38 ~ JANJI

4.1K 225 4
                                    

"Apa?!" kaget Anna saat Alvaro tiba-tiba menghubunginya.

"Bunda nggak bisa karena sedang ngurus masalah Elin."

Anna benar-benar merasa direpotkan oleh keluarga Alvaro yang menyebalkan.

Sarapan salad yang sedang Anna santap di jam makan siang, membuatnya kehilangan selera makan.

"Diyana please kali ini aja," bujuk Alvaro dari seberang telepon.

"Oke-oke."

Pada akhirnya, Anna setuju untuk menuruti permintaan Alvaro, yaitu menjemput Alana pulang sekolah.

Entah hanya sekadar alasan atau sungguhan. Alvaro bilang, dia ada operasi gawat darurat mendadak, karena hal itu ia tidak bisa menjemput Alana.

Dan, malah melimpahkan tugas dan tanggung jawabnya pada Anna.

Dengan motor birunya, Anna tiba di depan SD Kenanga. Bu Tuti dan Alana menjadi orang terakhir yang menunggu di sekolah.

"Mama!" teriak Alana girang, segera berlari ke pelukan Anna. Kepala Alana mendongak dengan mata berbinar cerah. "Wah, Alana pasti mimpi karena Mama yang jemput Alana sekolah."

"Ayah kamu lagi sibuk," balas Anna terus terang. "Kamu sudah makan siang?"

"Belum, Ma."

"Kita makan siang sekalian jalan-jalan."

"Wah! Senangnyaaa!" pekik Alana girang.

Sudut bibir Anna terangkat sedikit. Jika, bukan karena suruhan Alvaro untuk mengajak Alana dan menjaga gadis itu sampai pekerjaan sang ayah selesai. Anna tidak mungkin mau melakukannya.

•••

Mereka tiba di salah satu restoran yang berada di pusat perbelanjaan. Berjarak, tidak jauh dari rumah sakit tempat Alvaro bekerja.

Saat menjemput Alana tadi, Anna sempat berbicara dengan Bu Tuti sebentar. Bu Tuti bilang, Alana sering datang terlambat dan telat untuk dijemput.

"Kata Bu Tuti kamu sering terlambat dan telat dijemput, ya?" tanya Anna memastikan.

"Iya, soalnya Anti Elin lagi ke luar kota. Karena, biasanya Alana diantar jemput sama Anti. Jadi, nggak ada lagi yang antar jemput Alana tepat waktu."

"Oh, gitu?"

"Tapi, Alana nggak akan telat lagi, kok. Karena Ayah akan mencarikan supir buat Alana." Alana memberitahukan. Ia ingin berbicara lebih lama dengan sang mama.

"Benarkah?"

"Iya, Mama."

Anna diam tidak menggubris apapun, pembicaraan singkat mereka telah berakhir. Ia hanya menonton Alana yang tampak makan dengan lahap dan bersemangat seperti anak kecil seusianya.

"Makasih buat flashdisk kuningnya," kata Anna pelan.

•••

Bara baru saja selesai rapat dengan salah satu klien penting. Langkah, Bara terhenti saat melihat Anna sedang asik berbincang dengan gadis kecil di sebuah restoran cepat saji.

"Anna," panggil Bara menghampiri.

"Bara," balas Anna. Tidak mau membiarkan Bara terus-terusan berdiri. Anna mempersilahkan pria bersetelan rapi itu untuk duduk.

"Dia siapa, Ma?" Alana meletakan sendok es krimnya, menunjuk wajah Bara dengan rasa ingin tahu.

"Namanya Om Bara, dia teman Mama," jawab Anna jujur.

The Second Life Memory (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang