21

24.4K 1.8K 12
                                    

Happy Reading

Elio terbangun di tengah malam saat merasakan sesak di dadanya. Kepalanya kembali berdenyut. Ia menyingkap selimutnya dan terlihatlah kaki mulusnya yang terdapat luka lebam.

"Perasaan aku nggak ngapa-ngapain, tapi kenapa kaki aku lebam-lebam gini?" monolognya.

"Shh..sakit banget lagi kepala aku," Elio berniat meminum air yang biasa ia sediakan di atas nakas. Namun ternyata air minumnya habis. Ia lalu turun dari ranjang berniat turun ke bawah untuk mengambil air. Saat Elio hendak mengambil air di kulkas, ia mendengar suara seseorang yang seperti tengah berbicara. Dahinya mengernyit.

"Siapa yang masih ngobrol tengah malam gini?" monolognya. Suara itu terdengar tak jauh dari dapur. Karena penasaran, Elio memilih untuk mendekat ke sumber suara. Matanya memicing ketika melihat dua orang yang berbeda jenis kelamin sedang berbincang sesekali terlihat seperti berdebat.

"Itu kayak Nio bukan sih? Tapi sama siapa?" lirih Elio.

"Bi Nia!" Elio terkejut saat melihat wajah dari lawan bicara Nio yang tak lain adalah salah satu pembantu di mansionnya. Elio memilih untuk mendekat dan bersembunyi di balik tembok.

"Ck... mereka ngomongin apa sih, mana nggak kedengaran lagi," gerutu Elio.

"Tapi kok aneh banget, kenapa si Nio itu kayak akrab banget sama Bi Nia, padahal sama karyawan di sini dia jarang berinteraksi," gumamnya. Saat Bi Nia membalikkan badannya Elio terkejut, ia cepat-cepat menyembunyikan dirinya agar tidak ketahuan.

Di sisi lain...

"Tadi ibu kayak lihat seseorang deh?" ujar Bi Nia.

"Ah enggak, ibu aja yang salah lihat kali. Udah pada tidur semua kok, tinggal bodyguard sama satpam aja yang jaga di depan," balas Nio.

"Iya sih mungkin ibu yang salah lihat, oh iya..ingat apa yang ibu bilang tadi lho," kata Bi Nia.

"Iya-iya," jawab Nio seadanya. Remaja itu kemudian kembali ke dalam diikuti oleh Bi Nia. Elio yang melihat kepergian mereka pun memilih kembali ke kamar dan mengurungkan niatnya untuk minum.

"Kok aku penasaran ya sama mereka, mereka ngomongin apa coba, kayak serius banget," monolog Elio saat dia sudah sampai di kamar.

"Ah tahu lah..nanti aku cari tahu, mending sekarang tidur lagi," Elio lantas kembali membaringkan tubuhnya di ranjang dan terlelap.

***

Keesokan paginya

Elio telah siap dengan pakaian santainya. Hari ini adalah hari minggu sehingga ia berniat untuk mencari pekerjaan. Elio turun ke bawah untuk sarapan. Ia tidak mendapati saudara-saudara di ruang makan.

"Bi, kakak yang lain ke mana?" tanya Elio kepada Bi Asih.

"Oh itu Den, tadi Aden kembar teh katanya mau beli sesuatu di mall, kalau Den Jean sama Den Nio teh saya nggak tahu ke mana," jawab Bi Asih. Elio mengangguk paham. Remaja itu lantas mengambil sarapan yang sudah tersedia di atas meja. Hari ini ia ingin sarapan dengan roti saja. Selesai sarapan, Elio berpamitan kepada Bi Asih. Ia mengatakan jika dirinya ingin jalan-jalan. Elio berangkat menggunakan sepedanya, tak lupa ia membawa tas yang berisi identitasnya sewaktu-waktu jika nanti ia mendapatkan lowongan di jalan. Tak terasa waktu menunjukkan siang hari, namun Elio belum mendapatkan pekerjaan sama sekali. Kakinya sudah lelah mengayuh sepeda. Wajahnya pucat karena kepanasan, perutnya juga sudah keroncongan.

"Hahh...hah..capek banget, ternyata susah ya nyari pekerjaan buat anak SMA, huftt.." Elio mendudukkan dirinya di trotoar. Sepedanya ia letakkan di sampingnya.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang