Happy Reading
Flashback on...
Sabian pulang lebih awal karena hari ini guru-guru mengadakan acara di luar sekolah. Pemuda itu memutuskan untuk pulang ke mansion. Ketika mobilnya berhenti di lampu merah, netranya tidak sengaja melihat Elio tengah duduk di kursi belakang mobil milik keluarganya.
'El? Dia mau ke mana, bukannya masih sakit kok malah keluar,' batin Sabian. Lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, Sabian memutuskan untuk mengikuti Elio. Ketika sampai di depan sebuah rumah sakit, mata Sabian memicing.
"El ngapain ke rumah sakit," monolognya. Ia mengikuti langkah Elio yang hendak memasuki rumah sakit. Sabian melihat Elio hendak mengetuk pintu, namun urung karena ponselnya berbunyi. Rupanya remaja itu tengah bertelepon dengan ayahnya. Namun ucapan yang dilontarkan Elio membuat Sabian mengernyit.
'El mau jenguk temannya, siapa? perasaan 3 curut itu baik-baik aja dan ruangan itu bukan ruang inap,' batin Sabian. Sabian melihat Elio memasuki ruangan tersebut. Ia memutuskan untuk menunggu di luar sekaligus menguping pembicaraan orang yang ada di dalam.
Mata Sabian membelalak kaget saat mendengar pembicaraan Elio dengan Dokter yang ada di dalam. Mengetahui fakta yang baru ia dengar, ada rasa marah, sedih, dan takut di hatinya. Sabian masih terdiam di depan ruangan Dokter Kenan. Ia memutuskan untuk menunggu Elio hingga keluar.
Flashback off...
Elio terus menunduk, ia tak berani menatap ke arah Sabian. Tanpa aba-aba Sabian menarik lengan kecil Elio. Elio hanya diam mengikuti ke mana Sabian pergi.
"Pak Doni, El pulang sama saya!" ujar Sabian dengan wajah dinginnya.
"E...ehh iya tuan muda, kalau begitu saya duluan," Pak Doni segera berlalu dari hadapan mereka. Sabian membuka pintu mobilnya dan menyuruh Elio untuk masuk ke dalam. Tanpa banyak kata Sabian ikut masuk ke dalam dan menjalankan mobilnya menuju mansion. Tangan pemuda itu mencengkeram stir dengan kuat. Tubuh Elio sedikit bergetar. Tenggorokannya tercekat, ingin sekali dirinya menangis.
'Abang marah ya sama El,' batin Elio sendu.
Sesampainya di mansion, Sabian segera keluar dari mobilnya begitu saja. Pemuda itu bahkan menutup pintu mobil dengan cukup keras membuat Elio yang masih berada di dalam tersentak kaget. Elio tersadar, ia kemudian turun dari mobil dan ikut masuk ke dalam.
"El, udah jenguk temannya?" tanya Rama yang ternyata sudah kembali dari kantornya.
Elio sedikit tersentak, "E..eh ayah udah kok," balas Elio.
"Oh iya kamar kamu udah siap, kamarnya ada di samping kamar bang Artha ya, pintunya warna coklat," ujar Rama.
Elio mengangguk, "Yaudah El ke atas dulu ya yah, mau mandi gerah," ujar Elio yang mendapat anggukan dari Rama. Elio menaiki tangga satu per satu. Ketika sampai di tangga atas, ia berpapasan dengan Devian.
"Dek, kamu tahu nggak Sabian kenapa?" tanya Devian.
"A..aku enggak tahu bang, emangnya kenapa?" dusta Elio.
Devian menghembuskan napasnya, "Tadi muka dia kelihatan nyeremin banget, mana nutup pintunya kagak selow lagi, kan bikin creepy," ujar Devian.
Elio menggaruk tengkuknya, "Emm aku juga nggak tahu bang, nanti coba aku tanyain deh, yaudah aku ke kamar dulu ya, mau mandi," ucap Elio. Devian mengangguk lalu turun ke bawah.
Elio memasuki kamar barunya yang tampak mewah. Tema dari kamar tersebut adalah galaksi, sangat sesuai dengan selera Elio. Elio segera bersih-bersih di kamar mandi dan berganti pakaian. Remaja kecil itu mendudukkan dirinya di depan meja rias yang terdapat cermin besar. Tangannya menyentuh pipinya yang kini semakin menirus.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELIO [ end ]
Roman pour AdolescentsBUKAN BL!!!! "Ma, kenapa cuma masak seafood?" "Iya, soalnya Nio lagi pingin seafood," *** "Papa, Lio bisa minta tolong buat anterin Lio ke sekolah nggak?" "Papa nggak bisa Lio, papa harus antar kakakmu check-up," *** "Kak Jean, bisa temenin Lio tidu...