07: Breakfast

2.9K 535 34
                                    

CHAPTER 7:
Breakfast

[playlist: Crush - Bittersweet]

***

Kontak fisik serupa genggaman tangan tidaklah wajar untuk dilakukan dua lawan jenis tanpa kejelasan ikatan seperti mereka. Jaehyun sadar. Maka, bergegas ia membebaskan lengan Rose dari kukungan jemarinya saat pintu lift benar-benar tertutup rapat.

Rose pun tak mempermasalahkan hal itu. Ia paham bahwa sudah sewarjarnya untuk tahu batasan. Sungguh, yang demikian adalah baik bagi jantungnya sebab Rose tak bisa memungkiri bahwa ada debaran sedikit melampaui normal manakala Jaehyun tanpa permisi menggandeng tangannya tadi.

"Jam berapa kau sampai di sini?"

Satu pertanyaan Rose mengawali obrolan langsung mereka. Rose tengok Jaehyun, menanti laki-laki itu bersuara.

"Sekitar jam sebelas siang."

Meski, Jaehyun tidaklah menengok barang sebentar saja dan malah fokus memandang monitor kecil bertampilkan pergantian angka dan tanda panah ke atas yang mungkin lebih menarik ketimbang perempuan jelita di sampingnya sekarang.

"Kalau begitu berarti pesawatmu berangkat pukul sembilan pagi, benar 'kan?"

Rose rasa, ini adalah topik paling tidak penting yang pernah ia gagas sepanjang masa sehingga setelahnya, ia palingkan pandang dari sosok Jaehyun yang melempar sorot mata tak terbaca tanpa kata penyerta. Bibir ditarik Rose mendatar, berikut ia dekap botol wine selama jeda yang terisi keheningan kentara.

Beberapa langkah mundur diambil Jaehyun. Ia menyandarkan punggung pada dinding lift di sudut kanan sembari meletakkan dua lengan ke dalam saku mantel. Punggung Rose yang tertutup helaian surai panjang ditatapnya agak lama.

"Iya, jam sembilan."

Seketika itu, Rose menoleh saat mendengar jawaban Jaehyun atas pertanyaan yang sempat ia lontarkan beberapa detik silam dan sempat diabaikan. Rose mengikuti jejak laki-laki itu mundur ke belakang, ke sudut kiri.

"Jadwalmu bagaimana?"

"Kebetulan kosong."

Kini, yang Rose lihat bukan hanya sebatas tampilan samping Jaehyun. Berdiri menyudut seperti ini membuatnya bisa melihat tampilan Jaehyun dari ujung kepala hingga kaki.

"Jadi, kau betulan nonton konserku?"

Mereka saling memberi atensi teruntuk satu sama lain. Sebagaimana Rose yang terang-terangan menatap lawan bicara, Jaehyun pun demikian. Pintu lift terbuka sebelum Jaehyun sempat memberikan jawaban pada Rose. Laki-laki itu melenggang lebih dulu. Rose tertinggal di belakang sana agak kesulitan menyamai langkah lebar Jaehyun mengingat ia pakai hak tinggi.

Syukur, Jaehyun sudi menanti. Langkah lebar dihentikan Jaehyun di ujung sana seraya menoleh. Bukan tak sempat, tetapi sepertinya Jaehyun memang tidak berkeinginan menjawab sebab ketika mereka kembali menderap langkah sejajar dan Rose melempar pertanyaan yang sama untuk kedua hingga ketiga kalinya, Jaehyun mengabaikan itu.

Wine di pelukan Rose diambil Jaehyun.

"Kau terbiasa minum wine?"

Agaknya, Jaehyun ini memang spesialis mengalihkan sesuatu. Bukan wine saja yang ia buat beralih, tetapi juga topik pembicaraan.

"Hanya sesekali."

"Kamu?"

Seiring menjemput kejauhan, suara dua insan di koridor hotel mewah itu mengecil. Mereka tenggelam di balik satu luas kamar bernuansa putih terang dengan cahaya kekuningan dari pijar lampu ruangan.

BITTERSWEET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang