"Arga ini ibu. Boleh ibu masuk?" ucpa Alya yang sejak tadi mengetuk pintu kamar Arga.
"Arga." panggilan lagi, karena sudah cukup lama tak kunjung mendapatkan sahutan dari dalam kamar, Alya memutuskan masuk ke dalam kamar karena merasa khawatir.
"Kemana dia?" Alya melihat ke sekeliling kamar Arga dan tidak melakukan keberadaan anak itu di dalam kamarnya.
Sementara itu Bara yang baru saja masuk ke dalam kamarnya di kejutkan dengan anak bungsunya yang tertidur di atas karpet.
"Arga," panggilnya menepuk-nepuk pelan pipi anaknya.
"Arga bangun pindah ke kamar mu." ucapnya lagi.
Arga mengerjapkkan matanya lalu mendudukkan dirinya. "Ayah ini udah pagi?" tanyanya dengan suara parau has bangun tidurnya.
"Pindah ke kamar mu." ucap Bara lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi.
"Yah, aku lupa di mana kamar aku." ucap Arga yang sudah tak dapat di dengar oleh Bara.
Arga bangun dari duduknya lalu keluar dari kamar Bara. "Sebelah mana ya kamarnya? Pake acara lupa segala." monolog Arga sesekali memukul kepalanya, berharap kembali mengingat hal-hal kecil yang terlupakan.
"Arga" panggil Gavin berjalan menghampiri adiknya. "Kamu tadi ke mana? Abang cariin kamu ke mana-mana tadi, kamu baik-baik aja kan?" khawatir Gavin.
"Ada di rumah emang ke mana lagi, emang Abang nyarinya ke mana?"
"Tadi pas di rumah sakit? Kamu pergi ke mana?"
"Oh itu aku pergi main," jawabnya sambil mengingat-ingat siang tadi ia pergi dengan siapa.
"Aku ke kamar dulu." ucap Arga lalu segera pergi ke kamarnya.
"Kamarmu ada di sebelah sana bukan di sana." cegah Gavin menahan tangan adiknya.
Arga tersenyum tipis pada Gavin. "Aku mau ambil minum dulu di dapur." alasan Arga, padahal dia lupa dimana letak kamarnya.
Gavin melepaskan genggaman tangannya "Udah malam jangan pergi keluar lagi, nanti Ayah marah." pringat Gavin lalu pergi meninggalkan adiknya.
Arga segera pergi ke dapur untuk mengambil air minum, setelah itu dia pergi ke kamarnya dan kali ini dia benar masuk ke dalam kamarnya sendiri.
"Akhirnya, ketemu juga nih kamar. Lo susah amat di cari." monolog Arga merebahkan tubuhnya di atas kasur, kembali melanjutkan tidurnya.
Alya masuk ke dalam kamarnya, mendekati suaminya yang sedang sibuk dengan laptopnya. "Di mana Arga?" tanya Alya dengan berani menutup laptop Bara.
Bara menatap istrinya yang berdiri di samping kasurnya. "Untuk apa kamu menanyakan anak ku? Sudahlah Alya jangan mencari ribut malam ini." ucapnya dengan santai, tak ada kata-kata kasar yang terlontar dari mulut Bara. Padahal dia paling tidak suka jika sedang bekerja di ganggu apa lagi dengan istrinya.
"Di mana Arga? Aku tanya di mana Arga?!" Alya meninggikan nada suaranya di hadapan Bara, tak perduli jika setelah ini Bara akan menghajarnya. Yang ia ingin tau sekarang adalah di mana Arga, dan apa yang terjadi pada anak itu.
"Aku gak ada waktu buat ribut sama kamu Alya, pergilah dari kamar ku." usir Bara menarik tangan Alya keluar dari kamarnya dengan paksa.
"Jangan sibuk mengurus anak ku, urus aja dirimu sendiri dan juga Ibu mu itu." ucap Bara lalu menutup pintu kamarnya.
.......................
Pagi-pagi sekali Arga sudah bangun dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, walaupun dia sendiri tidak ingat di mana dirinya bersekolah.
"Kok gak ada seragam sekolah, apa belum di cuci ya seragamnya?" monolog Arga mencari seragam sekolahnya di lemari bajunya, nama dia tak menemukan satupun seragam sekolah di dalam lemari.
"Yang penting pake baju rapi deh, dari pada gak masuk sekolah. Mungkin Ayah lupa nyuci baju seragamnya." pungkasnya lalu keluar dari kamar setelah mengganti pakaiannya.
Arga berjalan menuju ruang makan lalu mengambil roti tawar yang ada di atas meja. "Belum pada bangun? pada gak takut kesiangan apa?" ucapnya melihat ke sekelilingnya yang terlihat begitu sepi bak tak berpenghuni.
Selesai sarapan, Arga pun keluar dari rumahnya. Baru saja dia berjalan sekitar lima menit, seorang wanita menghampirinya.
"Tunggu, Ibu boleh tanya sebentar sama kamu?" ucap wanita itu menahan tangan Arga.
"Iya boleh, mau tanya apa?" balas Arga menatap wajah wanita yang berdiri di hadapannya, dalam hati bertanya-tanya siapa wanita yang ada di hadapannya. Sepertinya ia belum pernah melihatnya.
"Kamu anak Bara?" tanya wanita itu menatap Arga dengan lembut.
Arga menganggukkan kepalanya. "Iya, Tante siapa?"
Wanita itu tersenyum bahagia, akhirnya ia bisa bertemu dengan anaknya. Tanpa aba-aba, wanita itu memeluk Arga dengan erat. "Ini Ibu, Ibu kandung kamu." ucap wanita itu mengeratkan pelukannya.
Arga terdiam mendengar ucapan wanita yang memeluknya, perlahan melepaskan pelukan wanita itu. "Maaf Tante, kayanya Tante salah orang." ucap Arga melangkahkan kakinya berjalan mundur.
"Ibu gak bohong, ini Ibu kandung kamu-"
"ARGA, LAGI APA KAMU DI SITUS?!" teriak Bara memotong ucapan wanita itu.
Arga menoleh ke arah Bara, lalu segera berlari menghampiri Ayah-nya. "Ayah, Tante itu ngaku-ngaku jadi Ibu kandung aku. Ayah nikah lagi? Yang benar istri Ayah yang mana? Yang itu apa yang di rumah?" tanya Arga mendongakkan kepalanya menatap Ayah-nya dengan serius.
"Gak ada satupun, ayo pulang. Ngapain kamu pagi-pagi keluyuran." ucap Bara menggandeng tangan anaknya.
"Bara, dia berhak tau siapa aku. Aku Ibu-nya, Ibu kandungnya." ucap Rania menghentikan langkah Bara.
Wanita itu adalah Rania, Ibu kandung Arga. Wanita yang dulu tak mau merawat anaknya karena mementingkan karirnya. Padahal dulu Bara ingin bertanggung jawab sepenuhnya atas anak itu dan juga Rania.
Tapi Rania menolaknya, karena menganggap anak itu adalah aib. Hasil dari luar nikah, apa lagi waktu itu Rania tau. Jika Bara sudah memiliki istri dan juga memiliki anak, meskipun waktu itu Bara menjelaskan jika istrinya juga melakukan hal yang sama dengan pria lain.
Rania tetap pada keputusan, memberikan bayi itu pada Bara, meninggalkan bayi yang baru di lahirkannya pada Bara. Tak perduli dengan anak itu, tak ingin tau tentang anak itu.
Dan hari ini, entah apa yang membuatnya ingin bertemu dengan anak yang sudah di buangannya. Anak yang dulunya di anggap aib, anak yang dia anggap sebagai penghancur karirnya.
Bara menoleh pada Rania, lalu menatap anaknya. "Dengerin apa yang Ayah bilang, Ibu kandung kamu udah meninggal dari kamar bayi. Dan yang ada di rumah, dia Ibu tri mu, sedangkan wanita itu." tunjuk Bara pada Rania.
"Dia orang gila yang sudah lama kehilangan anaknya, jangan pernah mendekatinya atau Ayah akan menghukum mu."
Arga mengangguk patuh. "Jangan dengarkan kata bajingan itu, dia berbohong dengan mu. Aku Ibu kandung mu." ucap Rania tak terima dengan apa yang di katakan Bara. Dirinya masih hidup di dunia ini.
"Kamu percaya sama Ayah kan?" Bara tersenyum tipis pada Rania.
"Iya aku percaya sama Ayah. Ayo Yah anterin aku sekolah, nanti kita terlambat." ucap Arga menarik tangan Bara pergi dari sana.
Rania mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Aku akan mengambil anak ku kembali, dia putra ku." ucap Rania.
Bagaimana pun caranya, dia harus kembali mendapatkan anaknya. Dia harus membawa anak itu pergi jauh dari Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA
Teen FictionArga adalah remaja yang lahir dari hasil perselingkuhan sang Ayah yang di lakukannya dengan sengaja, sejak bayi tinggal bersama dengan Ayah-nya yang hanya memanfaatkan dirinya untuk obat sang kakak yang yang menderita penyakit anemia aplastik. hidup...