20

27.1K 1.9K 11
                                    

Happy Reading

Elio saat ini telah sampai di Rumah Sakit Sejahtera. Ia mengambil surat rujukan dari Dokter Erik dan memastikan jika ia tidak salah tempat. Setelah meletakkan sepedanya di parkiran, ia lantas masuk menuju resepsionis.

"Permisi, apakah Dokter Kenan nya ada?" tanya Elio.

"Sebentar ya!" Si Resepsionis terlihat mengamati layar monitornya.

"Dokter Kenan ada di ruangannya, apakah sebelumnya sudah ada janji untuk bertemu?" tanya resepsionis.

"Belum, tapi saya mendapat surat rujukan dari Dokter Erik untuk bertemu dengan Dokter Kenan," jawab Elio.

"Boleh saya lihat dulu suratnya dek?" tanya resepsionis. Elio menyerahkan surat yang ada di tangannya. Si Resepsionis mengangguk-angguk, ia mengembalikan surat itu kepada Elio.

"Baiklah, untuk ruangan Dokter Kenan, adek bisa lurus aja ke situ sampai mentok ke lorong, lalu belok kanan maju sedikit, ruangan Dokter Kenan ada di sebelah kiri, nanti ada tulisannya kok di pintu," jelas Si Resepsionis.

Elio mengangguk paham, "Baik terimakasih,"

"Sama-sama," balas resepsionis tersenyum ramah. Elio melangkahkan kakinya menuju ruangan Dokter Kenan sesuai arahan dari resepsionis.

dr. Kenan Anggara, Sp.PD-KHOM

Setelah menemukan ruangan Dokter Kenan, Elio lantas mengetuk pintu tersebut.

Tok...tok...tok...

"Masuk.." sahut Dokter Kenan dari dalam. Elio lalu masuk ke dalam, ia mengatakan kalau dirinya mendapatkan surat rujukan agar menemui Dokter Kenan. Dokter Kenan mengangguk paham, ia lalu mempersilahkan Elio untuk duduk di hadapannya.

"Baiklah, dengan Elio ya?" tanya Dokter Kenan.

"Iya dok," balas Elio.

"Kamu sudah tahu nama saya kan?" tanya Dokter Kenan basa-basi yang diangguki oleh Elio.

"Sejauh ini apa saja yang sudah kamu rasakan, Lio?" tanya Dokter Kenan.

Elio terlihat berpikir sejenak, "Em.. akhir-akhir ini saya gampang banget capek dok, kadang kepala suka tiba-tiba sakit, nyeri di badan terutama di bagian dada, napas kadang suka sesak dan saya jadi lebih sering mimisan," jelas Elio.

"Apakah kamu mengalami penurunan nafsu makan dan berat badan juga?"

"Untuk saat ini sih saya belum tahu kalau untuk berat badan, tapi kadang rasa malas untuk makan itu ada dok," balas Elio.

Dokter Kenan mengangguk, "Huft, kamu tahu kan Lio mengenai penyakit ini yang sangat berbahaya, jika tidak segera ditangani maka penyakitnya akan segera menyebar luas. Saat pengobatan tentu butuh dukungan dari orang terdekat, terutama dengan orang tua, apakah orang tuamu tahu tentang hal ini?" tanya Dokter Kenan. Elio melamun, ia berpikir apakah jika keluarganya tahu mereka akan peduli dengannya. Tapi Elio ragu, ia takut jika keluarganya hanya kasihan dengan dirinya, maka lebih baik untuk sekarang, ia tetap menyembunyikan kesehatannya.

"Lio.." panggil Dokter Kenan membuyarkan lamunan Elio.

"A..ah maaf dok, b..bukannya saya nggak mau ngasih tahu mereka, cuma saya nggak mau bikin mereka khawatir sama saya," lirih Elio.

"Tapi Lio, penyakit ini bukan penyakit sembarangan loh,"

"Saya tahu dok, tapi saya yakin saya bisa sendiri kok," balas Elio mencoba meyakinkan dirinya yang bahkan turut merasa ragu.

"Baiklah saya tidak akan memaksa, jika kamu berubah pikiran, segera beritahu keluarga kamu," ujar Dokter Kenan yang diangguki oleh Elio.

"Seperti diagnosa dari Dokter Erik, sel kanker itu masih berada dalam stadium 2, namun perkembangan leukemia jenis ini sangat cepat. Ada beberapa jenis pengobatan yang bisa kamu lakukan seperti kemoterapi, radioterapi, dan transplantasi sumsum tulang belakang," jelas Dokter Kenan.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang