Pagi ini sedikit berbeda dari pagi bisanya, di mana biasanya Erlan yang membangunkan anaknya. Pagi ini Rania yang membangunkan Arga.
Karena Mama-nya yang membangunnya, anak itu langsung bangun dan mandi. Lain halnya jika Papa-nya yang membangunnya, pasti akan ada drama pagi hari sebelum mandi.
Tak butuh waktu lama Arga selesai mandi,dia segera memakai seragam yang sudah di siapkan Mama-nya, setelah itu dia keluar dari kamar pergi ke ruang makan.
Arga melihat ke sekeliling ruang makan, di sana hanya ada Mama-nya yang sedang mengoleskan coklat ke dalam roti tawar. "Papa belum bangun Ma?" tanya Arga sambil menarik kursi.
"Belum, semalam Papa enggak bisa tidur." jawab Rania meletakkan roti di atas piring anaknya.
Arga mengerutkan dahinya, menatap Mama-nya. "Kenapa enggak bisa tidur? Papa sakit?" tanyanya, seingatnya semalam Papa-nya itu baik-baik saja. Semalam juga masih bermain bersama dan menemaninya tidur, kenapa tiba-tiba saja sakit.
Rania menganggukkan kepalanya. Semalam suaminya itu tidak bisa tidur karena asam lambung kumat, berberapa hari ini Erlan terlalu sibuk di kantor sampai lupa makan. Dia juga berberapa hari ini tidak bisa menjemput anaknya di sekolah.
"Kayanya Papa terlalu sibuk sampai lupa makan. Jadi kambuh deh sakitnya."
"Wajar lah Ma, sama anaknya aja lupa, setiap hari di suruh berangkat sama Pak sopir. Bilangnya pulang sekolah Papa jemput, mana udah satu minggu lebih enggak pernah jemput." ucap Arga lalu segera menyantap sarapannya.
"Nanti sebelum berangkat lihat Papa dulu di kamar, sekalian pamitan."
"Hmm,"
Setelah selesai sarapan Arga pergi ke kamar kedua orang tuanya, dia membuka pintu kamar dengan pelan-pelan lalu berjalan masuk ke dalam.
"Orang Papa lagi tidur masa mau di bangunin, biarin aja lah. Enggak usah pamit." monolog Arga ketika melihat Papa-nya tertidur pulas.
Arga kembali keluar dari kamar Papa-nya lalu menghampiri Rania yang sedang menyiapkan bekal makan siangnya. "Udah pamit sama Papa?" tanya Rania pada anaknya.
"Udah, aku berangkat dulu Ma. Nanti aku pulang sore Ma, ada ekskul sampai jam lima." ucap Arga mengambil bekal makan siangnya yang sudah di siapkan Mama-nya.
"Bisanya cuma sampai jam empat, kok tumben sampai jam lima?" Rania menahan tangan anaknya yang ingin beranjak pergi dari hadapannya. Ia heran kenapa jam ekskul jadi tambah satu jam, dan ia juga tidak mendapatkan informasi dari pihak sekolah.
"Aku ambil dua ekskul hari ini, cuma sebulan dua kali. Jadi enggak papa kan?" ucap Arga tersenyum manis pada Mama-nya, ia mengambil ekskul ini diam-diam dan tidak izin lebih dulu pada kedua orang tuanya. Waktu mendaftar ia meminta Pak sopir yang menandatangani.
"Aku udah telat Ma, berangkat dulu ya Ma. Dah Mama." pamit Arga dengan buru-buru dia mencintaimu kedua pipinya Mama-nya lalu keluar dari rumah.
"Bisa mampus kalau sampai banyak pertanyaan ini, itu. Perkara ikut ekskul aja sampai panjang urusannya. Untung Papa masih tidur, kalau ada pasti enggak jadi sekolah gara-gara ada ekskul dua sekaligus hari ini." gumam Arga masuk ke dalam mobil, dia meminta sopirnya untuk segera melajukan mobilnya.
"Pak cepat ya, aku udah telat nih."
"Masih pagi, biasanya juga berangkat lebih siang Ar." balas pak sopir segera melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah.
"PR kamu udah di kerjain kan Ar? Nanti kaya kemarin, di suruh bawa hasil kerjain dari tanah liat malah beli cobek di warung."
"Hari ini enggak ada PR jadi aman Pak, oh iya Pak. Aku hari ini pulang jam lima, jadi pulang aja dulu, enggak usah di tungguin." ucap Arga sambil mengeluarkan bekal makan siangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA
Teen FictionArga adalah remaja yang lahir dari hasil perselingkuhan sang Ayah yang di lakukannya dengan sengaja, sejak bayi tinggal bersama dengan Ayah-nya yang hanya memanfaatkan dirinya untuk obat sang kakak yang yang menderita penyakit anemia aplastik. hidup...