EXTRA PART : KELAS BAWAH

7.9K 206 1
                                    

"Sini gue lihat tangan lo," kata seorang pria, menarik paksa tangan gadis remaja yang masih duduk di bangku kelas 7 SMP.

Gadis bertag name Amanda itu, menepis kasar tangan pria yang berusia satu tahun lebih tua darinya itu.

"Pura-pura nggak lihat aja dan jangan aduin sama Ibu Panti!"

Pria bernama Anton itu mengejar Amanda, menahan tangan gadis berwajah pucat itu dengan wajah lebam berwarna keunguan.

"Makanya, lo terima aja tawaran mereka untuk mengadopsi kita."

"Mereka? Apa ada orang yang menginginkan gue? Sementara, orang tua gue sendiri aja membuang gue."

Anton berjalan menghampiri Amanda, menahan bahu gadis cantik itu agar mendengarkan perkataannya.

"Orang tua kita memang brengsek. Tapi, siapa tahu hidup bersama mereka membuat kita jauh lebih baik."

"Lebih baik? Lo yakin? Bukankah mereka mensponsori panti asuhan kita untuk mendapat simpati publik. Dari awal, yang mereka inginkan, karena lo pintar lo pasti tahu itu!"

Amanda mengabaikan Anton, gadis itu memilih pergi untuk mengakhiri perdebatan mereka.

"Kalau itu yang mereka inginkan! Lo harus tunjukan bahwa lo bisa. Gue lihat, lo juga suka sama anak keluarga mereka?"

Amanda mengepalkan tangannya ia menoleh kesal pada Anton. Seberapa kuat, ia menutupi perasaan itu tapi Anton selalu tahu.

Sungguh menyebalkan.

"Cowok kaya raya itu, nggak akan pernah melirik orang menyedihkan kayak lo. Ditambah, lo sendiri aja nggak bisa melindungi diri lo dari perudungan-perudungan itu!"

Tangan Amanda mengepal, Anton memang paling hebat membuat amarahnya memuncak.

"Lo sudah selesai bicara, kan? Kalau memang lo mau bergabung dengan keluarga itu, silakan ... gue nggak akan menahan lo pergi! Gue akan tetap tinggal di panti ini."

"Gue belum selesai." Anton mengejar Anna, menghalangi gadis itu dengan wajah serius. Jujur, ia butuh bantuan Anna. "Gue nggak bisa tanpa lo, Manda. Karena itu, gue butuh lo!"

"Butuh gue?"

"Keluarga kaya raya itu suka sama lo! Lo kandidat pertama yang pengen mereka adopsi." Anton mendekati Anna, memeluk gadis yang tengah mematung itu singkat. "Jadi, manfaatkan kesempatan emas ini."

•••

Apa yang dikatakan Anton menghantui pikirannya?

Amanda duduk di tepi ranjang, mengoleskan obat pada beberapa luka memar di tubuhnya.

Rasa sakit itu, tidak sebanding dengan penderitaan akibat perudungan dan perkataan menyakitkan yang selalu dilimpahkan padanya.

Amanda tidak bersalah. Tapi, kenapa ia hidup dalam penderitaan?

Apa ia juga bersalah karena kelahirannya?

Sampai saat ini, Amanda berharap lebih pada kedua orang tua yang tidak pernah ia lihat sejak lahir. Karena kenyataannya, selama ini Amanda masih menunggu kedatangan mereka untuk menjemputnya.

Suara ketukan pintu membuat Amanda bergegas mengambil jaket untuk menutupi lukanya, dan memakai rok panjang.

Setelah bersiap, Amanda membuka pintu dan keluar. Saat pintu terbuka Amanda dikejutkan dengan kehadiran seorang pria berwajah manis dan rupawan.

"Hai!" sapanya.

Amanda mengangkat pandangannya, menatap manik terang milik Bara. Senyum pria itu menghangatkan perasaannya.

"Cowok kaya raya itu, nggak akan pernah melirik orang menyedihkan kayak lo!"

Perkataan Anto kemarin muncul dalam benak Amanda.

"Hai, apa kabar?" tanya remaja bernama Bara itu.

Amanda diam sejenak. Menatap Bara masih dalam diam. Senyum Amanda terbit kecil, wajah sedihnya itu mulai menghilang.

Satu langkah ke depan, Amanda berada cukup dekat dengan Bara. Tanpa aba-aba, Amanda langsung merentangkan tangan dan memeluk tubuh Bara.

The Second Life Memory (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang