Terlihat seorang pemuda yang mengenakan kaos hitam dan celana jeans ikut dalam tawuran di antara dua sekolah SMA, yang menariknya pemuda itu bukan bagian dari salah satu sekolah yang terlibat dalam tawuran itu. Pemuda itu menghajar siapapun yang mendekati dirinya, karena dirinya tidak memihak salah satu di antara dua sekolah tersebut, pemuda itu hanya ingin melakukan kesenangannya sendiri.
Di tengah tawuran yang semakin memanas ada banyak siswa yang sudah babak belur, termasuk pemuda itu sendiri. Sebuah mobil sedan yang berhenti di dekat tak juga dari lokasi mereka menghentikan tawuran itu.
Dor!
Suara tembakan berasal dari mobil sedan itu menghentikan perkelahian para pemuda tersebut.
Semua pemuda yang ada di sana mengalihkan perhatian mereka pada mobil sedan hitam itu, tak berselang lama seorang pria dengan pakaian formalnya turun dari mobil sedan, berjalan menghampiri gerombolan itu lalu menghentikan langkahnya di hadapan seorang pemuda yang tak mengenakan seragam sendiri.
Bugh!
Sebuah pukulan keras di berikan pria itu pada pemuda yang ada di hadapannya membuat pemuda itu hampir terjatuh karena pukulan pria itu, semua yang ada di sana pun terkejut bukan main, satu persatu dari mereka melangkah kakinya berjalan mundur menjauhi kedua orang itu.
"Dia siapa?" tanya salah satu pemuda yang ada di sana, karena merasa pemuda itu bukan bagian dari sekolahnya.
"Mana gue tau, gue belum pernah lihat dia di sekolah" balas temannya.
"Cabut, sebelum kita dapat masalah" ucap
salah satu pemimpin dari sekolah itu, mereka pun meninggalkan tempat itu satu persatu.Tanpa sepatah katapun pria itu menarik tangan pemuda itu menyeretnya masuk ke dalam mobilnya, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata meninggalkan tempat tersebut.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama satu jam, mobil sedan hitam itu berarti di depan sebuah rumah minimalis modern, pria itu turun lebih dulu lalu membuka pintu penumpang menarik tangan pemuda itu lalu membawanya masuk ke dalam rumah.
Pria itu berjalan dengan langkah lebarnya menuju ruang keluarga lalu menghempaskan tubuh pemuda itu ke atas lantai ruang keluarga. "apa lagi yang dia lakukan?" tanya seorang wanita yang sedang duduk di ruang keluarga.
"Apa lagi selain berkelahi" jawab Bara menatap tajam sang anak yang tertunduk di atas lantai ruang tamu.
"Bangun!!" titahnya dengan suara dingin.
"Arga! Berdiri!!" bentaknya.
Arga menuruti perintah Ayah-nya, dia bangkit dan berdiri di hadapan sang Ayah.
"Membolos pelajaran, kabur dari rumah sampai sore hari kau ingin menjadi apa saat dewasa nanti? berandalan?" Alya berjalan mendekati anak bungsunya.
"Apa hukuman yang di berikan Ayah mu satu minggu yang lalu masih kurang untuk mu?" Alya mengangkat dagu anaknya, memperlihatkan wajah Arga yang sudah babak belur bahkan kedua sudut bibir anak itu terluka.
Wanita itu tersenyum tipis lalu menepuk pipi anaknya dengan lembut. "Seandainya aku tau kau akan menjadi brandalan seperti ini aku tidak akan pernah menerima mu" ucapnya lalu pergi meninggalkan ruang keluarga.
"Ada yang ingin kau jelaskan?" tanya Bara.
"Gak ada yang harus di jelaskan, semaunya udah jelas Yah" jawab Arga menatap wajah Bara.
"Bolos sekolah dan ikut tawuran itu yang aku lakukan" ucapnya lagi.
"Hmm, lalu bagaimana dengan pergi ke tempat terlarang?" tanya Bara tersenyum tipis, ia mendapatkan laporan jika anaknya pergi ke sebuah klub malam.
"Maksud Ayah?"
Bara mencengkram pipi Arga dengan kasar. "Berapa kali ayah sudah bilang, ayah tidak suka dengan anak yang suka berbohong. Dua hari yang lalu kau minta izin untuk membeli buku apakah toko buku di klub malam?" ucapnya lalu melepas cengkramannya dengan kasar.
"Kau suka berkelahi bukan? kalau begitu lakukan sampai kau puas" Bara menarik tangan anaknya dengan kasar membawanya ke halaman belakang rumahnya lalu melepaskan tangan Arga dengan kasar, membuat anak itu jatuh di atas rumput halaman rumahnya.
"Berkelahi lah dengan mereka sampai kau puas" ucapnya menujuk bodyguard yang ada di sana lalu masuk ke dalam rumahnya tak lupa Bara juga mengunci pintunya dari dalam.
"Ayo siapa dulu yang mau maju" tantang Arga pada ketiga bodyguard yang berdiri di hadapannya.
"Apa luka yang anda dapatkan masih kurang Tuan muda?" tanya salah satu dari mereka.
"Menurut lo gimana? jelas masih kurang lah biasanya kan lebih dari ini" balas Arga lalu bangkit dari duduknya.
"Tapi gue haus, lo ada air minum gak?"
"Selamat malam tuan muda" ucap ketiga bodyguard itu sedikit membungkukkan badannya, Arga menoleh ke belakang melihat siapa yang datang menghampirinya ternyata sang Kakak yang menghampiri dirinya.
Arga segera merapikan bajunya lalu tersenyum pada Kakak-nya yang sudah berdiri di dekatnya "Bang, ngapin di sini? sana masuk di luar dingin" ucap Arga pada Gavin.
"Ayo masuk" ajak Gavin mengandeng tangan adiknya lalu membawanya ke kamar Arga.
"Kamu gak ada kapoknya padahal udah sering di hajar sama Ayah tapi tetap aja ngulang kesalahan yang sama lagi." ucap Gavin sambil mengambil kotak obat untuk mengobati luka adiknya.
"Ya aku kan bosen Bang di rumah setiap hari ini gak boleh itu gak boleh, mau sekolah umum juga gak boleh" balas Arga, dulu dia sekolah umum bersama dengan sang Kakak tapi tidak lama karena Gavin yang sering sakit. Jadilah kedua orang tuanya memutuskan untuk homeschooling.
Gavin tersenyum tipis lalu mengusap rambut adiknya dengan lembut. "Maaf ya semua ini gara-gara Abang, coba abang gak selemah ini pasti kamu bisa sekolah umum, nanti Abang coba bilang sama Ayah biar kamu bisa sekolah umum lagi"
"Percuma gak akan di kasih, ini juga bukan salah Abang" balas Arga mencabikkan bibirnya, ia tidak menyalahkan Gavin tidak masalah homeschooling asal ia mendapatkan sedikit kebebasan, tapi apa yang di lakukan Bara. Dia tidak pernah memberikannya sedikit kebebasan jadilah dirinya yang sering kabur dari rumah untuk menikmati hidup bebas seperti remaja seusianya.
"Belum coba bilang, kita coba aja dulu siapa tau Ayah izinin" ucap Gavin sambil menobati luka sang adik.
"Aduh! Pelan-pelan dong niat mau ngobatin apa nambahin" ucpa Arga menjauhkan tangan Gavin ketika rasa perih ia rasakan di sudut bibir yang terluka.
"Abang udah pelan-pelan loh dek, ya emang perih orang luka gitu tahan bentar biar Abang bersihin darahnya" balas Gavin lalu kembali membersihkan luka adiknya.
"Udah-udah gak usah di obati lagi, gila perih banget" ucap Arga bangkit dari duduknya lalu melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
"Mandinya jangan lama-lama sebentar lagi makan malam" pringat Gavin. Karena adiknya memiliki kebiasaan mandi lama karena berendam lebih dulu bisa menghabiskan waktu dua jam hanya untuk mandi.
"Gak lama paling 5 jam baru kelar" sahut Arga dari dalam kamar mandi.
Gavin hanya menggelengkan kepalanya merapikan kotak obat itu lalu meletakkannya di atas meja, akan ia gunakan lagi nanti untuk mengobati adiknya saat adiknya tertidur. Setelah itu Gavin menyiapkannya baju tidur milik adiknya meletakannya di atas kasur lalu keluar dari kamar sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA
Teen FictionArga adalah remaja yang lahir dari hasil perselingkuhan sang Ayah yang di lakukannya dengan sengaja, sejak bayi tinggal bersama dengan Ayah-nya yang hanya memanfaatkan dirinya untuk obat sang kakak yang yang menderita penyakit anemia aplastik. hidup...