20: Talking

2.7K 488 132
                                    

CHAPTER 20:
Talking

[Playlist: Yuju ft. Suran – Love Rain]

***

Pukul satu lewat satu.

Yang disajikan dini hari pada waktu itu adalah kelengangan jalanan. Sangat memungkinkan untuk kendaraan melaju lebih gegas tanpa cemas. Namun, alih-alih terburu-buru, sebuah BMW hitam hanya melaju senormal wajar.

Yang disajikan dini hari pada waktu itu juga adalah ketenangan. Meriung suasana dalam mobil yang tak Jaehyun huni sendirian. Di sebelah laki-laki itu, ada satu perempuan duduk menemani, yang kadang kala menjadi tempat singgahnya sepasang mata dari pemandangan kota, yang tak banyak bersuara, dan yang menjadi muara atas kehendak tak masuk akal Jaehyun memperlamban laju mobil.

Agar bisa bersama sedikit lebih lama, konon.

Rose bukan tak menyadari Jaehyun kerap kali mencuri pandang diam-diam atas dirinya. Ia hanya mencoba menyikapi Jaehyun sebiasa yang ia bisa. Tetap teguh perempuan itu untuk tidak terlalu serius menanggapi tingkah laku maupun tutur kata Jaehyun, sama seperti selama ini ia menanggapi para lelaki.

"Belajar menyukaiku, mau?"

Rose abaikan pertanyaan Jaehyun silam, tak ia beri jawaban sebab akan sangat mengejutkan Jaehyun apabila laki-laki itu tahu bahwa tanpa belajar sekalipun, rasa suka itu telah tumbuh dengan sendirinya, entah sejak bila.

Mengabaikan adalah satu-satunya cara agar bisa membasmi perasaan yang tak sepenuhnya diharapkan untuk cepat tumbuh, agar bisa mengamankan hati dari serbuan rasa kecewa hanya karena menaruh harap pada manusia yang isi hatinya tak pernah bisa diterka sesiapa.

Memangnya, manusia mana yang tahu isi hati manusia lain? Tidak ada.

Kaca jendela mobil di samping Rose berangsur tenggelam. Suaranya berhasil mengoyak keheningan, berhasil membuat perempuan yang terusik dingin udara luar kemudian menengok kepada Jaehyun dengan tatap heran.

"Barangkali mau melihat bulan."

Iya. Jaehyun adalah pelaku yang menurunkan kaca jendela di samping tempat Rose duduk, tanpa permisi. Keheranan yang membias di wajah Rose perlahan memudar seiring tatapan perempuan itu beralih dari Jaehyun menuju langit di luar sana yang memang sedang menggantungkan rembulan satu lingkaran penuh.

Sejenak, Jaehyun alihkan tatap dari jalanan untuk memandang wajah jelita yang sedang menggantungkan takjup.

"Atau mau melihat bulan dari tempat yang paling indah?"

Rose kembalikan tatap pada Jaehyun. "Sungai Han?"

Nama tempat itu kontan terbesit di benak, tersemat pula diucap. Detik berikutnya Rose meruntuki lisan, sebab Jaehyun kini tertawa kecil.

"Kau ingat rupanya."

Tokyo beserta kenangannya empat bulan lalu, Rose sudah coba usangkan itu. Namun, sudut-sudut memori masih menyimpan rapi berkasnya sehingga ketika disinggung sedikit saja, semua tentang Tokyo dan sebuah malam akan berceceran di pikiran.

"Aku tidak mau."

Hilang sisa-sisa tawa Jaehyun sehabis terbit penolakan.

"Sudah larut malam."

Rose bereskan kembali isi pikiran agar tetap bijak mengambil keputusan. Secuil keinginan mau tak mau harus ia kesampingkan. Begitu kira-kira bunyi putusannya karena memang penolakan yang lahir dari lisan Rose bukan semata karena perempuan itu tidak mau.

Keinginan menerima tentu ada. Lagipula, memangnya siapa yang tidak ingin melihat bulan dari tempat terindah, terlebih jika itu bersama seorang laki-laki bervisual tak kalah indah? Lebih dari satu keindahan buah karya Tuhan bertemu, di satu tempat, satu waktu. Siapa yang mau melewatkan momen langka itu?

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang