Happy Reading
Dua minggu kemudian
Setelah melakukan kemoterapi untuk pertama kali, tubuh Elio mulai merasakan efek samping yang benar-benar menyiksa. Rambutnya perlahan-lahan rontok, hingga rambut tebalnya itu kini semakin menipis. Hampir setiap saat Elio mengalami mual dan muntah. Remaja itu bahkan menjadi lebih sering mimisan. Tubuhnya semakin kurus dan rona di wajahnya hilang.
Keluarga Delion memindahkan Elio ke mansion seminggu setelah kemoterapi, mereka menjadikan Dokter Kenan sebagai dokter pribadi Elio yang setiap hari akan datang untuk memantau perkembangan Elio.
Huekk...
Huekk..
Elio kembali muntah-muntah seperti biasa. Beruntung keluarga Delion selalu sigap membantunya. Kadang remaja mungil itu merasa tidak enak dengan mereka, karena ia bukan bagian dari Delion. Ia merasa selalu membuat mereka kerepotan. Rama dan Artha lebih sering mengerjakan tugas kantor di rumah. Devian yang kadang memilih izin dari kampus dan Sabian yang juga sering izin di sekolah. Mereka melakukan itu hanya untuk menemani dirinya yang terbaring sakit.
Huekk...
Huekk...
"Astaga dek.." raut wajah Sabian terlihat sangat khawatir. Ia membantu Elio memuntahkan kembali makanan yang baru saja ia makan.
"Hikss...s..sakit.." lirih Elio. Sabian membersihkan sekitar mulut Elio dengan tisu basah. Pemuda itu memeluk Elio. Sungguh rasanya Sabian ingin ikut menangis. Ia tidak tega melihat adiknya kesakitan seperti ini, jika bisa ia akan memindahkan rasa sakit itu ke tubuhnya.
"El kuat...El anak baik...ayo kamu pasti bisa sembuh!" Sabian mencoba menyemangati Elio. Elio masih terus menangis hingga dirinya tertidur di pelukan Sabian. Sabian lantas membaringkan Elio di ranjang dan menyelimuti tubuh mungil itu. Sabian turun ke bawah dan menemukan ayah serta kedua kakaknya tengah berkutat dengan laptop di tangannya.
"Elio tidur ya?" tanya Rama ketika Sabian duduk di sampingnya.
"Iya, dari tadi masih muntah-muntah," lirih Sabian. Raut wajah mereka terlihat sendu.
"Ayah jadi takut untuk melakukan kemo selanjutnya, ini baru pertama kali dan Elio terlihat tersiksa, ayah nggak tega," ujar Rama.
Artha menghela napasnya berat, "Kita semua juga khawatir yah, tapi mau gimana lagi," ujarnya.
"Boleh aku bongkar sekarang aja nggak sih?" ujar Sabian dengan sorot mata tajam. Pemuda itu sangat dendam kepada keluarga kandung Elio. Ia sudah tidak sabar menyaksikan penyesalan mereka.
"Terserah kalian, ayah akan ikut aja. Kalian bisa balas sesuka kalian, asal jangan sampai bunuh mereka dengan tangan kalian, ayah nggak mau anak ayah jadi pembunuh," pesan Rama yang diangguki oleh anak-anaknya. Mereka pun berunding untuk memulai pembalasan yang sebenarnya.
Di Mansion Wijaya
Keluarga Wijaya kini sedang berkumpul di kamar sang kepala keluarga. Mereka menunggu Liana yang tengah terbaring sakit. Dua minggu yang lalu, dokter mengatakan jika Liana terkena radang di paru-parunya. Sepertinya efek dari racun yang diberikan oleh Bi Nia mulai muncul, namun belum terdeteksi jika penyakit yang muncul akibat dari racun itu. Liana kini hanya bisa terbaring lemah.
"M..mama, mama sakit apa hikss..." Nio menangis. Mereka yang ada di sana tersenyum melihat Nio yang begitu khawatir dengan mamanya, padahal ia hanya anak angkat.
"Mama nggak apa-apa kok sayang, jangan nangis ya!" suara Liana terdengar serak. Nio mendekati wanita itu dan memegang tangan Liana.
"Mama harus sembuh, jangan sakit lagi, Nio nggak suka.." ujar Nio. Samuel mengusap surai Nio, ia merasa beruntung telah mengangkat anak seperti Nio.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELIO [ end ]
Teen FictionBUKAN BL!!!! "Ma, kenapa cuma masak seafood?" "Iya, soalnya Nio lagi pingin seafood," *** "Papa, Lio bisa minta tolong buat anterin Lio ke sekolah nggak?" "Papa nggak bisa Lio, papa harus antar kakakmu check-up," *** "Kak Jean, bisa temenin Lio tidu...