06

29.2K 2.3K 19
                                    

Happy Reading

Tak terasa sudah 1 bulan Elio bersekolah di Delion's High School. Hubungannya dengan Sabian bertambah lengket. Teman-teman barunya juga sangat baik. Mereka memperlakukan Elio seperti teman lama dan adik mereka sendiri.

Pagi ini Elio sedikit lesu. Ia menuruni tangga rumahnya dengan lemas. Semalam kepalanya tiba-tiba berdenyut sakit, mimisannya pun bertambah banyak. Akhir-akhir ini Elio merasa tubuhnya mudah lelah. Terkadang tubuhnya juga merasa nyeri dan pegal-pegal, padahal Elio jarang melakukan aktivitas yang berat.

Elio sampai di meja makan. Keluarganya sudah duduk di sana hanya kurang dirinya dan kakak angkatnya, Nio. Elio mengernyit melihat menu makanan yang ada di meja makan, semuanya serba seafood.

"Ma, kenapa cuma masak seafood?" tanya Elio heran.

"Iya, soalnya Nio lagi pingin seafood," balas mama Elio tak acuh.

"Tapikan.."

"Selamat pagi.." Sapa Nio memotong ucapan Elio.

"Pagi sayang, sini duduk kita sarapan, hari ini sesuai request kamu, aneka olahan seafood, makanan kesukaan anak mama yang manis ini," balas Liana semangat. Nio mengangguk antusias, ia mendudukkan dirinya di samping Jean.

"Lo nggak mau makan? Kenapa masih berdiri," ucap Ricko. Elio hanya menggeleng.

"Kenapa?" tanya Ricko lagi.

"Mau makan yang lain," balas Elio.

Samuel berdecak, "Tinggal makan apa susahnya sih,"

Nio menatap ke arah Elio, "Iya Lio, sebaiknya kamu sarapan aja sama yang ada, kasihan kan kalau bibi harus masak lagi, pasti capek," sahut Nio membuat Elio sedikit kesal. Cari muka sekali Nio ini menurutnya.

"Tau tuh, makan tinggal makan aja pakai segala mau yang lain, nyusahin banget sih lo," hardik Ricky. Elio tersenyum kecut. Apa keluarganya ini lupa jika ia alergi dengan seafood. Bahkan Elio hampir meregang nyawa saat masih kecil hanya karena memakan sup yang kaldunya mengandung udang. Elio memilih meninggalkan keluarganya. Ia berjalan ke arah dapur untuk menemui Bi Asih.

"Dasar anak itu, tidak ada sopan santunnya," Samuel berucap datar.

Nio mengusap lengan kekar papa angkatnya itu, "Sudahlah pa, mungkin Elio memang mau menu yang lain, lebih baik kita sarapan aja, nanti keburu siang,"

"Iya bener mas, kalian kan mesti berangkat ke kantor sama sekolah, nggak usah dipedulikan dianya, nanti malah keterusan..." sahut Liana dengan teganya. Mereka lalu memulai sarapan tanpa adanya Elio.

'Bukannya Elio punya alergi dengan seafood,' batin salah satu orang yang ada di meja makan seraya menatap ke arah dapur.

Di dapur...

Elio menghampiri Bi Asih yang sedang merapikan piring ke dalam rak.

"Bi..." panggil Elio.

Bi Asih membalikkan tubuhnya, "Eh loh Aden kok masih di sini? Kenapa tidak sarapan?" tanya wanita paruh baya itu.

"Yang masak tadi bukan Bibi ya?" tanya Elio.

"Oh iya Den, tadi yang masak bukan saya tapi Bi Nia, emang kenapa to Den?" tanya Bi Asih.

"Nggak apa-apa, pantes bukan Bibi, soalnya menunya seafood semua," balas Elio. Bi Asih tahu jika tuan kecilnya ini alergi dengan seafood maka ia akan memasakkan menu lain jika keluarga Wijaya menginginkan seafood. Alergi Elio sama dengan omanya, Diana Wijaya yang meninggal karena kecelakaan pesawat.

"Waduhh..yaudah kalau gitu Bibi buatin nasi goreng telur aja ya, mau kan?" tawar Bi asih yang diangguki oleh Elio. Elio mendudukkan dirinya di kursi depan meja pantry. Hanya butuh beberapa menit sarapannya pun siap.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang