42 ~ BENANG MERAH

4.6K 254 5
                                    

"Mama!"

Sampai detik ini, Anna bisa bilang dirinya berlum terbiasa dengan sikap manja Alana.

Karena rasa gengsinya, Anna memanfaatkan sang putri sebagai alibinya untuk bertemu dengan Alvaro.

Anna sangat membutuhkan bantuan Alvaro, mengingat pria itu masih sangat mencintai mantan istrinya. Sudah dipastikan Alvaro pasti bersedia membantu Anna untuk mengungkap kebenaran di balik insiden bunuh diri tersebut.

"Alana kangen sama Mama," kata Alana jujur. Ia memeluk kaki Anna erat.

Setelah pelukan Alana terlepas, Anna berjongkok untuk menyamai tinggi badan mereka.

"Hari ini, kamu sama Mama dulu, ya?"

Dengan cepat, Alana mengangguk. Kapan lagi ia bisa menghabiskan banyak waktu dengan Anna.

"Alana tidak jadi dicarikan supir oleh Ayah, karena Tante Elin sudah kembali." Gadis kecil itu memberitahukan tanpa ditanya.

"Baguslah. Kalau begitu, kamu jangan terlambat lagi ke sekolah." Anna mengusap pucuk kepala Alana.

•••

Alvaro mengantarkan Alana pulang lebih dulu. Agenda mereka bertiga hari ini cukup sibuk, yaitu berkeliling taman bermain mengikuti ke manapun Alana pergi.

Setelahnya, Alvaro mengantarkan Anna pulang. Di tengah perjalanan Anna meminta mobil Alvaro menepi. Ada yang ingin ia bicarakan dengan mantan suaminya.

"Ada apa?" tanya Alvaro ingin tahu, ia menuruti permintaan Anna cepat. "Oh, ya, terima kasih karena kamu sudah mau mengajak Alana jalan-jalan, Na."

"Dengan senang hati."

Anna mengeluarkan tab, file-file dari flashdisk kuning itu sudah ia salin pada benda pipih canggih tersebut.

"Al," panggil Anna.

"Iya?"

"Bagaimana jika menurutmu aku tidak bunuh diri?" Anna memberanikan diri untuk memberitahukan hal tersebut.

"Apa maksudmu?" Alvaro menatap Anna lekat.

"Bagaimana jika ada seseorang yang berusaha membunuhku?"

Alvaro tidak paham, kenapa Anna tiba-tiba membicarakan hal tersebut padanya.

Namun, ia bisa melihat ada keseriusan dari tatapan dan ucapan Anna.

"Sungguh? Siapa?" tanya Alvaro penasaran.

"Aku sedang menyelidikinya sekarang," jawab Anna apa adanya. Ia tidak punya bukti cukup untuk menuduh siapapun, meski ia telah mencurigai seseorang sejak awal.

"Lihat ini," lanjut Anna. Ia menyerahkan tab miliknya pada Alvaro.

"Biarkan aku melihatnya." Benda pipih itu telah berpindah ke tangan Alvaro.

Awalnya, Alvaro tidak paham betul isi dari berkas penting yang berisi beberapa nominal uang itu.

"Bagaimana, Al? Apa kamu tahu maksud dari ini semua?" tanya Anna. Ia telah menunggu pria di sampingnya itu cukup lama. Namun, Alvaro tampak belum selesai.

Alvaro menegakan tubuhnya, lalu menoleh menatap Anna dengan wajah khawatir.

"Dari mana kamu mendapatkan semua dokumen ini?"

"Ada seseorang yang memberikannya padaku."

Alvaro membasahi bibirnya. "Kurang lebih yang aku tahu, nominal dan mutasi dana yang tidak wajar ini adalah aliran dana gelap."

The Second Life Memory (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang