06: Tokyo

3.3K 606 84
                                    

CHAPTER 6:
Tokyo

[playlist: Yeon Kyung – It's Ringing]

***

2019
Tokyo, 22.30 PM

Jung Jaehyun asks for a video call

"Omo!"

Sepasang mata melebar seketika menatap layar ponsel yang menampilkan pemberitahuan panggilan video dari seseorang. Tiba-tiba saja, jantungnya berdebar abnormal. Perempuan bersetelan piyama yang tadinya berbaring di ranjang sontak saja menenggakkan punggung.

Tak pernah sekalipun terpikirkan oleh Rose, jikalau Jung Jaehyun akan mengiriminya pesan lebih dulu, dan kini bahkan mengirim panggilan. Bukan panggilan biasa, tetapi panggilan video. Itu berarti Rose sebentar lagi bukan hanya mendengar suara Jaehyun melainkan juga akan bertatapan dengan si tampan nun jauh di negeri seberang, meski secara maya.

Bergegas Rose menyingkap selimut, menyalakan penerangan, dan mematut wajah di cermin hotel sebentar sebelum akhirnya menggulirkan ikon terima pada layar ponselnya.

"Eum ... Hai."

Setengah kikuk Rose menyapa dengan cengiran lebar yang agaknya berlebihan. Tertampil wajah Jaehyun tanpa sedikit saja senyuman. Laki-laki itu segera memindahkan tangkapan kamera ke objek lain yang bukan wajahnya, melainkan seonggok bulan di langit Seoul.

"Uwah, itu indah sekali," komentar Rose begitu Jaehyun men-zoom-in tangkapan kamera.

"Benar. Cantik sekali." Jaehyun menimpali, suaranya begitu rendah, begitu dekat.

Antara Jaehyun turut memuja kecantikan rembulan atau memuji kecantikan dirinya, Rose enggan menerka. Ia menekan kepercayaan diri yang sempat meninggi. Mustahil, pujian Jaehyun adalah untuknya, mengingat ia sama sekali tidak memoles wajahnya.

"Aku jadi ingin segera kembali ke Seoul. Tapi, besok masih harus konser."

Keluhan tanpa sadar diperdengarkan Rose kepada Jaehyun. Tidak bohong. Rose sungguh merindukan negerinya, terutama rindu bercanda tawa dengan sirkel yang baru-baru ini ia masuki, yang malam ini sedang berkumpul seperti seru sekali—dilihat dari video kiriman Jungkook tadi.

"Lantas, kapan kau akan kembali?"

Suara Jaehyun terdengar melontar satu tanya. Tanpa pikir panjang, Rose menjawab, "Mungkin, Lusa."

Rose tidak tahu bagaimana ekspresi Jaehyun sekarang, yang jelas tidak ada tanggapan setelah itu. Layar masih menampilkan bulan nyaris bulat sempurna, dan bukan Jaehyun beserta wajahnya. Maka, sedikit keisengan dibuat oleh Rose dengan bertanya,

"Kenapa? Kamu mau datang menjemputku?"

"Jemput? Di mana?"

Tersemat nada kebingungan pada suara Jaehyun.

"Incheon? Atau mungkin, Tokyo?"

Dua pilihan itu Rose ajukan. Jaehyun terbungkam agak lama. Rose pun tidak berharap Jaehyun memilih salah satunya. Dengan kata lain, Rose tidak sungguh-sungguh ingin Jaehyun datang menjemput. Rose yakin, Jaehyun kemungkinan besar juga pasti akan menolak ajuan tak masuk akal itu. Lagi pula memangnya Rose ini sepenting apa sehingga Jaehyun mau ....

"Nanti aku coba periksa dulu schedule-ku."

... memeriksa jadwalnya?

Apa?

Memeriksa jadwal?

Lantas, kalau nanti luang, apa Jaehyun akan benar-benar datang?

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang