39

28.3K 1.8K 17
                                    

Happy Reading

Samuel dan yang lainnya tak peduli dengan tangisan Nio. Mereka muak melihat anak itu. Ricky mendekat ke arah Nio.

Bughhh..

Satu pukulan mendarat di pipi Nio, membuat ujung bibir remaja itu sobek.

"A..abang hikss...k..kenapa pukul Nio," ucap Nio.

"Jean bawa anak itu ke ruang biasa!" titah Samuel mutlak. Jean segera menarik tangan Nio dengan kasar. Ia tidak memedulikan teriakan Nio yang meminta untuk dilepaskan.

"BARON..." teriak Samuel memanggil salah satu bodyguardnya.

"Hah..hah..ada apa tuan?" balas Baron dengan napas terengah-engah.

Samuel menatap anak buahnya itu, "Tangkap Si Sialan Nia itu, bawa ke ruang biasa, jangan sampai dia kabur, kabari yang lain!" ujar Samuel datar.

"Siap tuan!" Barok segera pergi memanggil teman-temannya.

"M..mas hikss...Elio.." lirih Liana yang membuat Samuel terdiam. Dia kembali merasa bersalah.

"Shhtt..mama tenang dulu ya, papa akan urus ini dulu, nanti kita cari Lio sama-sama ya. Sekarang mama istirahat dulu di kamar, ya!" ucap Samuel.

"T..tapi pah.."

"Hustt..udah ya mama jangan khawatir, sekarang istirahat dulu, kamu belum pulih okey," Samuel mencoba menenangkan sang istri. Liana hanya mengangguk pasrah, ia kemudian kembali ke kamar dengan dibantu Samuel.

Sementara itu, Jean masih terus menarik Nio dengan diikuti oleh Si Kembar.

"A..abang lepasin Nio hikss..sakit.." ucap Nio. Remaja itu sedikit meronta, namun tenaganya kalah jauh dengan Jean.

"Abang sakit..."

"DIAM..berisik banget sih lo," sentak Ricko. Ia menatap bengis ke arah Nio.

Di dapur, para pelayan melihat kejadian tersebut, termasuk Bi Nia. Wanita itu merasa heran mengapa Nio diseret seperti itu, padahal mereka sangat menyayangi anak kandungnya tersebut.

"Itu Den Jean kenapa narik-narik Den Nio, mana kasar begitu?" tanya Inne.

"Nggak tahu juga, perasaan mereka sayang banget sama Den Nio, nggak pernah aku lihat mereka kasar kayak gini," balas Bi Surti. Emily tersenyum licik di dalam hati melihat drama yang tak jauh di depannya. Akhirnya kelakuan iblis kecil itu terbongkar.

Bi Nia sedikit cemas melihat anaknya yang diseret dengan tidak berperikemanusiaan. Sedetik kemudian matanya membelalak kaget.

'A..apa jangan-jangan Nio...Wahh nggak bisa nih, aku harus pergi dari sini, bisa-bisa aku keseret nanti,' batin Bi Nia dengan ketakutan. Wanita itu melangkah diam-diam menuju taman belakang. Ia akan pergi lewat pintu belakang. Namun sayangnya, semua area mansion sudah dikepung oleh para bodyguard, sehingga Bi Nia kesulitan untuk pergi.

"TANGKAP DIA..." teriak salah satu bodyguard yang melihat Bi Nia. Wanita itu terkejut, ia mencoba untuk melarikan diri.

Dorr...

"Akhhh..." teriak Bi Nia kesakitan. Rupanya salah satu bodyguard menembak kakinya. Ia mencoba untuk bangkit, namun tangannya segera ditarik oleh seorang bodyguard.

"Lepasin..apa yang kalian lakukan, mengapa kalian menembak saya shh.." Bi Nia terlihat meringis kesakitan.

"Jangan banyak bicara!" tekan Baron.

"Bawa wanita itu!" sambung Baron. Seorang bodyguard dengan tato di lengannya menyeret tubuh Bi Nia begitu saja. Wanita itu terus meronta hingga lama-kelamaan dirinya pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit di kakinya.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang