Perlahan kedua bola mata legam Jonggun terbuka, setelah menghabiskan waktu hampir setengah hari tidur.
Ia meregangkan otot-otot tubuhnya sambil melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 11.45 siang.
Tak tak tak...
Samar-samar Jonggun mendengar suara-suara dari arah dapur yang membuatnya langsung bangkit berdiri.
Dengan mata yang masih sayu, Jonggun dapat melihat bahwa sang Noona tengah memasak untuknya.
"Ck... Noona kenapa tidak membangunkan ku sih?" gumamnya sambil terus berjalan menghampiri (Name).
"Lho, sudah bangun ternyata. Ayo duduk, sebentar lagi masakan selesai." kepala (Name) tertoleh ke samping begitu mendengar suara Jonggun di belakangnya.
Kedua tangannya sibuk mengaduk nasi goreng di panci panas.
Jonggun mengangguk singkat dan pergi ke wastafel untuk mencuci wajahnya.
Setelahnya ia duduk di kursi makan menunggu masakan (Name) selesai.
"Hoammm... Maaf ya Noona, padahal tadi aku yang nawarin masak tapi malah Noona..." ujarnya sambil menguap.
"Nggak apa-apa kok, Noona biarin kamu tidur karena tadi malam kamu kurang tidur."
Begitu masakan buatannya sudah selesai, (Name) langsung menyajikan nasi goreng tersebut ke hadapan Jonggun.
"Ayo dimakan."
"Lho, Noona nggak ikut makan? Kan Noona belum sarapan sejak tadi pagi." ujar Jonggun heran.
"Siapa bilang? Tuh liat piring kotor Noona."
Jonggun kemudian mengikuti arah pandang (Name) tepat ke arah bawah wastafel yang mana terdapat sebuah piring kotor di sana.
"... Ya sudahlah." tak ingin memusingkan hal tersebut, akhirnya ia memilih untuk menyuapkan nasi goreng itu ke mulutnya.
"Noona, Noona masih ada jadwal mengajar kan jam 12 siang ini?"
"Iya, sebentar lagi Noona akan berangkat setelah membersihkan dapur, lihat dapur sudah sangat kotor sekali." ujar (Name) seraya mengikat rambutnya.
"Tidak perlu, mandilah. Biar urusan rumah aku yang beresin." jawab Jonggun seraya meminum airnya.
"Lho, tidak usah. Itu pekerjaan wanita." geleng (Name) menjawab.
"Noona ngomong apa sih? Memangnya Noona pikir aku nggak bisa beres-beres rumah yahh?" ujar Jonggun menatap sengit (Name).
"Memangnya kamu lupa ya kejadian beberapa hari lalu?"
Ujaran darinya sontak membuat Jonggun gelagapan, mengingat beberapa waktu lalu ia lupa mematikan kompor saat memasak dan berakhir dengan dapur penuh asap gelap.
"W-Waktu itu aku kan lupa! Nggak bakal kejadian lagi kok!" ujarnya berusaha meyakinkan (Name).
"Lagipula aku kan tidur di rumah Noona, masa hanya numpang makan tidur sih? Kan aku nggak enak." sewot Jonggun merasa kesal.
"Nyadar diri juga kamu yahh." gumam pelan (Name).
"Noona ngomong apa tadi?!!"
"Nggak kok, Noona nggak ngomong apa-apa suer."
"Ya udah kalau kamu maksa, tapi inget hati-hati yahh. Jangan nyalain kompor kalau nggak masak."
"Ck Iya iyaa, berapa kali harus aku bilang jangan bicara padaku seolah-olah Noona sedang bicara pada anak kecil."
"Hahaha iyain aja deh."
(Name) kemudian mengambil handuk yang tergantung di pintu dapur dan pergi ke kamar mandi, meninggalkan Jonggun sendirian di meja makan bundar tersebut.
Setelah membersihkan diri dan bersiap-siap, (Name) pergi menghampiri Jonggun yang sedang memungut sampah ke dalam tong sampah.
"Jonggun, Noona berangkat dulu yah." tangan (Name) terangkat dan membelai lembut rambut Jonggun.
"Eh sudah mau pergi yah, ya sudah hati-hati yahh."
"Iya, sampai jumpa."
"Sampai jumpa Noona!"
.
.
.
.(Name) tepat berdiri di depan sang Presdir Ilhae yang tengah mengamati semua hasil kerjanya.
"Saya sudah membeli Villa yang agak jauh dari Gangnam untuk tempat perlindungan anda besok lusa Presdir."
"Bagus, karena mulai lusa besok lah kita akan menghancurkan Big Deal untuk selama-lamanya." angguk Yoojin seraya menutup semua dokumen itu.
"Lalu bagaimana dengan semua pasukan kita?"
"Saya sudah merangkumnya di dokumen yang anda baca Presdir."
"Aku ingin mendengarnya langsung darimu."
"... Baiklah. Kekuatan pasukan Ilhae akan berkali-kali lipat lebih kuat daripada Big Deal. Yang mana terdapat orang-orang pusat Ilhae, anak-anak buah para perusahaan Ilhae, dan juga para gangster yang bekerjasama dengan kita juga akan ikut dalam pelenyapan Big Deal nantinya." ujar (Name) ringkas dan padat.
"... Dan juga pesanan anda akan sampai besok."
Yoojin menyunggingkan senyuman miring begitu mengetahui bahwa 'barang' pesanan yang ia beli di China akan segera sampai besok.
"Dan saya telah membuat pin ini untuk anda dan juga VVIP."
(Name) kemudian menaruh sepasang pin dengan lambang Ilhae di atas meja Yoojin.
"... Untuk apa? Aku dan Hyung tidak membutuhkan itu." kening Yoojin mengkerut melihat pin itu.
"Kita tidak tahu apa yang akan direncanakan oleh musuh, Presdir. Jadi untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hambatan atau masalah dalam melenyapkan Big Deal saya telah membuat pin itu untuk anda dan VVIP."
"Pin itu dapat melacak keberadaan anda serta VVIP Presdir, jadi mohon untuk dipakai pada saat pelenyapan Big Deal nantinya."
"... Tapi Yoojin akan dalam pengamanan ketat (Name), jadi menurutku sia-sia kau-"
"Aku akan memakainya." sela Yoojin memotong perkataan Mandeok dan memakai pin itu di salah satu kerah jasnya.
"Bagus. Aku suka cara kerjamu Han (Name). Kau memperhatikan setiap detail dan memikirkan perlindunganku secara maksimal. Aku apresiasi hal itu." ujar Yoojin tersenyum pada (Name).
"..." Namun (Name) hanya diam memandang datar Yoojin tak merespon pujian yang terlempar padanya.
Sedangkan Yoojin hanya bisa menghela nafasnya melihat sikap (Name).
Bahkan Mandeok yang berdiri di sampingnya ikut merasa tidak nyaman dengan sikap datar (Name) walaupun ini di jam kerja.
Ada apa dengan (Name)? Apa... telah terjadi sesuatu? batin mereka berdua bertanya-tanya.
"Kalau begitu saya permisi dulu Presdir, Wakil Presdir."
Usai membungkuk hormat, (Name) hendak pamit undur diri sebelum suara di belakangnya menginterupsi dirinya.
"Tunggu."
"Ya Presdir?"
"... Ada yang ingin aku bicarakan lagi." jawab Yoojin menelan salivanya.
"Baiklah."
Merasa pembicaraan bersifat privasi, Mandeok akhirnya bangkit berdiri dan meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.
Yoojin kemudian bangkit berdiri, berjalan pelan menghampiri (Name) dan berhenti tepat di hadapannya.
Grep...
(Name) sedikit tertegun begitu kedua tangan mungil Yoojin melingkar di lehernya, tak terlalu erat namun cukup membuatnya gelagapan.
"Tuan anda-"
"Cukup..."
.
.
.
.To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
LOOKISM X OC FEMALE (LIFE IS FAMILY) 3
Hayran KurguMusim ke-3 Like, Vote, and Coment jangan pelit yah, untuk menghargai author nih