24 ~ KOMENTAR NEGATIF

5.2K 253 10
                                    

"Aku pasti sudah gila!"

Anna memukul kepalanya, menyesali perkataannya beberapa menit lalu. Dan sekarang, Anna merasa ingin menghilang dari muka bumi, ia terlalu malu.

Bagaimana kelak ia menghadapi Bara? Setelah perkataan yang lebih terdengar seperti pernyataan cinta itu diutarakan, Anna tidak mendapat balasan apapun.

Bara sama sekali tidak menggubris dan pergi begitu saja. Dari tindakan Bara itu, Anna menyimpulkan bahwa dirinya telah ditolak mentah-mentah.

Anna duduk di tepi ranjang, dengan kaki menyilang. "Apa sungguh tidak ada kesempatan lagi untuk aku dan Bara?!" tanya Anna entah pada siapa.

Tidak cuman memikirkan Bara. Anna teringat fakta yang baru ia ketahui dari mulut Sasa. Tentang dirinya yang pernah bekerja di TQ Company.

Anna beranjak dan mencari jejak yang mungkin ditinggalkan. Tapi, hasilnya nihil, ia tidak menemukan apapun.

Menatap seisi ruangan, Anna jadi bertanya-tanya. Dari sekian banyak tempat, tentunya ada banyak pilihan jika ingin mengakhiri hidup. Misalnya, terjun dari jembatan, mengiris nadi atau bahkan gantung diri.

Akan tetapi, kenapa Anna harus terjun bebas dari atap TQ Company?

Karena aksi nekatnya itu, Anna ingat sekali. Saham di TQ Company anjlok dan Bara menjadi sibuk karena harus membereskan kekacauan tersebut. Ia bahkan kesulitan untuk menemui Bara saat itu.

Otak Anna yang tidak begitu cerdas semasa sekolah, berpikir cepat. Mempertanyakan dibalik alasan sesungguhnya seorang janda muda seperti Anna bunuh diri.

"Bayangkan Amanda ... jika kamu jadi Anna. Kenapa kamu harus bunuh diri di atap perusahaan itu?"

Kedua mata Anna terpejam, lalu matanya terbuka kembali setelah beberapa detik.

"Apa jangan-jangan ... sebenarnya, Anna tidak bunuh diri?"

Tebakan asal itu, membuat Anna menggeleng cepat. Sialan, karena pikirannya mulai keluar jalur, ia bahkan sampai mengarang bebas, akibat terdampak dari serial thriller yang sering ia tonton akhir-akhir ini.

•••

Ryan datang ke perusahaan agensinya. Tidak biasanya CEO-nya yang sibuk dengan banyak hal itu, mengajak Ryan bertemu bahkan di kantor pribadi.

Ruangan ber-AC itu terlihat nyaman, Ryan duduk di salah satu sofa sementara atasannya tampak mengambil sesuatu dari dalam laci.

"Apa semua ini, Ryan?" Pria berusia 50 tahunan itu, meletakan puluhan foto di atas meja.

Ryan meraih salah satu foto asal, untuk melihat lebih jelas.

"Dari mana lo dapat semua ini, Bang?" tanya Ryan ingin tahu.

"Lo itu penyanyi paling populer saat ini. Jadi, wajar kalau paparazzi ngintilin lo ke mana aja. Lo nggak sadar?" Tomi duduk di depan Ryan dengan wajah serius, ingin menginterogasi sang artis. "Siapa wanita ini?"

Ryan mendongak memandang Tomi.

"Dia penggemar gue," jawan Ryan jujur. Semua foto yang diambil merupakan foto-foto kebersamaan Ryan dan Anna selama beberapa waktu belakang ini.

"Sejak kapan lo dekat sama penggemar?" Tomi jelas tidak percaya. "Jangan bohong, dia pacar lo, kan?"

"Bukan, Bang." Ryan menjawab jujur.

Tomi mengangkat sudut bibirnya. Ryan memang tidak berbohong, tapi ia bisa membaca hal lain yang terlukis di wajah rupawan itu.

"Oh, gue tahu. Jadi sebenarnya, lo 'kan yang suka sama penggemar lo ini?"

The Second Life Memory (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang