalan menuju ruangan Elio.
Ceklek..
"Gimana yah?" tanya Devian ketika ayahnya itu kembali. Rama menghela napasnya, pria itu mendudukkan dirinya di sofa.
"Dokter bilang, kemoterapi kali ini kemungkinan besar gagal. Dokter bilang kita harus segera melakukan transplantasi sumsum tulang belakang untuk Elio, tapi mencari pendonornya agak sulit," jelas Rama.
"Ayah tenang aja, kita semua akan bantu cari!" sahut Artha. Rama mengangguk, netranya melihat ke arah Sabian yang sedari tadi hanya diam. Semenjak Elio drop, Sabian lebih banyak diam dan melamun.
Rama menepuk pelan pundak sang anak, "Jangan sedih, El pasti kuat, dia akan selalu bersama kita," ujar Rama seraya mengusap surai Sabian.
"Sabian takut yah.." lirih Sabian. Rama memeluk bahu putra ketiganya itu. Ia tidak tega melihat Sabian yang kembali merasakan kehilangan seperti dulu.
"Shhttt...El pasti kuat, ayah yakin itu," ujar Rama. Devian dan Artha menatap punggung adiknya. Adik ketiganya yang biasa bersikap dingin dan tak acuh itu kini luluh dengan seorang remaja mungil yang bahkan belum lama hadir di hidupnya. Remaja mungil yang menghiasi hari-hari suram Sabian. Elio itu seperti pelangi di hidup Sabian yang begitu kelam dan gelap.
***
Satu minggu kemudian
Jean sudah sadar sejak dua hari yang lalu. Pemuda itu kini sedang menjalani masa penyembuhan di rumah sakit. Luka tusuk di perutnya perlahan mulai mengering.
Jean saat ini sedang berada di ruangan Ricky. Adiknya itu masih belum sadarkan diri. Papanya memilih untuk menjaga sang mama, sementara opanya seperti biasa, ia akan memantau perkembangan pencarian Elio.
Ceklekk...
Pintu ruangan Ricky dibuka. Pelakunya adalah Ricko.
"Udah pulang dek?" tanya Jean. Ricko hanya mengangguk kemudian mendekati kedua abangnya itu.
"Masih belum ada perkembangan ya bang?" tanya Ricko. Jean menggeleng lesu. Ia tidak menyangka dengan apa yang menimpa keluarganya. Jean sudah mengetahui semuanya, mulai dari mamanya drop, Ricky yang menjadi korban tabrak lari, dan Ricko yang selalu diintai oleh seseorang. Ia juga tahu jika pencarian Elio sampai saat ini belum membuahkan hasil. Suruhan dari Samuel dan Mario begitu kesulitan mencari Elio karena anak itu pergi tanpa meninggalkan jejak. Lebih tepatnya jejak Elio dihilangkan oleh seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELIO [ end ]
Teen FictionBUKAN BL!!!! "Ma, kenapa cuma masak seafood?" "Iya, soalnya Nio lagi pingin seafood," *** "Papa, Lio bisa minta tolong buat anterin Lio ke sekolah nggak?" "Papa nggak bisa Lio, papa harus antar kakakmu check-up," *** "Kak Jean, bisa temenin Lio tidu...