36

35.2K 2.2K 19
                                    

Happy Reading

Sore ini mansion Delion tampak ramai karena kedatangan teman-teman Elio dan Sabian. Para remaja itu mengatakan kepada Sabian jika mereka merindukan Elio, alhasil Sabian mempersilahkan mereka untuk ke mansion sepulang sekolah. Kini mereka tengah asyik menonton film seraya memakan camilan yang sudah disediakan oleh maid.

"Ihh Arlo jangan cium-cium Lio!" protes Elio ketika pipinya sedari tadi diciumi oleh sang sahabat. Mata anak itu menatap tajam ke arah Arlo, namun jatuhnya bukan menyeramkan, namun imut dan lucu. Arlo hanya terkekeh.

"Habisnya gue kangen banget sama lo bocil, udah berhari-hari lo kagak masuk, mana dihubungi kagak bisa. Berasa dighosting gue," ujar Arlo mendramatisir.

"Ya maaf, kan Lio lagi sakit," balas Elio.

"Lo jadinya homeschooling cil?" tanya Keano. Tadi Sabian sudah menceritakan semuanya kepada mereka, atas paksaan mereka sebenarnya. Mereka merasa geram terhadap keluarga Elio, di sisi lain mereka juga merasa sedih dengan keadaan Elio. Mereka janji akan selalu mendukung dan menjaga Elio.

"Iya," balas Elio lalu matanya kembali menatap ke arah televisi.

Tap..tap..tap...

Seseorang terlihat mendekati Elio, dia adalah Artha. Pemuda itu menyerahkan paper bag kepada Elio.

Elio menerima paper bag tersebut dengan raut bingung, "Ini apa bang?" tanya Elio.

"Ponsel buat kamu," balas Artha.

"Eh...padahal abang nggak perlu repot-repot kasih ini," ujar Elio.

Artha mengusap surai Elio, "Nggak apa-apa, kan abang yang mau ngasih. Ponselnya kamu gunain baik-baik, tapi jangan kebanyakan main ponsel, abang nggak mau kamu tambah sakit,"

"Ay..ay..kapten," balas Elio dengan semangat. Ia juga bosan karena tidak memegang ponsel.

"Yaudah abang ke atas dulu ya," Elio mengangguk.

"Wahh abang sulung lo jadi lembut gitu ya kalau sama Lio," kagum Erlan setelah Artha pergi. Sabian hanya mengangkat bahunya.

Di sisi lain

Ricko mengendarai motornya menuju apotek yang kemarin ia datangi.

"Misi mbak," ucap Ricko.

"Oh kakak yang kemarin ya?" tanya apoteker memastikan. Ricko mengangguk.

"Sebentar ya kak saya ambilkan dulu obat yang kemarin," Si Apoteker berjalan ke arah belakang, kemudian kembali lagi dengan sebuah botol di tangannya.

"Jadi, obat apa ini?" Ricko mengangkat alisnya.

"Dari pengecekan yang sudah saya lakukan, jenis obat ini adalah imatinib mesylate. Obat seperti ini digunakan oleh dokter untuk mengobati pasien kanker terutama kanker darah, obat ini digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker yang ada di dalam tubuh," jelas Si Apoteker. Ricko tentu saja terkejut. Mengapa adiknya mempunyai obat kanker? Apakah benar obat ini milik adiknya? Namun tidak mungkin obat ini milik orang lain di saat ia menemukannya sendiri di kamar Elio.

"K..kanker?" lirih Ricko. Perasaan Ricko saat ini campur aduk. Remaja itu kemudian memilih untuk segera pulang ke mansion. Ricko mengendarai motornya dengan pikiran yang berkecamuk. Sesampainya di mansion, ia buru-buru masuk ke kamar Elio. Ia mengobrak-abrik isi kamar itu untuk mencari sesuatu. Ketika membuka nakas milik Elio, netranya tak sengaja melihat stopmap dengan nama sebuah rumah sakit.

"Rumah Sakit Pelita? Ini tempat yang waktu itu gue anterin dia kan ya?" monolognya. Remaja itu lantas membuka map tersebut.

Degg...

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang