03 ~ TEMAN REUNI

9.7K 473 6
                                    

Beberapa bulan sebelumnya.

Di sebuah restoran prasmanan, reuni dari SMA Bintang Abadi berkumpul. Para pria dan wanita yang telah bertambah umur itu terlihat gembira membicarakan masa putih abu-abu mereka dulu.

Di sudut meja, seorang wanita tampak termenung. Awalnya, ia ingin menghadiri reuni untuk menghilangkan lara dalam diri.

Tapi, tampaknya ia salah besar. Tentu saja seluruh atensi meja besar yang tempati beberapa orang itu tertuju padanya, yang jelas menjadi objek untuk obrolan mereka malam ini.

"Padahal laki lo dokter dari keluarga kaya lagi. Kenapa harus cerai, sih?" Pertanyaan tidak bermoral itu keluar dari bibir Ainun, sang sosialita yang selalu membanggakan dirinya karena telah berhasil jadi istri dari seorang abdi negara.

"Eh, seriusan, gue baru dengar kabarnya, loh?" Juni, wanita berlipstik merah terang yang duduk di samping Anna tampak kaget. Ia menoleh pada Anna, ingin tahu.

Anna mengangguk membenarkan, itu bukan rahasia publik lagi. Ibu mertuanya pasti sudah membocorkan ke banyak pihak, bahwa parasit yang menempel di keluarga mereka telah dimusnahkan.

"Terus lo sekarang kerja apa, An?"

"Nggak kerja apa-apa, lagi coba cari kerjaan, sih." Anna menjawab tidak enak. Ia merasa rendah diri, dulu orang-orang memandangnya iri tapi sekarang beda lagi. Rasa cemburu itu telah berubah menjadi kemenangan, seolah mereka berhasil membuat musuh berada di tingkat paling bawah.

"Dia dapat duit tunjangan dari lakinya, kok. Masih enak hidupnya," timpal Ainun membeberkan.

Mendengar hal itu, Anna hanya bisa mengepalkan tangannya erat sambil meredam emosinya dalam diam. Ia meneguk salivanya berat.

"Coba aja dulu lo terima cinta gue, An. Pasti lo nggak bakal jadi janda kek begini." Abi---pria paling nakal di kelas--- buka suara. Meski duduk berjauhan, ia sedari tadi menyimak percakapan menarik tersebut.

Anna hanya tersenyum simpul, tidak menanggapi banyak. Bahkan, jika waktu diputar kembali Anna masih tidak akan menerima cinta dari Abi.

"Gagal move on lo dasar, Babi!" ejek Juni geleng-geleng kepala.

"Oh, iya, An. Kalau butuh apa-apa, lo bisa hubungin gue, kok. Atau sebaliknya, gue yang hubungin lo kalau gue kesepian ---" Kalimat dengan konotasi negatif itu terhenti, saat seorang wanita yang duduk di meja sebelah bangkit lalu memukul kepala Abi cukup keras.

"Aww, sakit, apa-apaan sih, lo?!" kesal Abi bangkit dari kursinya.

"Dari dulu lo nggak berubah, Bi! Pantas aja bini lo sering kabur dari rumah, kalau tingkah lo begini!" Wanita cantik itu mengabaikan teriakan Abi yang mengajaknya bertengkar.

Melewati Juni, wanita berjaket kulit itu menarik tangan Anna keluar dari dalam restoran.

Reuni pamer nama, kekayaan dan keluarga yang ia hadiri malam ini, bukanlah reuni menyenangkan yang ada dalam benaknya.

•••

Mereka berdua duduk di lesehan pinggir jalan, sambil menikmati es cekek dan bakso.

"Mana wibawa Wakil Ketua OSIS yang gue ingat dulu?" Wanita bernama Dona itu melepas jaket kulit, menyisakan atasan crop top hitam yang mengekspos seluruh lengannya.

Anna menoleh pada Dona lalu tersenyum hangat.

"Mbak Dona pasti pasti nyalon jadi Ketua OSIS dulu maksa orang 'kan, buat milih, Mbak?"

Mendengar hal itu Dona tertawa lepas, sudah lama ia tidak sebahagia ini. Akhir-akhir ini, ada banyak beban yang menumpuk dalam pikirannya.

"Bisa dibilang begitu." Dona membalas ucapan Anna dengan candaan. Ia mengeluarkan satu kotak rokok dari dalam saku celana lalu menyodorkannya pada Anna. "Lo mau?"

The Second Life Memory (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang