11

27K 2.2K 37
                                    

Happy Reading

Samuel mengetatkan rahangnya, "DARI MANA KAMU HA? KENAPA ENGGAK PULANG SEMALAMAN...MAU JADI BERANDALAN KAMU, IYA..." bentak Samuel.

"Ikut papa!" Samuel menarik lengan Elio dengan kasar. Elio tentu saja memberontak meskipun tenaganya kalah jauh dari sang papa.

"P..pahh lepas s..sakit pah.." rintih Elio. Samuel tidak memedulikan rintihan sang anak. Dirinya tengah dikuasai emosi saat ini.

Brakk...

Samuel membuka pintu gudang belakang mansion dengan keras. Ia menghempaskan tubuh kecil Elio dengan kasar. Elio pun terjatuh, punggungnya menabrak tumpukan kursi dengan keras.

"Akhh..." Elio meringis merasakan ngilu di punggungnya.

Srekk..

Samuel melepas ikat pinggangnya. Ia juga melepas hoodie yang dipakai Elio dengan kasar.

"Anak nakal harus dihukum kan?" ucap Samuel datar.

Elio bergetar ketakutan, "A..ampun pa..jangan hukum Lio,...Lio bisa jelasin," mohon Elio.

"Apa yang mau kamu jelasin hah? JELASIN KALAU KAMU BERKELIARAN DI LUARAN SANA SEMALAMAN, IYA GITU.." teriak Samuel.

"E..enggak pa..aku..Akhhh," ucapan Elio terpotong ketika Samuel mulai mencambuk punggungnya dengan ikat pinggang.

Ctarr...

Ctarr...

"Akhhh...aampun pah, maafin Lio...Akhhh j..jangan," teriak Elio kesakitan.

Ctarrr...

Ctarr...

Samuel tidak memedulikan anak bungsunya yang kesakitan. Ia terus mencambuki tubuh mungil Elio tanpa ampun.

Ctarr...

"Akhh..t..tolong pah..udah..s..sakit pah hikss...," Elio mulai menangis.

"DIAM KAMU SIALANN..ANAK NAKAL SEPERTI MU HARUS DIHUKUM," teriak Samuel. Cukup lama Samuel menghajar Elio hingga putra bungsunya itu terkulai lemas dengan darah yang mengotori punggung kecilnya.

"Ingat, kalau sampai kamu berani berbuat seperti ini lagi, papa nggak akan segan-segan buat hukum kamu, jangan sampai perbuatan kamu ini mencoreng nama baik keluarga Wijaya," ucap Samuel penuh peringatan.

"Nikmati hukumanmu," Samuel kemudian keluar dari gudang dan menguncinya.

"Hikss..s..sakitt...aa..ayahh..tolong," Elio merasakan sakit yang luar biasa, tak hanya fisiknya yang sakit tapi juga hatinya. Tangan Elio mencoba meraba punggungnya meski kesulitan. Basah, itulah yang dirasakan dirinya. Ia lalu menarik tangannya. Dan benar saja, tangannya merah karena terdapat darah segar yang berasal dari punggungnya.

Suhu tubuh Elio kembali meningkat. Anak itu bahkan belum sembuh sepenuhnya dari demam, namun ia harus merasakan sakit yang bahkan lebih dari yang ia rasakan semalam. Lama kelamaan kesadaran Elio semakin menipis. Matanya terpejam diikuti oleh tetesan darah yang keluar dari hidung bangirnya.

***

Setelah keluar dari gudang, Samuel naik ke atas kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Tubuhnya berkeringat.

"Mas, kamu apakan Lio tadi?" tanya Liana yang tadi tidak sengaja melihat suaminya itu menyeret anak bungsunya.

"Aku hukum," balas Samuel. Liana mengangguk.

"Hmm, emang harus dihukum sih, lagian ngapain dia pergi semalaman coba," balas Liana.

"Em kamu nggak ke kantor mas?" tanya Liana.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang