Happy Reading
Elio terbangun, matanya perlahan terbuka. Ia menemukan dirinya berada di ruangan serba putih. Di tangan kecilnya terdapat jarum infus yang menancap. Mata Elio menatap ke arah ranjang di sebelahnya di mana ada Devian, Artha, dan Rama yang sedang tertidur. Sementara Sabian tidur di sebelah Elio dengan posisi duduk di kursi.
"A...abang," lirih Elio. Sabian yang mudah terusik pun terbangun.
"Eunghh...dek udah bangun?" tanya Sabian. Elio mengangguk kecil. Sabian dengan cekatan mengambil sebotol air mineral yang ada di atas nakas. Ia membuka tutupnya dan meletakkan sebuah sedotan.
"Ini minum dulu!" Sabian membantu Elio untuk minum. Pemuda itu pamit ke kamar mandi sebentar untuk mencuci muka. Tak lama setelah Sabian pergi, ketiga 'Delion' yang lain terbangun. Mereka menatap ke arah Elio yang sudah membuka mata.
"Adek..ya Tuhan akhirnya kamu sadar juga," ucap Devian. Mereka mendekat ke ranjang Elio.
"Ada yang sakit boy?" tanya Rama yang dibalas gelengan oleh Elio.
"Sabian mana dek?" tanya Artha.
Mata Elio menatap ke arah pintu kamar mandi, "Lagi cuci muka," balas Elio. Sabian keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Rama dan kedua anaknya yang lain segera ke kamar mandi juga untuk mencuci muka.
"Baby, kamu lapar nggak?" tanya Sabian.
"Heem, El lapar banget abang," balas Elio.
"Makan bubur ayam mau nggak?" tawar Sabian yang diangguki oleh Elio. Pemuda itu menunggu Keluarganya keluar dari kamar mandi. Setelah mereka keluar, Sabian menanyakan menu sarapan mereka. Ternyata mereka juga ingin bubur ayam, alhasil Sabian pergi keluar untuk membelinya.
Beberapa menit kemudian, Sabian kembali dengan menenteng dua kantong kresek di tangannya. Mereka segera memakan sarapannya. Artha membantu Elio untuk makan terlebih dahulu.
"Ayah sama abang-abang kok masih di sini, kalian enggak kerja atau sekolah gitu?" tanya Elio heran.
"Enggak kita mau jagain kamu, cuti sehari enggak rugi kok hehe..." balas Devian. Elio hanya mengangguk saja. Rama mendekat ke arah Elio dan mendudukkan dirinya di kursi samping Elio. Pria paruh baya itu mengusap surai Elio.
"El, waktu itu El bilang ingin sembuh, Kalau gitu sekarang El mau kan ikutin saran Dokter Kenan untuk kemoterapi," ucap Rama. Seketika ruangan itu menjadi hening.
Elio nampak terdiam, namun di matanya terlihat seperti ada ketakutan, "A..ayah El memang ingin sembuh, tapi kemoterapi itu sangat mahal, El nggak punya uang sebanyak itu," lirih Elio.
Rama menggeleng, "Boy, kamu nggak perlu khawatir, ayah yang akan menanggung semua biaya pengobatan kamu," ujar Rama.
"Bener dek, kamu hanya tinggal fokus dengan pengobatan yang kamu jalani," sahut Sabian.
Elio menghela napasnya, "El tahu kalian kaya, tapi uang itu lebih baik digunakan untuk hal yang berguna kan. Kemoterapi itu nggak cuma dilakukan sekali dan tingkat keberhasilannya juga tidak begitu besar, terlebih penyakit El udah parah. Jadi, buat apa kalian habisin uang cuma untuk orang yang penyakitan kayak Elio," Tenggorokan Elio terasa tercekat. Matanya berkaca-kaca.
"Shtt...jangan bilang kayak gitu, uang kami uang El juga, El juga anak ayah, El juga adiknya abang. Jangan pernah ucapin kata-kata kayak gitu, abang nggak suka. Kamu tahu, El itu sangat berharga untuk kami. Abang mau El sembuh karena abang masih pingin El ada di samping kami, jadi abang mohon El mau ya ikutin apa kata dokter," Artha mencoba menbujuk Elio. Pemuda irit kata itu bahkan berbicara panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELIO [ end ]
Teen FictionBUKAN BL!!!! "Ma, kenapa cuma masak seafood?" "Iya, soalnya Nio lagi pingin seafood," *** "Papa, Lio bisa minta tolong buat anterin Lio ke sekolah nggak?" "Papa nggak bisa Lio, papa harus antar kakakmu check-up," *** "Kak Jean, bisa temenin Lio tidu...