24

27.8K 1.9K 23
                                    

Happy Reading

Sepulang sekolah Elio pergi ke Kafe Kenanga, tempatnya bekerja. Sesampainya di sana, Elio segera pergi ke dapur dan berganti baju di toilet. Elio akan bekerja sebagai waiter di kafe tersebut. Ia sangat bersemangat dalam menjalani pekerjaan pertamanya ini, meskipun keadaan tubuhnya masih belum pulih. Ia juga dijelaskan beberapa peraturan yang harus dilaksanakan oleh Elio. Bocah itu mendapatkan kenalan baru yang juga sama-sama seorang waiter, namanya Ardi, ia adalah orang Jogjakarta yang merantau ke Jakarta.

Pukul 19.00, Elio menyelesaikan pekerjaannya. Hari ini kafe sangat ramai hingga bisa tutup lebih awal. Biasanya kafe ini akan tutup pukul delapan atau sembilan malam. Elio mengemasi barang-barangnya dan tak lupa mengganti pakaiannya.

"Mas Ardi, Lio pulang duluan ya!" pamit Elio.

"Oh iya Lio, hati-hati di jalan ya," balas Mas Ardi. Elio mengangguk, ia berjalan ke arah luar.

"Mbak Lintang, aku duluan ya!" ucap Elio ketika berpapasan dengan penjaga kasir itu.

"Iya dek, hati-hati ya udah malam ini kayaknya juga mau hujan, eh kamu pulang naik apa?" tanya Mbak Lintang.

"Aku pulang naik sepeda," balas Elio.

"Kamu bawa jas hujan nggak? Takutnya nanti keburu hujan di jalan, atau mau mbak anterin pulang aja?" tawar Mbak Lintang yang dibalas gelengan oleh Elio.

"Nggak usah mbak nanti malah ngrepotin, Elio nggak apa-apa kok, yaudah duluan Mbak,"

"Iya dek," balas Mbak Lintang. Elio buru-buru mengambil sepedanya, malam ini terlihat mendung, bulan dan bintang pun tak terlihat menghiasi langit. Elio mengayuh sepedanya dengan cepat, takut apabila ia kehujanan di jalan. Kepalanya kembali berdenyut, namun Elio memilih untuk mengabaikannya.

Saat ia sampai di depan gerbang, mendung telah berubah menjadi gerimis kecil. Elio segera meminta pak  satpam untuk membukakan gerbangnya. Elio meletakkan sepedanya di garasi, lalu segera masuk ke dalam mansion. Udara di luar cukup dingin, hal itu membuat Elio sedikit menggigil.

"Dari mana kamu jam segini baru pulang?" tanya Jean kala Elio ingin masuk ke kamarnya.

"M..maaf kak, Elio tadi ada urusan sama teman, disuruh bantuin ngerjain tugas," balas Elio dengan berbohong.

Jean menatap Elio dengan pandangan selidik, "Yaudah masuk kamar!" ujar Jean kemudian berjalan meninggalkan Elio.

Selepas kakaknya pergi, Elio masuk ke dalam kamar dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi ia turun ke bawah untuk makan. Ia makan sendirian karena ini sudah lewat dari jam makan malam. Di luar hujan turun dengan derasnya. Elio naik ke kamarnya, ia mengunci pintu balkon kemudian berbaring di ranjangnya. Kepalanya masih terus berdenyut sedari tadi. Saat mandi pun ia melihat tubuhnya yang terdapat beberapa luka lebam, sepertinya ini adalah efek dari penyakit yang dideritanya.

"Shh..sakit banget," lirih Elio. Tak lama darah segar mengalir dari hidung Elio. Remaja itu menyeka darahnya dengan tisu yang cukup banyak. Ia membuangnya di tempat sampah dan menyimpannya di kolong tempat tidur agar tidak ada orang yang tahu. Tangan Elio meraih obat yang ada di atas nakas. Ia menenggaknya satu butir.

Tring...

Notifikasi dari ponselnya membuat Elio mengalihkan perhatiannya. Ia mengambil ponselnya, ternyata ada pesan dari Dokter Kenan yang mengatakan jika Elio harus check-up ke rumah sakit besok. Setelah membalas pesan dari Dokter Kenan, Elio berbaring hendak tidur. Namun ponselnya kembali berbunyi. Kali ini bukan pesan, melainkan telepon dari seseorang.

"Ihh siapa sih.." gerutu remaja itu. Ia mengambil ponselnya dan terpampanglah nama 'Ayah Rama' di sana.

"Wihh ayahh..." antusias Elio, melupakan kekesalannya tadi. Ia segera menggeser ikon hijau untuk menerima panggilan video dari laki-laki paruh baya itu.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang