31 ~ THE REASON

4.2K 231 9
                                    

"Gue dengar-dengar Tamara putus ya sama Bara."

"Iya, gue juga dengar. Mungkin Bara udah sadar, ngapain juga dia berlama-lama sama tuh anak baru gede. Naik dikit aja namanya udah belagu."

"Emang ngeselin banget, sih! Dia tinggal nunggu redup aja di industri ini."

"Bentar lagi paling. Akting dia juga masih nggak bagus-bagus amat, tanpa pacarnya yang kaya itu mana mungkin sutradara ngelirik dia."

"Ups! Dia itu mau kayak Amanda, sahabatnya. Karena Manda udah meninggal dunia, dia pikir dia bisa kali jadi Manda yang kedua? Jangan mimpi, deh!"

"Haha, mimpi dia emang ketinggian. Kalau Manda mah, dari awal debut artis aja dia udah punya aura bintang. Meski berapa kali bikin skandal tapi namanya tetap di atas. Lah, Tamara itu artis apaan, nenek gue juga nggak kenal dia."

Perkataan menusuk itu, menjadi santapan Tamara setiap hari.

Tamara sedang berdiri di tidak jauh dari pintu ruang make up. Ia bersandar pada tembok dengan wajah sedih.

Sedari tadi, ia menguping pembicaraan rekan sesama profesi yang sibuk bergosip di belakangnya.

Tamara menarik napas panjang, di tengah jeda percakapan itu. Ia masuk ke dalam ruangan.

"Sudah puas kalian semua ngomongin aku?!"

"Eh, ada orangnya." Keempat wanita yang sedang duduk itu berbisik-bisik, lalu menatap Tamara canggung.

"Dengerin, ya! Kalian nggak ada hak untuk mengomentari dan merendahkan hidup aku!" tegas Tamara. Ia berjalan menuju make up artis yang sudah menunggunya. "Dan, kalian perlu sadar diri! Karena, bagaimanapun aku masih lebih baik dari kalian!" tambahnya.

Tamara duduk di depan meja rias, menatap wajah cantiknya di cermin sambil bertanya-tanya. Mengaitkan kebenaran seperti yang dikatakan empat wanita tukang gosip itu.

Siapa Tamara tanpa Bara? Apa dirinya, memang tidak begitu berarti?

Sebelumnya ... dengan pertanyaan yang sama. Siapa itu Tamara Nadie?

Orang-orang mengenalnya sebagai sahabat Amanda Shopia. Bahkan, orang-orang yang mendukung awal kariernya dan memberi semangat adalah penggemar sahabatnya itu.

Tamara jadi tidak yakin dengan dirinya sendiri. Tidak dipungkiri, ia merasa sangat bersyukur mengenal dan dicintai oleh Amanda.

"Gue kangen sama lo, Manda."

Tamara menatap wajahnya yang selesai dirias, beberapa hair style mengerjakan rambutnya.

Kedua tangan Tamara mengepal. Ia seakan berbicara pada dirinya sendiri melalui cermin.

"Gue nggak akan jadi lo yang kedua, gue nggak akan jadi bayangan dan tiruan lo lagi, Manda!"

Tamara selalu kalah dalam hal apapun dari sahabatnya itu. Wajar, jika terkadang rasa iri membuatnya menjadi rendah diri, dan ingin memiliki apa yang juga diinginkan oleh Amanda.

"Setidaknya, biarkan gue menang sekali aja dari lo."

Menang ... soal Bara.

Senyum Tamara terbit, meski ada rasa bersalah yang menyentak dalam lubuk hati kecilnya.

•••

"Kak Al!"

Elin menerobos masuk ke kamar sang kakak. Ia terkejut menemukan beberapa barang dan koper yang telah dikemas rapi.

"Kak Al, mau ke mana?!" tanya Elin membuntuti sang kakak.

"Aku udah nggak bisa tinggal sama Bunda!" Alvaro menarik dua koper di kanan dan kirinya. Ia juga telah mengemasi beberapa barang Alana.

The Second Life Memory (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang