32

32.4K 2.4K 19
                                    

Happy Reading

Malam harinya, Elio tengah berkumpul bersama dengan keluarga Delion. Anak itu asyik berceloteh mengomentari kartun yang ia tonton. Tangannya memeluk setoples cookies coklat yang tadi ia ambil di dapur.

"Dek.." panggil Sabian. Elio mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Mulut anak itu bahkan belepotan remahan cookies. Sabian membersihkan bibir Elio dengan jarinya lalu mengangkat tubuh kecil itu agar duduk di pangkuannya.

"Ishh..Abang, El mau duduk di bawah!" protesnya.

Sabian menggeleng, "Enggak di sini aja," tekan pemuda itu. Elio mendengus kesal.

"El, ayah boleh minta sesuatu nggak?" tanya Rama dengan nada serius membuat mereka yang ada di sana ikut melihat ke arah Rama.

"Boleh kok yah, ayah mau minta apa?" ucap Elio.

Rama terlihat ragu untuk berbicara, "Tapi beneran dikabulin ya, ayah sebenarnya nggak mau maksa, tapi ya mau gimana lagi, ayah mau tau semuanya," ujar Rama membuat Elio kebingungan. Sementara ketiga putra Delion yang lain mengerti arah pembicaraan sang ayah.

Mata Elio memicing, "Emang ayah mau minta apa sih?"

Rama menghembuskan napasnya pelan, "Ayah minta kamu ceritakan tentang kamu semuanya, mulai dari masa lalu kamu, keluarga kamu, dan yang lain-lain, ayah cuma mau memastikan sesuatu,"

degg...

Jantung Elio berdetak lebih kencang. Dalam benaknya ia sudah berpikiran macam-macam. Apakah keluarga Delion akan ikut membuangnya jika ia menceritakan masa lalunya? Apa mereka juga akan menganggap dirinya pembunuh?

Melihat Elio melamun dengan wajah sendu membuat Rama dan ketiga Delion lainnya merasa tidak nyaman. Rama mendekat ke arah Elio yang masih berada di pangkuan Sabian.

"Boy..maaf kalau ayah terkesan ingin tahu, kalau kamu belum siap ayah nggak akan memaksa kok, yang perlu kamu ketahui kita semua di sini sayang banget sama El, kita cuma nggak mau El nanggung beban sendirian, boleh kok sekali-kali El bagi keluh kesah El sama orang lain yang kamu percaya," jelas Rama panjang lebar.

"Kita akan selalu menyayangimu, nggak peduli masa lalu El itu kayak apa," sambung Rama dengan senyum di wajahnya.

Penjelasan dari Rama membuatnya sedikit tenang, "E..El akan cerita sekarang aja yah," cicit Elio.

Rama mengusap rambut Elio, "Kalau belum siap nggak apa-apa, jangan dipaksa,"

Elio menggeleng ribut, "Enggak-enggak, El udah siap kok, El akan cerita sekarang,"

Rama mengangguk. Elio mulai menceritakan tentang dirinya, mulai dari ia adalah bungsu dari keluarga Wijaya, kejadian di masa lalu, Nio yang sebagai anak angkat, dan perlakuan-perlakuan keluarga Wijaya terhadap dirinya. Keluarga Delion merasa marah mendengar cerita Elio. Bocah itu bahkan sampai menangis tersedu-sedu. Sabian segera menggendong Elio dan menimang anak itu agar tertidur. Tak butuh waktu lama, Elio tertidur di gendongan Sabian.

"Aku bawa El ke kamar dulu!" pamit Sabian. Pemuda itu kemudian naik ke atas kamarnya. Sabian turun lagi ke bawah setelah membaringkan Elio di ranjangnya. Ia mendudukkan dirinya di depan sang ayah.

"Jadi, kita mulai dari apa dulu?" tanya Artha.

Mata Rama terlihat menerawang, "Wijaya's company," ujarnya. Anak-anaknya seketika mengerti maksud Rama.

"Oh iya dek, kata kamu, kamu ngirim mata-mata kan di keluarga Wijaya?" tanya Devian. Sabian mengangguk.

"Suruh dia awasi setiap gerak-gerik keluarga Wijaya, laporin setiap kejadian yang menarik, atau suruh dia ikut rencana balas dendam ini," sorot mata Devian menajam, sangat berbeda dengan biasanya yang selalu menampilkan sorot mata hangat.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang