40 ~ BADAI PUN REDA

3.9K 228 3
                                    

Pernyataan cinta Bara tempo hari sangat membebani Anna, ia tidak bisa berpikir jernih. Akibatnya, ia  tidak bisa melanjutkan pencarian benang merah untuk mengungkap kejadian bunuh diri yang sebenarnya.

Tika. Wanita itu adalah juru kunci yang bisa memberitahu Anna siapa pelaku sebenarnya.

Tapi, kenapa Tika memilih bungkam?

Terkesan seolah ... sedang mengulur waktu?

Seperti rutinitas terdahulu, apabila Anna tengah dihinggapi dengan banyak pikiran. Solusi di mata Anna adalah berlari sejauh yang bisa.

Anna bersiap dengan pakaian dan sepatu olahraga lengkap. Namun, saat sedang menutup gerbang ia dikejutkan dengan kehadiran wanita paruh baya, yang langsung membuat suasananya hancur lebur.

"Bebaskan Elin!" titah Yuli, pada intinya.

"Kenapa aku harus melakukannya?"

"Kamu harus melakukannya, Diyana!" Yuli merasa percaya diri, bahwa mantan menantunya itu akan patuh.

"Aku bukan orang yang bisa Anda suruh-suruh," tolak Anna cepat.

Mendengar jawaban spontan Anna. Yuli hampir saja kehilangan kata-katanya.

"Aku akan berhenti mengusik ketenanganmu jika kamu melakukannya, " terang Yuli.

Anna menyipit tajam pada Yuli, mantan mertuanya itu pasti telah kehilangan akal sehat.

"Bukankah, itu memang hal yang sewajarnya Anda lakukan?" Anna mengencangkan tali sepatu, ia harus segera pergi.

"Lalu apa? Apa yang kamu inginkan?"

Langkah Anna terhenti saat Yuli meraih tangannya. Menahan Anna agar berbicara sedikit lebih lama.

"Sebenarnya, tidak ada." Anna menepis tangan Yuli darinya kasar.

Pikiran Anna sudah sangat kacau sekarang, mantan mertuanya itu hanya memperkeruh keadaan.

Plak!

Suara tamparan mengejutkan Anna. Netranya melebar, ia tidak menduga sama sekali. Setelah penolakannya, Yuli tampak marah dan akhirnya melayangkan tamparan cukup keras itu ke pipi kanan Anna.

"Dasar kurang ajar kamu Diyana!" geram Yuli. Ia sudah menurunkan harga dirinya dan meminta baik-baik. Namun, Anna malah bertingkah dan meresponnya dengan tidak sopan.

"Jadi, seperti ini wujud Anda sebenarnya." Anna memegangi pipinya, tersenyum hambar pada Yuli. Tidak mudah membersihkan air keruh, hati wanita tua itu jelas sudah sangat kotor karena rasa bencinya pada Anna. "Aku memang sudah menduganya," sambung  Anna.

"Aku mau kamu tarik kembali gugatanmu dan bebaskan Elin!" Sekali lagi, Yuli memerintahkan.

"Jika itu yang Anda mau, memohon-lah." Kesabaran Anna semakin menipis. Ia menatap Yuli menantang. "Bersujud dengan sungguh-sungguh maka aku akan mempertimbangkannya."

"Dasar, wanita licik!" teriak Yuli sekali lagi hendak melayangkan tamparan ke pipi kanan lawan bicaranya.

Namun, dengan cepat Anna berhasil menahan tangan Yuli lalu menghempaskannya kasar.

"Anda hanya punya kesempatan satu kali, memohon, meminta maaf dan bersujud padaku!"

Persetan, jika Anna dicap gila hormat serta mengabaikan kesopanannya sebagai wanita muda yang, meminta wanita lebih tua untuk melakukan hal tersebut.

Anna hanya ingin, mendengar permintaan maaf Yuli bukan untuk dirinya tapi untuk pemilik raga sebenarnya.

•••

The Second Life Memory (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang