47

26.9K 1.5K 62
                                    

Happy Reading

Dua tahun kemudian

Sabian duduk termenung, netranya menatap kaca jendela dengan sendu. Ia merindukan seseorang. Seseorang yang sangat berharga di hidupnya.

"Dek abang rindu sama kamu," lirih Sabian. Pemuda yang kini sudah menempuh dunia perkuliahan itu menghela napasnya dengan berat. Seseorang menepuk bahunya membuat Sabian menoleh. Ia mendapati abang keduanya yang terlihat seperti baru pulang dari rumah sakit. Devian sudah lulus dan sekarang ia menjadi seorang dokter di rumah sakit milik keluarga Delion yang ada di Amerika.

"Kenapa?" tanya Devian.

"Aku kangen sama El bang," lirih Sabian.

Devian tersenyum tipis, "Abang juga kangen sama bocilnya abang itu, tapi El nggak akan suka kalau kamu lesu kayak gini, El pasti bahagia di sana," nasihat Devian. Sabian mengangguk pelan.

"Udah sana mandi dulu, habis itu turun buat makan malam, ayah sama bang Artha bentar lagi pulang," ujar Devian.

"Iya bang," Sabian bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju kamar mandi. Devian pun kembali ke kamarnya untuk bersih-bersih.

Tap..tap..tap..

Sabian turun ke bawah dan mendapati keluarganya sudah duduk di meja makan. Ia mendudukkan dirinya di samping kakak sulungnya.

"Besok kita akan kembali ke Indonesia," ujar Rama tiba-tiba yang membuat Sabian menatap ayahnya itu tidak terima.

"Ayah apaan sih, kenapa tiba-tiba?" protes Sabian.

"Kita udah cukup lama di sini," ujar Rama.

"Tapi yah..aku nggak mau kembali ke Indonesia, Aku.." Ucapan Sabian terpotong kala seseorang tiba-tiba datang memeluk lehernya dan mengecup pipi sebelah kanannya. Sabian hendak memberontak, namun wangi tubuh orang tersebut sangat ia kenali. Sabian membalikkan tubuhnya.

"Adekk..." teriak Sabian senang. Ia memeluk tubuh mungil itu dengan hati berbunga-bunga. Remaja dipelukan Sabian menepuk punggung pemuda itu saat dirasa pelukannya semakin erat, ia kesulitan bernapas.

"Ishh..ab..bang lepas, adek sesek loh ini," protes remaja itu dengan raut wajahnya yang lucu. Ketiga Delion yang lain hanya mengamati saja.

"Ya habisnya abang seneng dek akhirnya kamu pulang juga, abang kan kangen banget sama kamu," gerutu Sabian.

Remaja itu terkekeh melihat raut abangnya, "Hehe..maaf lah kan El ada tugas sekolah,"

Ya, remaja itu adalah Elio. Selama tiga hari ini Elio mengikuti kegiatan sekolahnya di kota lain. Sabian awalnya tidak mengizinkan, namun berkat jurus andalan Elio, Sabian pun luluh dan mengizinkan Elio untuk pergi.

Dua tahun yang lalu, setelah adegan dramatis di mana Elio tiba-tiba menutup matanya, dokter berhasil menangani Elio meskipun anak itu koma beberapa minggu. Elio akhirnya mendapatkan pendonor yang cocok. Dokter segera melakukan transplantasi sumsum tulang belakang pada Elio. Selama satu tahun ia menjalani pengobatan hingga sekarang ia dinyatakan sembuh total. Keluarga Delion tentu sangat senang. Mereka bahagia karena Elio masih ada di sisi mereka.

Elio saat ini masih bersekolah di tingkat SMA. Ia menduduki kelas XI karena selama satu tahun, ia melakukan istirahat total karena kemauan Rama. Remaja 15 tahun itu sangat bahagia berada di keluarga ini.

"Gimana acaranya seru nggak sayang?" tanya Devian. Elio mengangguk antusias.

"Seru banget dong bang," mata Elio berbinar cerah membuat para Delion itu tersenyum.

"Sudah-sudah, sekarang makan dulu, ngobrolnya dilanjut nanti," ujar Rama. Mereka segera menyantap makan malam mereka. Selesai makan malam mereka berkumpul di ruang keluarga.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang