29

27.7K 2K 48
                                    

Happy Reading

Elio memasuki rumahnya dengan langkah gontai. Remaja itu bingung harus mencari pekerjaan di mana lagi. Setelah ia dipecat dari Kafe Kenanga, Elio memilih untuk berkeliling mencari pekerjaan lain, namun begitu sulit mencari pekerjaan paruh waktu untuk anak SMA. Obatnya sudah habis, gaji yang ia terima hanya cukup untuk membeli obat bulan ini.

Elio berjalan memasuki mansion dengan menunduk, ia tidak tahu jika papanya sudah pulang dan terlihat menunggu kedatangannya.

Plakk...

Tanpa aba-aba Samuel menampar pipi Elio dengan keras. Elio tersentak kaget, ia bahkan sampai tersungkur ke lantai. Ia mendongak menatap sang papa yang terlihat sangat marah. Tangan pria paruh baya itu bahkan mengepal erat.

"P..papa," lirih Elio. Samuel mencengkeram dagu Elio dengan keras hingga remaja kecil itu meringis.

"Bagus, begini ya kelakuan kamu selama papa pergi, kamu keluyuran setiap hari di luar sana sampai malam, Hah!"

Elio berusaha melepaskan tangan Samuel yang mencengkram dagunya, "P..pah lepas..sa..sakit,"

"Kamu juga nggak jaga Nio dengan baik kan sampai dia pingsan di sekolah dan akhirnya kambuh lagi, jangan kamu pikir papa nggak tahu apa-apa," tekan Samuel dengan menatap tajam Elio.

"M..maaf pah," hanya kata itu yang bisa Elio ucapkan. Samuel menarik lengan Elio dengan kasar. Jika kalian bertanya di mana keluarganya yang lain, maka jawabannya mereka ada di kamar masing-masing. Samuel menyeret tangan Elio ke arah gudang.

Brakk...

Tubuh kecil itu ia lempar begitu saja. Kepala Elio bahkan sampai membentur dinding.

Bughh...

Bughh..

Tubuh Elio dipukuli oleh sang papa. Elio hanya bisa merintih seraya meminta ampun. Namun, lagi-lagi Samuel buta. Ia terus menyiksa anak nya tanpa ampun.

"M..maaf pah, j..jangan pukul Lio, s..sakit pah, L..lio nggak pernah keluyuran di luar hikss..." lirih Elio.

"Nggak ada ampun untuk anak berandal kayak kamu, Nio bilang kamu sering pulang malam. Kamu sering nongkrong sama teman-teman kamu di club kan, JAWAB!" teriak Samuel.

Elio menggeleng ribut, "E..enggak pah, Nio bohong, a..aku nggak pernah ke sana,"

Samuel terlihat mengambil sesuatu dari sakunya. Rupanya itu adalah lembaran foto. Lelaki paruh baya itu melemparkan foto itu kepada Elio.

"Lihat...itu yang katanya nggak pergi ke club, kamu mau bikin malu keluarga saya Hah!" Samuel masih terus memukuli Elio.

Bughh...

Ctarr...

Ctarr...

Samuel mencambuk punggung Elio dengan ikat pinggangnya.

"Akhh...a..ampun pahh...a.ampun hikss.." Elio mengerang kesakitan.

'Tuhan..sakit..' batin Elio pilu. Samuel menghentikan cambukannya, ia mencengkeram dagu Elio lagi.

"Dengar ini sialan, malam ini kamu harus tidur di sini, tidak ada jatah sarapan untuk kamu," Samuel bergegas keluar dari gudang dan menguncinya. Elio menyeret tubuhnya menuju pintu, ia menggedor-gedor pintu tersebut.

"Papa...t..tolong keluarin Lio dari sini pah hikss...P..papa..Lio takut.." ujar Elio dari dalam. Namun Samuel hanya tak acuh, ia mematikan lampu yang menerangi gudang belakang. Elio ketakutan di dalam gudang karena gelap.

"PAPA...HIKSS...KELUARIN LIO PAHH...TOLONG PAH, HIKSS LIO TAKUT.." teriak Elio ketakutan. Namun tetap saja teriakannya itu tidak bisa di dengar. Tubuh Elio meluruh di pintu gudang, ia memeluk lututnya. Tubuhnya bergetar hebat.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang