29: Drying

2K 424 84
                                    

CHAPTER 29:
Drying

[Playlist: Denise Kim – Distance]

***

Ketika yang tersisa hanya tinggal keheningan, entah mengapa benda-benda di tempat ini menjadi lebih banyak bicara dari sebelumnya.

Pada Rose yang duduk seorang diri, masih di ruang tengah sebuah unit apartemen, sebuah sofa membicarakan momen saat Rose dititah secara lembut untuk duduk selagi menanti laki-laki itu pergi mandi. Secangkir teh hangat membicarakan bahwa ia disajikan untuk menemani. Dan, sehelai kain di atas paha Rose membicarakan jikalau ia diletakkan di sana untuk bertugas menghangatkan perempuan ini.

Tiap kali melihat benda-benda itu, bibirnya hanya selalu menyulam senyum. Hingga suatu masa, derap langkah seseorang terdengar menuruni anak tangga.

Jaehyun kembali menjamah ruang tengah setelah sempat meminta dua puluh menit waktu perempuan itu agar menunggunya berbenah diri.

Setelan santai: sweater biru muda dan celana pendek selutut mengganti tampilan formalnya beberapa saat lalu. Rambutnya dibiarkan setengah basah, terlalu terburu-buru sebab enggan membuat perempuan itu—ah ralat, maksud Jaehyun perempuannya—menunggu.

"Ayo."

Unit milik Jaehyun ditinggalkan, di waktu yang menunjukkan nyaris pukul satu dini hari. Satu tangan Jaehyun membantu membawakan sejumlah barang belanjaan Rose yang tak banyak. Hanya sebuah kantung berukuran kecil. Sedang, tangan Jaehyun yang lain, yang semula bebas nan hampa, kini meraih jemari.

Sang pemilik jemari menoleh. Mereka berdiri bersisian di dalam lift kala itu. Pandangan Rose bergulir dari raut tenang laki-laki di sebelahnya menuju genggaman yang ada karena Jaehyun memulainya di bawah sana.

Sial, Rose tidak bisa setenang Jaehyun, tidak bisa menyembunyikan gelagat salah tingkah dan semburat rona yang tak samar muncul di pipi. Menunduk, ia tersenyum, balas menggenggam.

Apartemen milik Rose tidak sebesar milik Jaehyun. Ketika melewati pintu masuk, pemandangan pertama yang nampak adalah ruang cukup luas berisikan sofa panjang menghadap televisi dan sebuah minibar yang menyatu dengan dapur minimalis. Sudut lain adalah kamar tidur yang menyimpan beberapa barang berikut sebuah fakta bahwa Jaehyun pernah bermalam sekali di sana.

Dan mungkin, tempat ini akan menjadi tempat Jaehyun menghabiskan banyak malam di hari-hari mendatang, tetapi tidak untuk malam ini yang sudah keterlaluan larut. Maka, setelah menyerahkan belanjaan Rose dan sebatang cokelat,

"Mengapa tiba-tiba memberiku cokelat?"

juga menjawab satu pertanyaan, "Jika suasana hatimu sedang tidak menentu, itu mungkin bisa membantu."

Kala itu, Rose sibuk memeluk kantung plastik transparan yang memperlihatkan satu kotak pembalut pada tiap-tiap mata yang mengamatinya. Ia baru menyadari itu.

Jaehyun tersenyum kecil. Ia letakkan cokelat yang belum Rose terima ke dalam saku piyama perempuan itu lalu berpesan untuk pamit.

"Istirahat, ya. Aku pergi."

Dua kali Jaehyun mengusap puncak kepala Rose, satu kali melabuhkan sentuhan ibu jari di dagu. Kombinasi yang pas untuk memancing minat Rose terhadap mempertahankan keberadaan sosoknya.

"Jaehyun."

"Hm?"

"Rambutmu, boleh aku membantu mengeringkannya?"

Lima detik Jaehyun menimbang di ujung sana. Tiga detik cukup untuk berbalik, lalu detik-detik berikutnya bergulir dengan masih menyajikan kebersamaan di antara mereka. Jaehyun persilakan Rose mengadu kemampuan perihal mengeringkan rambut.

BITTERSWEET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang