15

27.2K 2.1K 21
                                    

Happy Reading

Pak Dandi, Sang Kepala Sekolah merasa terkejut ketika pintu ruangannya ditendang dengan kasar. Ia hendak marah, namun ketika netranya bertubrukan dengan netra kelam milik Sabian, ia mengurungkan niatnya.

"A..ada apa tuan muda?" tanya Pak Dandi sedikit gugup.

"Siapa yang memindahkan Elio dari sini?" tanya Sabian to the point.

"A..aaa itu, saya juga kurang tahu, tapi waktu itu ada seseorang yang datang, beliau mengatakan jika dia adalah asisten dari orang tua Elio," jelas Pak Dandi.

"Orang itu yang mengurus kepindahan Elio, bahkan ia menyuruh saya untuk mencabut beasiswa dari Elio dan menyerahkan kepada orang lain," sambung Pak Dandi.

"Beasiswa Elio dicabut?" lirih Denta di belakang Sabian.

"Berkasnya!" pinta Sabian.

"Maksud anda berkas apa tuan muda?" tanya Pak Anton yang tak paham. Sabian mendengus kesal.

"Ee..anu itu pak maksudnya berkasnya Elio," sahut Erlan membantu menjelaskan.

"Ah sebentar," Pak Anton terlihat mengambil sebuah stopmap di dalam rak kaca. Kepala sekolah itu lantas memberikannya kepada Sabian. Sabian membuka berkas tersebut. Hal itu tak luput dari keenam curut di belakangnya yang terlihat penasaran.

"Ini bukannya nama asisten dari Samuel Wijaya ya?" tanya Dito ketika ia ikut melihat berkas milik Elio. Ia mengetahui nama asisten Samuel karena beberapa kali ikut ayahnya menghadiri rapat perusahaan, sehingga sudah tidak asing lagi dengan beberapa nama orang penting di dunia bisnis.

"Samuel Wijaya?" heran Sabian. Dalam benak mereka bertanya-tanya, ada hubungan apa Elio dengan salah satu pebisnis sukses itu, sampai-sampai asisten pribadinya mengurusi sekolah Elio.

"T..tunggu-tunggu, tadi bapak bilang asisten orang tua Elio kan?" tanya Arlo memastikan. Pak Dandi mengangguk.

"Terus tadi kak Dito bilang kalau nama asisten itu kayak nama asistennya Tuan Samuel Wijaya. Hm..apa mungkin kalau Elio itu adalah anak dari keluarga Wijaya?" tanya Arlo.

"Kalian juga ingat kan tadi pagi yang Elio dipanggil tuan muda," sambung Arlo kepada kedua temannya. Cakra dan Denta mengangguk. Sabian tak menghiraukan ucapan-ucapan mereka, meskipun di hatinya juga bertanya-tanya. Ia memilih membaca berkas milik Elio, ia ingin mengetahui ke mana Elio pindah.

'SMA Rajawali', ternyata bocah kecil itu sekolah di sana. Sabian lalu mengembalikan berkas kepada kepala sekolah dan melenggang keluar begitu saja. Teman-temannya hanya cengo, mereka lantas berpamitan kepada kepala sekolah dan ikut keluar dari ruangan itu.

"Si Sabian mau ke mana ya?" tanya Keano.

"Apa mungkin dia ke sekolah barunya Elio?" tambah Cakra.

"Ehh btw, tadi nama sekolahnya Elio apaan dah, gue kagak lihat," ujar Arlo.

"SMA Rajawali," balas Dito.

Denta memicingkan matanya, "Itu sekolah milik keluarga Wijaya kan?" tanyanya yang diangguki oleh teman-temannya.

"Kayaknya emang bener deh kalau dia tuh bagian dari keluarga itu," tutur Erlan.

"Nggak tahu juga, yaudahlah mending kita masuk ke kelas dulu udah bel tuh, biarin si Sabian kalau mau ke Elio, dia pasti kangen tuh bocil," balas Keano. Mereka pun memilih untuk kembali ke kelas masing-masing.

Di sisi lain

Sabian memilih untuk pulang ke mansionnya. Ia akan mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu. Baru nanti ia akan menjemput Elio ketika pulang sekolah.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang