Epilog

52.7K 2.4K 209
                                    

Happy Reading

Di sebuah mansion yang tampak megah, terdengar keributan dari dalam karena makhluk mungil mereka alias si bungsu menghilang. Mansion besar itu adalah kediaman milik keluarga Wijaya dan keluarga Delion. Mereka sudah menempati mansion itu sejak 2 bulan yang lalu. Kedua keluarga yang sangat berpengaruh itu memutuskan untuk tinggal bersama, alasannya adalah Elio. Mereka ingin menjaga dan melindungi Elio bersama-sama.

Kini kedua keluarga itu tengah ribut karena hilangnya Elio. Entah pergi ke mana makhluk mungil itu. Padahal Elio tadi sedang duduk di depan televisi seraya memakan cookies coklat, namun remaja itu tiba-tiba menghilang. Mereka semua sudah menelusuri setiap sudut mansion yang kemungkinan disinggahi Elio, namun tetap saja remaja itu tidak ada.

Ricky mengacak-acak rambutnya, pemuda itu baru pulang dari kampus dan malah mendapati adiknya hilang. Oh iya Ricky sudah bisa berjalan normal berkat terapi yang ia lakukan. Untuk kuliah, ia berkuliah di tempat yang sama dengan adik kembarnya, hanya saja ia menjadi adik tingkat Ricko.

"Akhh...di mana sih adek, suka kebiasaan ngilang deh hihh gemes," gerutu Devian.

"Ini ada tempat yang belum kira datangin nggak sih?" tanya Rama.

Mereka terlihat berpikir, tiba-tiba Samuel menepuk tangannya, "Kandang Blue!" seru Samuel. Mereka membelalakkan matanya, tentu mereka tahu siapa itu Blue. Singa jantan milik Samuel itu ikut dipindahkan ke mansion ini dan diletakkan di taman ujung mansion.

"Hah..papa yang bener aja!" seru Sabian. Kedua keluarga itu saling menganggap satu sama lain sebagai keluarga sendiri.

"Tapi bener sih, cuma di sana yang belum kita datangin, siapa tahu aja kan Lio emang di sana. Satpam juga dari tadi nggak lihat Lio keluar mansion," sahut Ricko.

"Yaudah kita ke sana!" Artha segera berjalan ke arah belakang mansion. Mereka pun akhirnya mengikuti Artha.

Sesampainya di sana ternyata benar, remaja mungil itu berada di dalam kandang Blue. Entah bagaimana caranya dia masuk, padahal kandang besi itu terkunci. Singa jantan itu tampak tenang dengan Elio yang tertidur di tubuhnya. Tubuh mungil Elio bahkan hampir tidak terlihat karena badan Blue yang sangat besar.

"Astaga anak gue..." teriak Rama histeris. Ia takut anaknya itu dilahap oleh makhluk besar itu.

Rama menggoyang-goyangkan lengan kekar Samuel yang ada di sampingnya, "Sam..cepetan buru ambil anak gue Sam, keburu dilahap itu," panik Rama.

Samuel memutar bola matanya malas,  "Elio anak aku, aku yang buat!" tekan Samuel.

Rama berdecih dan menatap Samuel sinis, "Ck..udah buruan Sam ambil anak gue itu, gue panggang juga singa lo lama-lama," kesal Rama.

Samuel tersenyum remeh, "Sok-sokan mau panggang blue aku, orang kamu aja nggak berani," ejek Samuel.

Rama mendelik tidak terima, "Enak aja, gue berani ya!" sanggahnya.

Samuel terkekeh, "Yaudah sana masuk, ambil Elionya sendiri," ujar Samuel. Rama menatap ke arah Elio yang masih tertidur di tubuh besar Blue. Rama menggaruk tengkuknya, ia sedikit takut dengan hewan besar itu. Ingat ya, sedikit. Rama sebelumnya pernah dicakar oleh kucing dan hingga sekarang ia begitu takut melihat hewan yang memiliki cakar.

"Hehe lo aja deh Sam, buruan itu kasihan anak gue sakit pasti badannya," ujar Rama.

"Ckk..yaudah tapi kamu harus panggil aku abang dulu," titah Samuel. Pria itu membiarkan Elio berada di kandang Blue karena ia tahu singa jantannya itu tidak akan menyakiti anak bungsunya dan juga kandang Blue itu bersih, jadi Samuel tidak khawatir. Entah mengapa jika dengan Elio, singa miliknya itu menjadi jinak, padahal sebelumnya Blue hanya akan menurut pada Samuel.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang