40

37.5K 2K 31
                                    

Happy Reading

Dua minggu kemudian

Elio sudah menjalani kemoterapi untuk kedua kalinya. Tubuh anak itu menjadi semakin kurus. Mual dan muntah terus ia rasakan. Bahkan rambutnya sudah rontok tak bersisa. Sabian berinisiatif untuk memakaikan beanie hat di kepala Elio.

Selama dua minggu itu keluarga Wijaya terus menyiksa Nio dan ibunya. Mereka juga terus mencari keberadaan Elio meskipun hasilnya nihil. Si kembar merasa curiga dengan Sabian, namun ketika mereka mencari di sekolah pasti pemuda itu sulit ditemukan.

Keadaan Liana juga semakin memburuk, racun di tubuhnya semakin menyebar luas. Wanita itu kini dirawat di rumah sakit keluarga Wijaya. Hampir setiap malam Liana menangis menantikan anak bungsunya yang telah ia sia-siakan. Ia merasa sangat menyesal.

***

Huekk...

Huekk...

Elio kembali muntah-muntah. Lemas, itulah yang ia rasakan. Setiap makanan yang sudah ia makan selalu saja ia muntahkan kembali. Nafsu makannya juga menurun.

"Huekk...hikss..ayahh," lirih Elio. Perutnya bahkan sampai sakit karena seringnya ia muntah.

"Shh...jangan nangis baby, ayo El pasti kuat.." Rama membantu membersihkan muntahan Elio tanpa jijik. Ia juga menyemangati Elio agar tidak menyerah.

"S..sakit ayah, El nggak kuat...p.. pingin nyerah hikss..."

Rama menarik Elio ke dalam pelukannya, ia menenangkan anaknya itu yang saat ini tengah menangis sesenggukan.

"Sayangnya ayah, babynya ayahh... jangan ngomong kayak gitu, ayah nggak suka, kamu mau bikin ayah sama abang-abang sedih karena El memilih untuk menyerah, kamu mau ninggalin kami?" ujar Rama yang dibalas gelengan oleh Elio. Sebenarnya pria itu juga tidak tega melihat Elio yang selalu kesakitan selama kemoterapi, namun ia juga tidak ingin Elio menyerah dan meninggalkan mereka.

"Ayah El udah nggak punya rambut lagi, El jelek ya?" Elio tersenyum sendu membuat Rama tertegun.

Rama menggelengkan kepalanya, "Enggak kok, kata siapa El jelek. Walaupun El nggak punya rambut, El tetap tampan dan imut kok. Apalagi pakai beanie kayak gini," 

"Bobo aja yuk!" ujar Rama.

"Gendong ayahh..." rengek Elio yang membuat Rama tersenyum. Pria itu mengangkat Elio ke dalam gendongan koalanya. Ia harus berhati-hati takut menyenggol infus yang terpasang di tangan Elio. Dokter Kenan memasang infus di tangan Elio seiring dengan nafsu makan Elio yang menurun, sehingga anak itu tidak akan kekurangan nutrisi.

Rama menimang-nimang Elio agar segera tertidur. Ia juga menepuk-nepuk pelan pantat Elio. Tak lama kemudian Elio tertidur, Rama segera membaringkan Elio di atas ranjang rumah sakit karena setelah kemoterapi kedua, Dokter Kenan menyarankan agar Elio di opname.

Rama kembali duduk di sofa dan kembali mengerjakan tugas kantornya.

Di sekolah Sabian...

Sabian saat ini sedang makan bersama dengan teman-temannya dan teman Elio. Mereka berteman satu sama lain semenjak ada Elio.

"Eh nanti kita jenguk Lio, boleh nggak kak?" tanya Denta.

"Hm.." deham Sabian.

"Sip dah, pulang sekolah nanti kita semua ke sana," sahut Erlan.

"Jangan ribut di sana!" peringat Sabian terlalu hafal dengan sikap mereka.

"Iya-iya.." sahut mereka kompak. Mereka kembali menyantap makanan mereka, hingga tiba-tiba Si Kembar datang bersama kedua temannya.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang