44 ~ LAMARAN

5.4K 225 12
                                    

Bara baru saja tiba setelah memarkirkan mobilnya, rapat ditunda setengah jam ke depan karena Anton mendadak terkena musibah.

Asistennya itu bilang, ada orang yang tiba-tiba tidak sengaja menabrak bumper mobil bagian belakang.

Mengingat beberapa berkas penting ada pada Anton. Bara lebih khawatir pada kondisi sahabatnya itu ketimbang pengunduran rapat.

Langkah Bara terhenti setelah belasan meter berjalan.

"Kamu serius dengan wanita itu?" tanya Tamara masih merasa tidak percaya.

"Aku tidak tahu apa maksud kamu, Tamara."

"Aku bertemu dengannya, aku menemui Anna." Tamara berkata jujur, ia tidak ingin menutupi apapun pada Bara.

"Kenapa kamu melakukannya? tanya tanya Bara dengan suara cukup tinggi. "Apa hak kamu melakukan hal itu?"

"Aku hanya ingin melihat wanita itu dengan mata kepalaku sendiri," jawab Tamara apa adanya.

"Sudahlah, jika kamu datang menemuiku untuk pembahasan seperti ini. Lebih baik kita tidak usah bertemu lagi." Bara memberi batasan, ia juga tidak ingin Tamara kesulitan karena mereka masih bertemu satu sama lain.

"Jangan bilang di hatimu sudah tidak ada aku lagi?" Tamara mendongak menatap Bara lekat. Tamara meraih tangan Bara, ia mendekat lalu memeluk tubuh kekar itu erat, sambil membenamkan kepalanya pada dada bidang itu.

Namun, Bara diam tanpa reaksi apapun.

Dan, Tamara tidak masalah dengan itu. Ia lebih berpikiran terbuka sekarang.

"Tidak masalah, kamu boleh terpikat padanya tapi janji padaku kalau itu hanya untuk sementara waktu saja, Bara. Kamu juga boleh bermain-main dengannya, sampai kamu puas. Aku akan menunggu, jadi ... kembalilah padaku, Bara."

Bara mendorong pelan bahu Tamara, membuat pelukan Tamara terlepas darinya.

"Tidak ada harapan lagi, Tamara. Jangan berharap padaku. Dan, dalam waktu dekat ini aku berpikir untuk melamar Anna ---"

Dari tempatnya berdiri, Anton yang kebetulan baru saja tiba mengamati interaksi yang terjadi antara mantan kekasih itu.

Kehadiran Anton, membuat percakapan Bara dan Tamara terhenti. Ia menarik Bara menjauh dari sang mantan.

•••

Bara dan Anton berada dalam lift bersama menuju ruang rapat seperti jadwal awal.

"Apa semuanya baik-baik aja, Ton?" tanya Bara, ia melirik asistennya itu cukup lama.

"Iya Pak, maaf rapat harus ditunda karena saya."

Bara menepuk pundak Anton, pria yang sudah ia kenal puluhan tahun itu lebih sepertu sahabat baginya ketimbang rekan kerja.

"Ngomong-ngomong Pak Bara, boleh saya bertanya sesuatu?"

Seperti biasa, Anton selalu sopan. Di mata Bara, pria itu terlalu kaku.

Kepala Bara mengangguk memberikan persetujuan.

"Apa Anda serius dengan ucapan Anda tadi?" tanya Anton ingin tahu.

"Ucapan yang mana?" jawab Bara tidak begitu ingat. Ada banyak hal yang diucapkannya hari ini.

"Soal Anda ingin melamar Anna, Anda yakin?"

Pertanyaan Anton membuat Bara menoleh, tidak biasanya Anton mengajukan pertanyaan pribadi seperti itu.

"Iya," jawab Bara apa adanya.

"Apa Pak Bara lupa kalau Anna itu ---"

"Shhht, dia masih hilang ingatan dan kita juga dengar apa kata Dokter Fabian bahwa ingatan Anna tidak mungkin kembali." Bara memotong ucapan Anton. Ia berharap kejadian itu tidak pernah terjadi. Rencananya Bara akan jujur pada Anna, ia hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya.

The Second Life Memory (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang