Extra | 4

2.6K 194 28
                                    

Apa pun.

Rose menjangkau apa pun yang bisa dijangkau dengan segera sebelum seseorang keluar dari toilet sana. Tangan kiri menggenggam erat tepian selimut yang melilit tubuh polosnya agar tidak merosot sepanjang berdiri di depan sebuah lemari. Tangan kanan bergerilya mencari-cari pakaian, sementara matanya terus saja menyorot pintu toilet dengan waspada.

Bukan apa-apa. Rose hanya masih terlalu malu untuk 'memperlihatkan', meski semalam Jaehyun sudah melihat secara utuh. Siapa yang akan langsung terbiasa jika baru sekali? Tidak ada.

Namun, Jaehyun mungkin adalah pengecualian.

Buktinya, meski Jaehyun bilang semalam juga adalah pertama kali baginya, tidak sebagaimana Rose, laki-laki itu kini datang dalam keadaan setengah telanjang tanpa malu ataupun segan; keluar dari toilet dengan badan bagian bawah yang hanya terlilit sehelai handuk; menggusak rambut setengah basah dengan handuk yang lain.

Di tempatnya berdiri, Rose terperangah. Sebuah kaos hitam yang sempat berhasil diraih tetapi belum sempat dikenakan saat itu juga terlepas dari genggaman, jatuh malang di dekat kakinya yang tak beralas, tak lantas dipungut kembali sebab Rose sibuk menenangkan jantung yang berdebar kencang sedetik usai matanya bertegur sapa dengan mata laki-laki di ujung sana.

Selain itu, Rose juga sibuk meneguk ludah sendiri, menahan gugup, mengeratkan genggaman pada tepian selimut sepanjang tungkak Jaehyun berayun pelan menuju dirinya.

Handuk disampirkan di bahu kokoh bagian kanan. Jaehyun membungkuk, memungut kaos di dekat kaki Rose, sejenak memandang benda itu dengan dua alis bertaut heran, tetapi kemudian tautan alisnya menghilang digantikan dengan senyum samar.

Jarak yang sudah singkat semakin dipersingkat. Perempuan yang sudah gugup dibuat semakin gugup. Bagaimana tidak? Melihat Jaehyun, maka kepala Rose secara otomatis memutar rekaman tentang serangkaian peristiwa semalam.

Melihat tangan Jaehyun yang kini bergerak membantu memakaikan kaos di tubuhnya, membuat Rose ingat betapa menyenangkan setiap sentuhan yang tangan itu buat semalam. Melihat rambut setengah basah Jaehyun yang berantakan, membuat Rose ingat betapa terhanyut ia dalam sebuah permainan semalam, sehingga helaian rambut itu kerap menjadi pelarian bagi jari-jari lentiknya yang tak tahu harus lari ke mana.

"Selamat pagi, Cantik."

Semalam, bibir itu juga banyak merapal kata dan hal-hal yang membuat telinga Rose bergema sementara hatinya mengaku suka. Semalam, bibir itu menjamah beberapa titik sensitif dari sebuah tubuh yang membuat pemiliknya tak berdaya, meletakkan tanda cinta yang sampai saat ini masih membekas.

Tubuh terbentuk sempurna nan gagah yang sekarang begitu dekat dengan Rose, semalam sama sekali tak berjarak. Semalam, Jaehyun berbuat gila dan Rose berhasil dibuatnya menggila.

"Mau mandi, hm?"

Jemari yang kini mengelus sayang helaian rambut dan wajah Rose, semalam juga melakukan hal yang sama, bedanya ada beberapa kecupan yang Rose terima bersamaan setelah satu set permainan yang mengagumkan.

"Di luar hujan masih turun salju. Kita masih punya waktu empat jam sebelum take off. Mau mandi sekarang, atau ...."

"Aku mau mandi."

Mungkin kalau tidak segera berkelit, Rose sudah menerima kecupan di bibirnya sekarang. Mungkin, kalau Rose tidak buru-buru mendorong dada bidang Jaehyun, tubuhnya akan berakhir kembali ke dalam dekapan hangat laki-laki yang terus-terusan berusaha menghempas jarak di antara mereka berdua.

Rose memeluk erat selimut yang sudah tidak lagi melilit tubuh. Kaos hitam lengan pendek telah terpasang berkat bantuan Jaehyun. Dan, ketika berkaca, Rose baru menyadari kaos tersebut adalah milik Jaehyun: lebarnya tak seukuran dengan tubuh sang pemakai dan panjangnya menutup hingga paha.

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang