37: Withhold

1.4K 336 116
                                    

CHAPTER 37:
Withhold

[Playlist: Luke Chiang – May I Ask]

***

12 Maret 2021

"Dia benar-benar melakukannya dengan hebat."

Haechan bersuara di pojokan ruang rekaman. Ada ponsel yang layarnya menyala, menampilkan performa panggung perempuan yang hari ini meresmikan debutnya sebagai seorang soloist.

Di samping Haechan, berdiri—setengah membungkuk, Mark, ikut menonton layar. "Wah, pacar Jaehyun Hyung benar-benar bintang besar," komentarnya, dengan mata terkesima. "Aku penasaran, sebenarnya Jaehyun Hyung pakai pelet apa sampai sekelas Rose mau jadi pacarnya. Dia benar-benar dapat jackpot."

Gulungan kertas mendarat di kepala Mark. Tangan Taeyong yang berulah. "Jaehyun layak mendapatkannya. Dia berusaha sangat keras memenangkan hati si cantik itu. Lagipula Jaehyun juga hebat, lihat saja, sebentar lagi dia juga akan jadi bintang besar."

Seluruh pasang mata tertuju pada sosok di balik sebuah kaca transparan yang memperlihatkan aktivitas recording. Ada Jaehyun, Taeil, dan Yuta di dalam sana, tenggelam dalam aktivitas melantunkan nyanyian, sesekali mendengarkan instruksi produser.

"Tapi, apa Jaehyun Hyung sudah benar-benar sudah selesai dengan mantan pacarnya? Ku dengar mantannya masih suka menghubungi."

Minim informasi yang Jungwoo dapat, alhasil ia menjadi sosok yang paling penasaran. Nyaris semua manusia di sekitar Jungwoo kini tutup mulut sebab mereka juga tak banyak tahu soal itu.

"Dengar-dengar juga, katanya Rose yang pertama kali mengejar. Wah, mustahil menolak perempuan secantik dan sehebat itu? Mungkin, Jaehyun juga berpikiran begitu. Maksudku, Jaehyun menyukai karena disukai duluan. Hubungan mereka terjalin bukan karena Jaehyun sungguh-sungguh mengejarnya, tapi karena Jaehyun beruntung dikejar olehnya."

Gulangan kertas di tangan Taeyong diambil alih oleh Johnny, dipukulkan pada pundak Doyoung, "Bicaramu menyesatkan. Jangan bicara kalau tidak tahu apa-apa!"

Pukulan Johnny juga hampir mendarat di bahu Jungwoo kalau-kalau laki-laki itu tidak sigap menghindar.

"Kau juga! Jaehyun sudah selesai. Dia sudah memutus semua akses komunikasi dengan Chaeyeon. Lagipula, kalau Jaehyun tidak sungguh-sungguh sejak awal, dia tidak akan nekad terbang ke Jepang waktu itu hanya untuk menemui Rose, padahal dia sangat lelah."

Doyoung memutar bola mata, mengerutkan dahi. "Dia tidak pamit untuk menemui Rose. Waktu itu kakeknya sekarat, jadi dia buru-buru pergi. Mungkin karena kebetulan Rose ada di sana, jadi Jaehyun menemuinya."

"Ah, benar. Setelah pulang dari Jepang, di ruang latihan, aku masih melihat Jaehyun Hyung mengirim pesan pada Chaeyeon Nunna. Cuaca akhir-akhir ini ekstrim, perhatikan pakaian dan pola makanmu, istirahat juga dengan cukup. Kurang lebih begitu. Mungkin karena tidak selalu mendapat respon, Jaehyun Hyung akhirnya berpaling," timpal Haechan dengan heboh.

Johnny menghela napas. Ia agak resah, merasa yang paling tahu di antara mereka semua, tapi mungkin sebenarnya ia justru yang paling tidak tahu.

"Tidak mungkin Jaehyun menemui Rose, kalau tidak ada perasaan apa-apa. Dia akan langsung pulang setelah menjenguk kakeknya, kalau dia memang tidak menyukai Rose. Dan, lagi, perempuan tidak akan mengejar kalau laki-laki tidak melangkah duluan. Dan, Jung Chaeyeon, Jaehyun mengirim pesan karena memang biasanya begitu. Maksudku, sulit menghilangkan kebiasaan yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Lagi pula, sekarang sudah tidak lagi."

BITTERSWEET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang