31

26.2K 1.9K 17
                                    

Happy Reading

Saat Sabian turun ke bawah, rupanya keluarganya telah pulang dan tengah duduk di ruang makan.

"Habis ngapain kamu dek?" tanya Devian yang melihat adiknya sedikit kusut.

Sabian mendudukkan dirinya di samping kakak sulungnya, "Nenangin Elio,"

"Hah, Elio di sini?" tanya keluarganya kompak. Sabian mengangguk. Mereka hendak menemui Elio di kamar Sabian, namun Sabian melarangnya. Bisa-bisa remaja kecil itu rewel kembali karena terbangun.

"El nya lagi tidur, jangan ke sana dulu," ujar Sabian. Mereka pun mengangguk mengerti. Keluarga Delion itu mulai menyantap makan malam mereka. Selesai makan malam, Sabian mengajak ayah dan abangnya untuk membicarakan sesuatu di ruang keluarga.

"Jadi, apa yang mau kamu bicarain?" tanya Rama.

"Aku udah tahu identitas El," Keluarganya diam menyimak.

"Dari data yang Bang Evan cari, ternyata El itu anak bungsu dari Samuel Wijaya, ayah bener kalau mereka emang adopsi anak. Namanya Zenio Allen Wijaya, dia dipungut sama keluarga Wijaya 5 tahun yang lalu,"

"Kalian tahu, perlakuan kakak Elio sama Nio itu beda banget, mereka kelihatan melindungi Nio, namun selalu tak acuh sama Elio," tambah Sabian.

Keluarga Delion merasa geram, "Kamu tahu dari mana?" tanya Artha.

"Aku satu sekolah sama saudara El, dan aku tahu gerak-gerik mereka di sekolah. Aku juga udah ngirim mata-mata ke mansion Wijaya. Aku tahu kalau Elio sering tersiksa di keluarga kandungnya itu, aku lihat ada banyak luka-luka di tubuh Elio," geram Sabian.

"Elio bahkan sampai bekerja di sebuah kafe, entah apa alasannya. Dan hari ini, mata-mata aku bilang kalau El diusir dari mansion karena katanya dia dorong anak pungut itu. Tadi aku nyari El, beruntung aku nemuin dia di halte dekat taman,"

"Wah..nggak nyangka keluarga Wijaya sebejat itu," geram Devian. Rama bahkan sudah mengepalkan tangannya erat.

"Kalian tahu kan apa yang harus kalian lakukan!" desis Rama dengan sorot mata tajam.

"Samuel, lo akan menyesal karena sudah membuang permata seperti Elio," lirih Rama.

Lelaki paruh baya itu berdiri, "Ayah mau lihat El dulu,"

"Ikut..." serempak ketiga tuan muda Delion itu. Rama membuka pintu kamar Sabian dengan pelan. Keempat 'Delion' itu menatap tubuh mungil yang terbaring di atas ranjang dengan selimut tebal yang membungkusnya.

Cupp...

Rama mengecup pipi Elio yang terasa panas, "Dia demam ya?" tanyanya ketika melihat plester penurun panas di dahi Elio.

Sabian mengangguk, "Iya badannya panas banget, tapi tadi udah aku kasih obat,"

Artha dan Devian bergantian mengecup pipi dan hidung Elio.

"Cepet sembuh anak ayahh.." ucap Rama lalu mengecup kepala Elio dengan sayang. Lelaki paruh baya itu keluar dari kamar Sabian agar Elio bisa beristirahat dengan tenang. Artha dan Devian pun memutuskan untuk kembali ke kamar. Setelah ayah dan abangnya keluar, Sabian merebahkan dirinya di samping Elio. Pemuda itu tidur sambil memeluk Elio.

***

Pukul 00.37, Sabian terbangun ketika mendengar lirihan dari orang di pelukannya. Sabian tersentak ketika mendapati tubuh Elio yang bergetar hebat. Badan Elio sangat dingin.

"A..abang..A..Al," racau anak itu. Sabian panik.

"Dek, kamu kenapa, ada yang sakit lagi?" tanya Sabian dengan suara serak.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang