42

28.1K 1.7K 15
                                    

Happy Reading

Keesokan harinya, Samuel masih terus mencari siapa pelaku penusukan Jean dan pelaku tabrak lari Ricky. Namun hasilnya nihil, polisi bahkan kesulitan mencari pelakunya hingga saat ini. Liana koma setelah mendengar kabar Ricky yang kritis pasca kecelakaan. Samuel melampiaskan perasaannya dengan terus menyiksa Nio dan ibunya.

Setiap hari ia akan melukai tubuh Nio dan Nia. Samuel bahkan meminta anak buahnya yang biseksual untuk menyetubuhi Nio dan ibunya. Keadaan dua orang itu sungguh mengenaskan, namun Samuel belum ingin mereka mati.

Samuel juga menyewa detektif handal untuk mencari anak bungsunya. Namun lagi dan lagi, ia kesulitan. Anak bungsunya itu hilang bagai ditelan bumi. Padahal tanpa ia ketahui, Elio berada tak jauh dari sini.

Hari ini Elio akan melakukan kemoterapi yang ketiga kalinya. Dokter Kenan sudah memastikan keadaan Elio sebelumnya. Dokter Kenan keluar dari ruangan Elio setelah melakukan rangkaian kemoterapi.

"Bagaimana dok?" tanya Rama.

"Syukurlah kemoterapi yang ketiga sudah selesai. Efek dari kemo ini mungkin akan bertambah, seperti gangguan pencernaan, anemia atau bahkan gangguan memori. Tetap dampingi pasien, saya akan melakukan pengecekan lebih lanjut, mengingat respon tubuh Elio yang sedikit lambat," jelas Dokter Kenan.

"Baik dok terimakasih," Dokter Kenan mengangguk lalu pamit menuju ruangannya. Rama dan Artha masuk ke ruangan Elio. Sabian dan Devian sedang berada di kampus dan sekolah karena Rama yang meminta. Kedua anaknya itu sering sekali membolos.

"A..ayahh.." lirih Elio. Rupanya anak itu telah sadar. Rama dan Artha mendekat ke ranjang Elio.

"Iya sayang..ada yang sakit, bilang ke ayah atau abang!" ujar Rama.

Elio memegang dadanya yang terasa sesak, "A..ayah..ab..bang s..sakitt," ucapan Elio terbata-bata.

"S..sesak ayah...hikss.." Elio mulai menangis. Ia merasa kesulitan bernapas, seperti ada sesuatu yang mengganjal paru-parunya.

"Shh..iya boy, jangan nangis nanti tambah sesak...ayah panggilkan dokter ya!" bujuk Rama namun Elio menggeleng.

Artha mengusap dada Elio dengan pelan, "Sttt...napas dengan pelan, buka mulut adek buat bantu napas sementara," ujar Artha lembut. Elio menuruti perkataan Artha. Remaja itu membuka mulut untuk membantu bernapas. Lama kelamaan napas Elio mulai stabil. Namun tiba-tiba darah segar mengalir dari hidung Elio.

Cepat-cepat Artha mengangkat kepala Elio, sementara Rama mengambil tisu. Rama mengusap hidung Elio dengan tisu. Cukup lama Rama membersihkan darah Elio karena terus keluar.

"Hikss...pusing a..ayah.." tangan kecil Elio memukul-mukul kepalanya. Artha segera memegang tangan Elio.

"Jangan dipukul-pukul baby, nanti tambah sakit," tegur Artha.

"Bobo ya, mau ayah gendong?" tawar Rama.

"M..mau gendong sama abang," lirih Elio. Artha mengangguk, pemuda itu lantas mengangkat Elio ke dalam gendongannya. Menepuk-nepuk pantat Elio hingga anak itu tertidur. Tak lama kemudian, Elio tertidur. Namun, saat Artha akan merebahkan Elio, anak itu terusik dan kembali menangis. Alhasil Elio tidur di pangkuan Artha yang kini duduk menyender di ranjang rumah sakit.

***

Bughh...

Bughh...

Suara perkelahian terdengar dari arah rooftop sekolahan. Dua orang yang saling baku hantam itu adalah Sabian dan Ricko. Tadi saat Sabian tengah merokok di rooftop, tiba-tiba Ricko datang dan langsung menonjoknya. Sabian tentu saja tidak terima. Ia membalas pukulan Ricko dan terjadilah perkelahian itu.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang