08

27.5K 2.2K 33
                                    

Happy Reading

Saat ini Elio sedang berada di rooftop bersama dengan ketiga temannya. Mereka memutuskan untuk keluar kelas karena jam kosong. Denta sibuk bermain game di ponselnya, Arlo dan Cakra memilih untuk menonton animasi di ponsel Cakra sembari memakan camilan yang tadi sempat mereka beli di kantin. Sementara Elio, bocah mungil itu kini tengah melakukan video call dengan abang barunya, siapa lagi jika bukan Sabian.

"Kamu baik-baik aja kan El selama abang nggak ada?" tanya Sabian dari seberang sana. Pemuda itu terlihat berbeda dari biasanya karena saat ini ia masih mengenakan pakaian formalnya. Kemeja putih yang dibalut dengan jas hitam itu terlihat apik di tubuh kekar Sabian.

"El baik-baik aja kok bang di sini, abang baru selesai kerja ya?" tanya Elio. Remaja itu merebahkan tubuh mungilnya di sofa panjang yang ada di rooftop.

"Iya abang baru selesai meeting tadi. Itu kamu kayak di rooftop, kamu nggak bolos kan dek?" tanya Sabian.

Elio menggeleng ribut, "Enggak atuhh, El kan anak baik, ini lagi jamkos bang, makanya El keluar, suntuk di kelas terus,"

Sabian mengangguk paham.

"Oh iya abang pulangnya masih lama ya, El kangen banget tahu sama abang," muka Elio cemberut membuat Sabian terkekeh. Jujur Elio sudah merasa nyaman dengan Sabian, ia bahkan menyayangi pemuda kulkas itu. Elio memperlakukan Sabian seperti abang kandungnya, sama seperti Sabian yang memperlakukannya seperti adik kandung sendiri.

"Ututu..abang juga kangen banget sama bocilnya abang ini, sabar ya cuma seminggu kok, abang juga kangen banget sama El," balas Sabian. Elio mengangguk lesu, bibirnya mencebik lucu. Denta yang telah menyelesaikan gamenya mendekati Elio dan mengusap rambut remaja itu dengan lembut. Teman-teman Elio mendengar pembicaraan Sabian dengan Elio, bahkan mereka sudah tidak kaget lagi dengan suara Sabian yang akan berubah lembut jika bersama Elio.

"Jangan cemberut dong, yaudah El mau minta oleh-oleh apa dari abang, nanti pasti abang beliin," tawar Sabian.

"Kak, nitip janda pirang satu ya, tapi yang ori, jangan duda berwujud janda," sahut Arlo sedikit keras kala mendengar ucapan Sabian.

"Heh dongo, duda berwujud janda mana ada!" balas Cakra.

"Ada lah, itu lady boy Thailand yang udah jebol hahaha..." Arlo tertawa keras.

Cakra menoyor dahi temannya itu, "PEKOK!" teriaknya. Elio dan Denta hanya menggelengkan kepalanya. Elio kembali menatap layar ponselnya.

"Abang bawain El susu jeruk aja ya yang banyak, ah sama macaroon jangan lupa," Elio berucap semangat.

"Iya nanti abang beliin kok, yaudah abang tutup dulu ya teleponnya, abang gerah mau mandi," ucap Sabian.

"Oke abang, see ya!" Elio melambaikan tangannya di depan layar ponsel. Sabian tersenyum kemudian mengangguk. Tak lama sambungan telepon pun terputus.

"Eh kantin yuk, lapar nih!" ajak Arlo.

"Yuk, aku juga pingin makan," balas Elio. Mereka kemudian turun dari rooftop dan berjalan ke arah kantin.

***

Elio pulang ke mansion dengan menggunakan bus. Awalnya Denta menawarkan diri untuk mengantar Elio, namun remaja kecil itu menolak. Ia hanya tidak ingin merepotkan orang lain. Elio membuka pintu mansionnya dan mendapati sang papa yang tengah duduk di ruang tamu sembari membaca koran.

"Lio, papa mau bicara!" ucap Samuel. Elio menghentikan langkahnya, ia menatap ke arah sang papa.

"Papa mau bicara apa?" tanya Elio heran, tumben sekali papanya ini mau mengajaknya bicara, walau tak dapat dipungkiri hatinya merasa senang. Biasanya Samuel hanya berbicara dengan dirinya ketika marah atau membandingkan dirinya dengan Nio.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang