11

11K 769 14
                                    

Pagi ini Arga sudah siap untuk pergi keluar, dia turun ke bawah dengan pakaian yang sudah rapi, dia sudah bersiap untuk pergi hari ini.

"Pagi, semuanya" sapanya dengan senyuman manisnya.

"Mau ke mana kamu pagi-pagi gini udah rapi?" tanya Bara memperhatikan anak bungsunya dari ujung rambut sampai kakinya.

"Ayah gak amnesia kan?" tanya Arga menatap Bara.

"Ayo kita sarapan" ucap Alya menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya.

"Sebentar Bu, urusan aku sama Ayah belum selesai" balas Arga lalu kembali menatap Bara.

"Ayah kan udah sepakat kalau hari ini aku boleh pergi main keluar. Ya kali udah lupa"

"Ayah gak ada bilang gitu" balas Bara lalu memulai sarapannya.

"Kok gitu Yah, pokoknya gak mau tau hari ini aku harus pergi main titik" ucap Arga lalu mulai menyantap sarapannya.

"Aku pergi main dulu Bu" pamit Arga setelah selesai dengan sarapannya.

"Sepagi ini?" tanya Gavin.

"Ini udah jam sembilan Bang lihat tuh, udah siang ini bukan pagi lagi" balas Arga lalu melangkahkan kakinya pergi dari sana.

Bara mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi seseorang untuk mengikuti Arga, dia juga meminta orang suruhannya untuk memastikan anak itu tidak berbuat ulah.

"Tumben Ayah kasih izinin Arga pergi keluar?" penasaran Gavin, ada apa antara Ayah dan adiknya itu tidak bisanya Ayah-nya seperti ini.

"Dia mendapatkan nilai bagus saat ulangan kemarin" balas Bara lalu bangkit dari duduknya.

"Dulu nilainya selalu bagus ayah juga gak izinin Arga pergi main, kenapa baru sekarang di kasih izinin perginya? kenapa gak dari dulu aja?" tanya Gavin.

"Ayah masih ada banyak kerjaan, kamu jangan lupa minum obatnya nanti" balas Bara lalu pergi meninggalkan ruang makan.

"Sebenarnya kalian sembunyiin apa dari aku?" gumam Gavin yang masih bisa di dengar Alya.

"Gak ada yang di sembunyiin itu cuma perasaan kamu aja" ucpa Alya.

"Tapi menurut aku kalian aneh bu" balas Gavin.

"Gak ada yang aneh Vin, bukannya ini juga yang kamu mau? Kamu mau Arga di kasih kebebasan sedikit, sekarang Ayah udah ngasih kamunya yang protes. Jadi kamu maunya gimana? Arga di rumah aja kaya biasanya?" ucap Alya menatap anaknya dengan wajah seriusnya.

"Bukan gitu Bu maksud aku, aku suka Ayah akhirnya ngasih sedikit kebebasan sama Arga tapi kalau hal itu ayah lakuin dengan adanya maksud tertentu aku gak terima Bu" jelas Gavin lalu bangkit dari duduknya.

"Kadang aku bingung sama sikap Ibu ke Arga, sebenarnya Ibu sayang beneran gak sih sama Arga?" sambungnya lagi.

"Kalau ibu-"

"Jawaban ibu dari dulu selalu sama, kalau Ibu gak sayang udah Ibu buang Arga dari dulu, itu yang Ibu selalu bilang dari dulu tapi Ibu gak pernah tunjukin kata-kata sayang itu" sela Gavin, karena jawaban Ibu-nya selalu sama jika dirinya bertanya, apakan Ibu-nya menyayangi adiknya atau tidak.

"Ibu tau, diam-diam Arga cari Ibu kandungnya dan dia bilang sama aku kalau dia udah ketemu sama Ibu kandungnya. Berati ada kemungkinan kan Bu, kalau suatu hari nanti Arga bakal ikut Ibu kandungnya dan pergi dari sini" ucap Gavin lalu pergi meninggalkan Ibu-nya yang hanya diam tanpa membalas ucapannya.

..........

"Yuhuuuuuuu!!!..... Akhirnya bisa bebas juga gue" ucpa Arga merangkul pundak sahabatnya.

"Kaya habis keluar dari penjara aja lo" balas Agung lalu mendudukkan dirinya di bangku taman kota.

"Ya emang lo kan tau sendiri gue di penjara sama Ayah gue sendiri selama ini" ucap Arga berdiri di hadapan Agung.

"Lo bawa duit gak, pinjem gue lima ribu buat beli cilok"

"Lo ya, pergi izin atau kabur sama aja gak pernah yang namanya bawa duit, untung gue selalu bawa tapi cuma dua ribu" ucpa Agung mengeluarkan uang kertas dua ribu yang sudah lusuh dari kantong celananya.

"Dapat berapa dua ribu beli cilok"

"Dapat empat biji lumayan" ucap Agung menyerahkan uang dua ribunya pada Arga.

"Gak jadi lah, ya kali beli dua ribu apa kata tuh bocil yang lagi beli sepuluh ribu" ucap Arga lalu duduk di sebelah sahabatnya.

"Lo gak ada acara cari keributan atau keseruan apa gitu" ucap Arga, bosan juga jika hanya duduk di taman tidak ada yang menyenangkan.

"Ada tapi agak jauh lo mau gak?" balas Agung.

"Di mana? tapi lo yakini itu gak bosenin kan?"

"Gue jamin lo gak akan bosen, ayo kita ke sana" ajak Agung lalu mereka berdua pergi ke suatu yang lumayan jauh dari kota. Setelah perjalanan yang kurang lebih empat jam akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

"Ini tempat yang paling menyenangkan Ar" ucap Agung menghentikan motornya di sebuah gubuk.

"Rumah siapa ini Gung?"

"Ini namanya gubuk, biasanya petani istirahat di gubuk kalau habis kerja di sawah atau kebun mereka" balas Agung, dia mengajak Arga pergi ke sawah milik kakeknya yang jaraknya lumayan jauh dari kota.

"Ya terus ngapain kita di sini?"

"Mau ngapain lagi, bangunin kakek gua panen cabai tuh ayao kita ke sana" ajak Agung menarik tangan Arga "KAKEK LIHAT NIH CUCU KAKEK YANG PALING GANTENG SEJAGAT RAYA DATANG" teriak Agung sambil berlari menghampiri Kakek-nya yang sedang sibuk memetik buah cabai.

"Kenapa malah ke kebun, harusnya langsung ke rumah ayo pulang" ajek kakek Agung menghampiri kedua remaja itu.

"Teman aku mau belajar pertanian dia ada tugas sekolah jadi aku ajak dia ke sini" ucpa Agung lalu memperkenalkan Arga pada Kakek-nya.

"Oh, gitu jadi nak Arga mau belajar nanam apa di sini?" tanya Kakek pada Arga.

"Padi kek, Arga ada tugas tanam padi" jawab Agung.

"Kebetulan kalau gitu, di sawah kita yang ada di sebelah sana lagi proses tanam padi ajak teman kamu ke sana aja" ucap Kakek, tak membuang waktu lagi Agung segera mengajak Arga ke sawah yang sedang di tanami padi.

"Tunggu apa lagi Ar ayo nyemplung ke bawah" ajak Agung yang sudah turun ke sawah lebih dulu.

Dengan ragu-ragu Arga ikut turun ke sawah, setelah itu pekerja yang ada di sana pun mengajari mereka cari menanam padi "Agung lihat gue dapat apa" ucpa Arga menunjukkan keong sawah yang baru saja di dapatnya dari sawah sebelahnya.

"Wih, enak tuh Ar kalau di masak" ucap Agung.

"Serius lo? ayo kita cari yang banyak bawa pulang nanti" antusias Arga lalu beralih ke sawah sebelahnya untuk mencari keong sawah.

"Kalau yang ini bisa di masak juga gak?" tanya Arga menunjukkan telur keong yang ada di daun padi.

"Bisa Ar tapi tunggu dia jadi keong dulu baru bisa masak" balas Agung, setelah cukup lama mereka mencari keong di sawah hari juga sudah mulai senja mereka pun memutuskan untuk kembali pulang.

"Nanti gue kalau di tanya ibu gimana jawabnya" bingung Arga apa lagi bajunya sudah kotor penuh dengan lumpur sekarang.

"Ngapain bingung kan ada keong bilang aja habis cari keong beres kan" ucpa Agung.

"Pinter juga lo, kan ada buktinya ya udahlah ayo kita pulang" balas Arga lalu mereka pun kembali pulang ke kota.

ARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang