23

23.6K 1.8K 31
                                    

Happy Reading

Nio dibawa ke UKS oleh Bayu dan Chito yang juga merupakan murid kelas X-A. Elio dkk mengikuti mereka menuju UKS. Saat ini Nio masih ditangani oleh dokter yang bertugas. Elio ragu harus melaporkan hal ini kepada keluarganya atau tidak. Ia takut dihukum lagi. Meskipun sudah terbiasa, namun tubuh Elio sudah tidak sekuat dulu.

'Aduh gimana nih, kalau aku nggak nelpon salah satu dari mereka terus mereka tahu dari orang lain, pasti nanti malah dihukum,' batin Elio risau. Remaja itu sedari tadi mondar-mandir di dalam ruang UKS. Teman-teman Elio bingung, mengapa remaja mungil itu terlihat risau setelah kejadian di mana Nio pingsan di lapangan. Bahkan tadi Elio juga buru-buru menyusul Nio ke UKS.

"Lio, kenapa?" tanya Denta dengan mata memicing.

Elio sedikit tersentak, "Eh, apanya yang kenapa Bang?"

"Hah, kamu kenapa kayak gelisah gitu?" tanya Denta lagi.

"A..aa nggak apa-apa si hehe..." kekeh Elio. Denta hanya menghembuskan napasnya.

"Em..aku keluar sebentar ya," Elio lantas keluar dari UKS. Ia akan menghubungi kakak sulungnya, karena hanya dia yang berada di rumah saat ini.

"Si Lio kenapa dah tadi kayak panik gitu cuma karena tuh curut pingsan," ucap Arlo dengan pelan setelah Elio keluar dari UKS.

"Iya juga ya, kalian ada yang satu pemikiran nggak sih sama gue tentang Elio sama keluarga Wijaya?" sahut Cakra. Mereka saat ini sedang duduk cukup jauh dari Nio karena bocah itu dibaringkan di ruang yang paling ujung. Bayu dan Chito sudah keluar dari UKS setelah mengantarkan Nio.

"Iya, gue pernah berpikir tentang sesuatu setelah liat interaksi kak Ricko sama Lio," balas Denta. Mereka saling melihat satu sama lain seolah mengeluarkan pemikiran masing-masing.

Di luar UKS

Elio mengambil ponsel dari sakunya. Ia menelepon Bi Asih terlebih dahulu untuk meminta nomor milik Jean. Elio tidak memiliki nomor ponsel milik keluarganya kecuali Ricko, itupun karena remaja itu yang menghubunginya terlebih dahulu. Setelah dapat, ia mendial nomor sang kakak sulung.

Tut...tut...tut..

Butuh beberapa kali panggilan hingga teleponnya diangkat.

"Halo siapa?" tanya Jean dari seberang.

"Ini Lio kak," balas Elio.

"Kenapa?" tanya pemuda itu dengan nada datar.

"Engg..gini tadi Nio pingsan di.."

"APA.." ucapan Elio terpotong oleh teriakan kakaknya. Ia bahkan sampai menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Em..tadi Nio pingsan di lapangan kak, sekarang dia masih di UKS," kelas Elio dengan takut-takut.

"Kakak ke sana!"

Tut..

Sambungan telepon dimatikan begitu saja oleh Jean. Elio menghela napas cukup dalam kemudian masuk ke dalam UKS.

Kringg...kringg...kringg...

Bel istirahat berbunyi, teman-teman Elio mengajak remaja itu untuk pergi ke kantin, namun Elio menolak. Ia akan menjaga Nio terlebih dahulu di UKS, sembari menunggu kakak sulungnya datang.

"Kamu beneran nggak mau ke kantin dulu, ngapain sih repot-repot jagain tuh curut, kamu aja nggak deketkan sama dia," gerutu Arlo. Ia sedikit tidak menyukai sikap Nio yang terlihat bermuka dua.

"Emang kalau mau bantu seseorang harus deket dulu?" balas Elio.

Arlo menggaruk tengkuknya, "Y..ya enggak sih, tapikan kamu juga harus makan Yo, tuh bocah juga masih pingsan, ada dokter juga yang jagain," kata Arlo.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang