CHAPTER 40:
Attendance[Playlist: Stephen Sanchez - Until I Found You]
***
Ia masih di beranda restoran bagian belakang dengan ponsel di tangan kanan serta topi warna hitam di tangan kiri. Kepala masih sibuk menerka ke mana Jung Jaehyun pergi, meski tahu itu adalah hal yang sia-sia. Akan sama sekali tak ditemukan jawaban, apabila ia masih terus berdiri di tempat yang sama seperti sekarang.
Sampai suatu masa, kakinya berputar hendak menempuh perjalanan untuk mencari, tetapi sebelum langkah pertama, ia telah berhasil menemukan.
Jaehyun di ujung sana, berjalan menghampiri, dengan seulas senyum lebar tanpa tahu suasana hati perempuannya baru saja baru saja mengabu. "Kamu sudah selesai?"
Tak menjawab, Rose hanya segera merundung Jaehyun dengan tanya. "Habis dari mana? Mengapa tidak membalas pesanku?"
Dua manusia kembali berdiri saling berhadapan dengan suasana yang tak sehangat silam. Senyum Jaehyun juga sudah tandas begitu melihat jelas raut wajah Rose berhias cemas. Mencoba menetralkan sejumlah deru nafas yang berantakan setelah berlarian, Jaehyun kembali mengumbar cengiran.
"Aku habis dari toilet."
Detik demi detik bergulir senyap. Ketegangan bergulir lenyap. "Lalu wajahmu kenapa?"
Namun, ketenangan nyatanya belum mau bertandang pada dada mereka. Masing-masing masih menyimpan kecemasan untuk hal-hal yang berbeda. Rose cemas akan luka yang menghias pangkal hidung Jaehyun, sementara laki-laki itu cemas untuk satu hal yang tak perlu Rose maupun kalian tahu.
"Ah, ini terbentur pintu toilet. Aku agak ceroboh tadi."
Rose terdiam cukup lama sebelum langkah diderap pelan. Sekarang, ia bisa melihat lebih jelas luka yang menoreh di wajah kekasihnya. Jarak di antara mereka nyaris tiada. Maka, Jaehyun pun bisa lebih jelas melihat kekhawatiran yang begitu besar.
"Pasti sakit."
Jemari Rose berangsur menyentuh hidung Jaehyun, sedikit memberikan sentuhan di sekitar goresan. Pergerakkanya terhenti begitu dua sudut bibir Jaehyun terangkat membuat garis lengkung lengkap dengan sepasang dimpel di pipi kanan dan kiri. Seperti ada nyala perapian, sebuah dada menghangat karenanya.
Kehangatan merambat pula pada jemari Rose yang berpindah ke dalam sebuah genggaman.
"Ayo, kuantar pulang ke asrama."
"Hah? Bagaimana dengan Sungai Han?"
Dua manusia berjalan sejajar meninggalkan bangunan restoran. "Sungai Han baik-baik saja tanpa kita harus pergi ke sana."
Sebuah ransel berukuran sedang yang memberatkan punggung Rose diambil alih Jaehyun. Ditenteng dengan tangan kiri.
"Kalau begitu ayo obati lukamu di asramaku."
Sementara tangan Jaehyun yang lain merangkul sebuah punggung, memberikan usapan lengan, atau kadang di puncak kepala perempuannya. Kemudian, mereka akan sama-sama membagikan tawa kecil untuk satu sama lain.
***
18 April 2021
Gelas kaca diletakkan di atas meja setelah dikosongkan isinya. Lalu, Jennie duduk di sofa, menyilangkan dua kali, juga melipat kedua tangan di depan dada.
"Jadi bagaimana?"
Dan, siapa pun yang menerima tatapan mengintimidasi seorang Jennie dipastikan akan kesusahan menelan ludah sendiri. Sama halnya, Jaehyun pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET
Fanfictionkamu tahu, kamu tidak boleh menerima cinta kalau tidak sepaket dengan pahitnya. ©2022 LINASWORLD START: 24/08/22 END: 3/10/23