Extra | 3

2.7K 198 46
                                    

1 Januari 2022 – Grindelwald, Switzerland

Untuk mencapai Grindelwald, butuh perjalanan selama kurang lebih dua jam dari stasiun Zurich dengan kereta api. Perjalanan yang tak singkat itu dibayar lunas dengan pemandangan yang sukses menjamu penglihatan sepanjang lintasan. Saat musim dingin seperti sekarang, setiap pasang mata akan menemukan pegunungan, bukit, rumah-rumah penduduk, hamparan padang, rerumputan juga pepohonan yang tertimpa butiran salju.

Kalau sedikit beruntung, kalau hari sedikit lebih cerah dari biasa, kalian juga bisa menemukan langit biru berarak kumpulan awan yang kian menjadikan panorama nyata itu bak lukisan di kanvas-kanvas.

Dan, sepanjang duduk di dalam kereta, itu sukses membuat Rose terpana. Laki-laki di sebelahnya pun juga. Namun, ketimbang melihat ke luar jendela, Jaehyun lebih sering melabuhkan sorotnya kepada sepasang mata perempuan yang dihiasi binar-binar bahagia.

Masker dan bucket hat selalu dikenakan mereka berdua selama perjalanan, demi meminimalisir risiko dikenali manusia sekitar. Meski demikian, Jaehyun tetap bisa tahu, kapan perempuan itu tersenyum, begitu sebaliknya. Seperti sudah terlatih, jemari Jaehyun akan berangkat melabuhkan sentuhan di kepala perempuan yang menoleh dengan kedua mata menyipit.

Liburan yang diadakan secara dadakan ini akan dihabiskan dengan rencana yang tidak muluk. Sekedar menyewa chalet di kaki Gunung Eiger, menikmati segala fasilitas yang ada di sana dan menikmati suguhan pemandangan desa yang di kelilingi oleh Pegunungan Alpen. Sebab mereka hanya punya waktu satu hari satu malam, sebelum esok kembali menempuh perjalanan pulang lalu berkelit dengan sejumlah pekerjaan.

Alhasil, ketimbang menaiki kereta gantung, piknik di jalur pendakian menuju Danau Bachalpsee, atau bermain ski, Rose lebih memilih duduk-duduk di atas karpet, di halaman chalet bersama secangkir kopi, beberapa makanan ringan, kertas akuarel, cat air, kamera, dan Jaehyun tentunya.

"Sudah selesai?"

Di sudut karpet sana, Jaehyun bertanya usai melihat Rose meletakkan kuas di dalam tabung kaca berisi air. Sesosok laki-laki duduk santai merangkul lutut dengan latar pegunungan baru saja dituang ke dalam sebuah kanvas lukisan, dan kegiatan itu telah berlangsung nyaris satu jam.

"Tunggu sebentar."

Rose menahan keberadaan Jaehyun yang sudah sangat bosan di posisinya saat itu. Ingin Jaehyun adalah segera mendekat pada perempuannya. Namun, Jaehyun mesti menahan diri selama beberapa menit lagi, sampai Rose berhasil membidik sandingan antara lukisan dengan modelnya.

"Sudah?"

Di sudut lain, Rose tersenyum puas mengamati layar kamera di tangan. Secepat Rose mengangguk, secepat itu pula Jaehyun bergeser merapat. Kegiatan laki-laki itu kini adalah mengamati sebuah karya seni dan senimannya.

"Wah, kamu bahkan berbakat dalam hal ini."

Satu pujian melesat secara kontan. Jaehyun sedang terkesima dengan kertas di tangan yang memuat dirinya dalam dimensi berbeda. Dan, pulang nanti, Jaehyun bertekad untuk membingkai dan memajang itu dengan bangga.

Pujian Jaehyun hanya mendapat balasan seulas senyum tipis. "Kamu suka?"

Mengangguk semangat, Jaehyun kembali menyanjung, "Aku tidak pernah melihat lukisan seindah ini sebelumnya."

Kali ini, yang didapatkan adalah sebuah tawa kecil, dibarengi dengan geplakan pelan di lengan atas. "Kamu berlebihan."

Kertas diletakkan dengan hati-hati di atas karpet. Tangan Jaehyun beralih fungsi meraih sebuah jemari lentik berhias sedikit noda cat air. Itu diperhatikan Jaehyun lamat-lamat, kadang diusap-usap.

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang