02

33K 2.6K 15
                                    

Happy Reading

Sabian dan Elio sampai di depan kelas X Mipa 1. Sabian lantas mengetuk pintu kelas, hingga seorang guru perempuan terlihat membukakan pintu tersebut.

"Oh Sabian? ada apa?" tanya guru tersebut.

"Anak baru," balas Sabian singkat. Guru tersebut tampak mencerna perkataan muridnya itu, sebelum kemudian ia mengangguk paham.

"El, abang ke kelas dulu ya, nanti istirahat jangan keluar dulu, tunggu abang jemput, nggak ada bantahan oke!" ucap Sabian yang membuat guru perempuan itu terkejut, mengingat Sabian yang sangat minim kata dan ekspresi di setiap saat.

Elio mengangguk, "Iya abang," balasnya.

"Yaudah abang ke kelas dulu ya," Sabian menyempatkan diri untuk mengecup dahi serta mengusak surai Elio sebelum beranjak pergi.

"Ayo nak, masuk ke dalam, kita perkenalan dulu!" ucap guru perempuan itu. Elio lalu mengikuti sang guru masuk ke dalam kelas.

"Anak-anak mohon perhatiannya dulu, ini ada teman baru kalian yang akan perkenalan," ucapan guru tersebut mengalihkan atensi murid-murid yang tengah sibuk sendiri-sendiri.

"Ayo silahkan perkenalkan diri kamu!"

Elio mengangguk, ia tersenyum cukup lebar ke arah teman-teman barunya. Satu kata untuk Elio saat ini, imut. Bahkan banyak murid di kelas tersebut yang gigit bibir melihat wajah menggemaskan Elio.

"Hallo teman-teman, nama saya Elio Deanendra, kalian bisa panggil saya Lio," ucap Elio dengan nada ramah.

"Baiklah Lio, perkenalkan nama Ibu Anindita, kamu bisa panggil Ibu Dita, saya di sini sebagai guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas kamu," jelas Bu Dita.

"Apakah ada yang mau ditanyakan anak-anak?" tanya Bu Dita. Terlihat seorang remaja lelaki berkulit coklat eksotis mengangkat tangannya. Bu Dita mempersilahkan remaja tersebut untuk bertanya.

"Cil, kamu umur berapa, kok kelihatan masih kayak anak SMP sih?" tanya lelaki itu heran.

"Umurku 13 tahun, dan sorry aku bukan bocil," balas Elio menatap remaja itu sedikit sengit karena dipanggil bocil.

"Hehe ya maaf atuh," balas pemuda itu.

"Sudah-sudah, Elio silahkan duduk di bangku yang kosong itu ya," Bu Dita menunjuk sebuah kursi kosong di belakang lelaki berkulit eksotis tadi. Elio melangkahkan kakinya, kemudian meletakkan tas dan mendudukkan dirinya di kursi.

"Baiklah anak-anak karena jam ini ibu ada urusan di luar, jadi kalian kerjakan saja buku paket halaman 60-61 ya, nanti dikumpulkan di meja ibu, Denta tolong kondisikan kelasnya, jangan lupa tugasnya!" ucap Bu Dita.

"Untuk Lio, kamu bisa berbagi dulu ya bukunya sama teman sebangku kamu, nanti pas istirahat baru ambil buku paket di perpustakaan," sambung Bu Dita.

"Iya bu," balas Lio. Tak lama kemudian Bu Dita berjalan meninggalkan kelas.

"Eh woi cil, kenalin nama gu...aku Arlo Dewangga, panggil Abang Arlo," remaja berkulit eksotis tadi yang tak lain adalah Arlo membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Elio, begitupun dengan teman sebangku lelaki itu.

"Ihh udah dibilang aku bukan bocilll...." kesal Elio. Ketiga pemuda di dekatnya hanya terkekeh.

"Udah jangan marah, kan kamu emang masih kecil, oh iya kenalin nama abang, Cakra Alvano Putra, panggil aja Bang Cakra," sahut remaja di samping Arlo. Elio mengangguk lalu mengarahkan pandangannya ke samping, di mana terdapat rekan sebangkunya.

"Kalau kakak siapa?" tanya Elio.

"Denta Abimanyu, panggil Abang Denta," balas Denta singkat.

"Maklum aja ya cil, dia emang gitu, kayaknya kalau ngomong panjang tuh harus bayar pajak," gurau Arlo. Sebenarnya Denta bukanlah orang yang dingin, ia hanya malas berbicara banyak, capek.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang