Happy Reading
Elio mengayuh sepedanya dengan sedikit lesu. Sepulang sekolah tadi ia pergi ke rumah sakit untuk bertemu Dokter Kenan. Dokter muda itu lantas melakukan pemeriksaan pada tubuh Elio untuk memantau sejauh mana perkembangan sel kanker yang ada di tubuh remaja itu. Elio kembali mengingat perkataan Dokter Kenan.
Flashback on...
Dokter Kenan menyerahkan kertas hasil pemeriksaannya kepada Elio. Pemuda itu terlihat menghembuskan napasnya dan melihat ke arah Elio dengan pandangan yang rumit.
"Dokter...i..ini maksudnya?" Elio berkata dengan kaku saat matanya membaca hasil pemeriksaannya hari ini.
"Elio, kanker yang ada di tubuh kamu sudah masuk ke stadium 3. Bahkan belum ada 2 minggu, sel kankernya sudah berkembang secepat itu. Saya khawatir, terlebih dengan imun tubuh kamu yang lemah." jelas Dokter Kenan.
"Saya hanya ingin menyarankan agar kamu segera melakukan pengobatan dengan kemoterapi, namun sebelum itu kedua orangtuamu harus mengetahui hal ini terlebih dahulu, mengingat efek dari kemoterapi yang tidak main-main," sambung Dokter Kenan.
Elio hanya diam merenung, "Dokter saya nggak mau bikin keluarga saya repot, pasti akan sulit merawat orang yang penyakitan kayak saya," lirih Elio. Dokter Kenan tertegun mendengar ucapan Elio. Ia tidak tahu bagaimana hubungan remaja itu dengan keluarganya, tapi yang ia tangkap dari sorot matanya, sepertinya remaja kecil itu menanggung beban yang cukup berat.
"Hei dengerin Dokter, nggak ada seorang anak yang nyusahin ataupun ngerepotin keluarganya," Dokter Kenan berjalan mendekati Elio dan mengelus surai remaja itu.
"Ada dok, Elio itu cuma beban buat mereka. Elio nggak mau bikin mereka repot dan kesusahan karena Elio penyakitan," Elio menatap Dokter Kenan dengan mata yang berkaca-kaca. Dokter Kenan yang merasa iba segera menarik Elio ke dalam pelukannya. Kepala remaja itu terbenam di perutnya karena posisinya ia berdiri dan Elio duduk di kursi.
"Lio anak baik..Lio anak yang kuat, kamu nggak ngerepotin siapapun kok, kamu mau sembuh kan?" Elio hanya mengangguk di pelukan dokter muda itu. Dokter Kenan merasa basah di area perutnya, ternyata Elio menangis.
"Elio mau sembuh, tapi Elio takut.." lirih Elio.
'Lio takut nggak ada orang yang mengharapkan kehadiran Lio lagi,' lanjutnya di dalam hati.
"Lio kan pemberani, dokter yakin kamu pasti sembuh kok, jadi kamu harus semangat oke, pokoknya dokter akan bantu kamu semaksimal mungkin," ujar Dokter Kenan menenangkan.
"Gimana udah tenang?" tanya Dokter Kenan.
Elio melepas pelukan Dokter Kenan dan tersenyum canggung, "S..sudah, emm..maaf ya dokter bajunya jadi basah," sesal Elio dengan wajah tidak enak. Dokter Kenan tersenyum, ia menghapus jejak air mata yang ada di pipi Elio.
"Enggak apa-apa kok," balasnya.
"Yaudah dok kalau gitu Lio pulang dulu ya, masih ada urusan juga," pamit Elio.
"Iya, ingat jangan melakukan pekerjaan yang terlalu berat, pokoknya jangan sampai kamu kelelahan dan ngedrop. Obatnya juga harus rutin diminum," nasihat Dokter Kenan.
"Siap Dokter," balas Elio. Remaja itu kemudian keluar dari ruangan Dokter Kenan hendak menuju kafe tempatnya bekerja.
Flashback off...
Elio sampai di depan Kafe Kenanga, ia segera masuk ke dalam.
"Lio kok baru datang?" tanya Mas Ardi setelah Elio mengganti pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELIO [ end ]
Novela JuvenilBUKAN BL!!!! "Ma, kenapa cuma masak seafood?" "Iya, soalnya Nio lagi pingin seafood," *** "Papa, Lio bisa minta tolong buat anterin Lio ke sekolah nggak?" "Papa nggak bisa Lio, papa harus antar kakakmu check-up," *** "Kak Jean, bisa temenin Lio tidu...