23 ~ DITERPA BADAI

5.5K 291 5
                                    

Berada di luar restoran, Anna sesekali melihat ke dalam. Ia bisa melihat ekspresi penuh tanya dari teman-teman palsunya itu.

"Kenapa kamu begitu?" tanya Ryan.

"Begitu bagaimana?" Anna mengerutkan kening, tidak paham.

"Sikapmu agak berbeda di hadapan teman-temanmu tadi."

"Oh, soal itu. Aku minta maaf," kata Anna merasa tidak enak. Demi kepuasan untuk membalas para serigala licik itu, Anna ikut menyeret Ryan yang tidak tahu apapun.

"Kalau kamu merasa bersalah dan minta maaf, beri aku tumpangan malam ini."

Mendengar yang dikatakan Ryan, Anna menjadi bingung namun dengan cepat ia mengangguk.

Setelah kesepakatan tersebut, mereka berdua kembali masuk untuk menemui teman-teman Anna.

Ryan meladeni dengan senang hati, beberapa orang yang ingin berfoto dengannya. Anna berdiri tidak jauh di belakang Ryan, hanya bisa menonton.

"Ryan, temannya Anna 'kan? Berarti kamu juga tahu kalau Anna itu seorang janda anak satu?" tanya Ainun tiba-tiba bersikap sopan di depan Ryan.

Anna hanya memaksakan senyum di bibirnya. Sungguh mengesalkan, kenapa Ainun harus membocorkan hal yang tidak perlu itu di hadapan orang banyak, terutama Ryan?

Ryan menoleh pada Anna sebentar, lalu melayani Ainun yang juga ingin berfoto.

"Aku tahu," bohong Ryan.

Sesi temu penggemar dadakan itu berakhir, menyisakan Anna dan Ryan yang belum pulang. Anna menoleh saat Ryan mengikutinya hingga ke kasir.

"Biar aku yang bayar!" kata Ryan, mengeluarkan kartu kredit dari dalam dompetnya.

"Tidak, usah!" tolak Anna. Ia masih mampu membayar makanan yang tidak seberapa itu. "Aku punya uang sendiri, kok."

Anna menyerahkan kartu kreditnya dengan percaya diri.

"Mohon maaf, saldo di dalam kartu Anda tidak cukup." Kasir bernama Maya itu mengembalikan kartu milik Anna.

"Nggak mungkin! Coba sekali lagi!" protes Anna cepat, ia menyodorkan kembali kartu miliknya.

"Pakai ini saja!"

Dan, pada akhirnya Anna harus berhutang uang pada Ryan.

"Terima kasih, ya. Nanti aku, bayar, aku janji."

Anna masih punya dua atau tiga barang mahal curian dari apartemennya yang belum ia jual.

"Bayar aku, dengan cara ... ngabulin satu permintaan aku aja, Anna."

"Apa itu?"

"Nanti aku beritahu."

"Jangan aneh-aneh tapi."

Seperti kesepakatan awal, Anna memberikan tumpangan pada Ryan. Anna memperhatikan Ryan dari kaca spion motornya. Ia senang, melihat Ryan baik-baik saja bahkan setelah kepergiannya.

"Mereka semua temanmu?"

"Aku bisa mengatakan kalau mereka bukan temanku." Anna tidak ragu sedikitpun. Tidak ada teman yang berusaha menjatuhkan temannya sendiri.

"Aku bisa melihatnya. Lalu, kenapa bertemu dan berkumpul jika bukan teman?"

"Hanya penasaran, bagaimana jika singa berada di kandang serigala?"

"Kamu yang jadi singanya?"

"Jelas! Siapa lagi?"

Mendengar hal itu, Ryan terkekeh geli. Ia mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Anna, saat motor itu mulai melaju dan menyalip beberapa mobil dengan bersih.

The Second Life Memory (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang