Di tengah malam Arga terbangun dari tidurnya karena mimpi buruknya, dia mendudukkan dirinya di atas kasur dengan napas memburu "Itu cuma mimpi gak mungkin jadi kenyataan," ucap Arga mencoba menenangkan dirinya. Di dalam mimpinya Bara menghajarnya habis-habisan bahkan Bara tidak perduli saat dirinya memohon ampun padanya, Bara terus memukuli dirinya sampai dirinya hilang kesadaran.
"Tenang Ar itu cuma mimpi Ayah gak mungkin mukulin lo sampai mati" gumam Arga menusap rambutnya sendiri dengan kasar, sekuat apapun dia berusaha untuk menenangkan dirinya namun hal itu tidak berguna ketika pikiran sudah di penuhi dengan bayang-bayang Bara yang tengah menghajar dirinya.
Arga turun dari ranjangnya lalu membuka lemari kecil yang ada di dekat meja belajarnya, dia mengeluarkan sebuah pisau kecil dari dalam lemari itu lalu menggoreskan pisau itu di lengannya, Arga tersenyum ketika melihat darahnya keluar dari lengannya. Cukup lama Arga membiarkan darahnya keluar begitu saja, setelah marasa puas dia mencuci lengannya lalu membalut lukanya dengan perban "Cuma ini yang bisa bikin gue tenang" ucapnya lalu membersihkan noda darahnya yang ada di atas lantai.
Setelah membersihkan darahnya, Arga keluar dari kamarnya menuju ruang keluarga, anak itu menyalakan tv di ruang keluarga lalu mengambil cemilan yang ada di dapur. Dia menikmati cemilan dengan menonton tv.
"Arga" panggil Alya yang ingin mengambil air minum namun di kejutkan dengan Arga yang sedang duduk sambil menonton tv.
"Tengah malam gini kenapa gak tidur?" tanya Alya menyalakan lampu ruang keluarga.
"Tadi kebangun gak bisa tidur lagi" jawab Arga tanpa mengalihkan perhatiannya.
Alya mendekati Arga lalu duduk di sampingnya. "Kenapa kamu sakit?" tanya Alya menempelkan punggung tangan ke dahi Arga.
"Gak cuma gak bisa tidur lagi aja" ucap Arga mematikan tv nya.
Alya meraih tangan anaknya. "Tangan kamu kenapa?" tanya Alya.
"Gak kenapa-kenapa" jawab Arga menepis tangan Alya.
Alya mengerutkan dahinya melihat sikap Arga yang berbeda tidak seperti biasanya "Kalau gak kenapa-kenapa coba Ibu lihat" ujar Alya kembali meraih tangan Arga.
"Gak ada yang perlu di lihat Bu" balas Arga menyembunyikan tangannya di balik punggungnya.
Tanpa sepatah kata lagi Alya menarik tangan Arga dan melihat dengan jelas lengan anak itu. "Sejak kapan tangan kamu luka?" tanya Alya melihat darah yang masih basah di perban lengan Arga.
"Bukan urusan Ibu" balas Arga melepas tangan Alya lalu bangkit dari duduknya, Alya kembali menahan tangan Arga.
"Bilang apa kamu barusan? Udah berasa bisa ngurus diri sendiri hmm?" tanya Alya menatap tajam Arga.
"Ada apa ini malam-malam ribut?" suara Bara membuat jantung Arga berdetak dua kali lebih cepat, Arga mencengkram lengannya yang terluka sehingga membuat darahnya kembali keluar melalui sela-sela jarinya.
"Arga apa yang kamu lakukan" pekikan Alya melihat tangan Arga sudah berlumuran darah.
"Kenapa tangan kamu?" tanya Bara berjalan mendekati anaknya, saat Bara mendekat Arga melangkahkan kakinya berjalan mundur.
"Arga!" bentak Bara membuat Arga berhenti menghindarinya.
Bara meraih tangan anaknya dengan kasar lalu membuka perban di lengan anaknya, melihat dengan jelas luka goresan di lengannya "Mau mati kamu?" tanyanya menatap anaknya dengan tajam.
"Bara!" bentak Alya menepis tangan suaminya lalu meraih tangan Arga.
"Ayo ikut Ibu" ajak Alya dengan lembut.
"Berani kau membentak ku sialan!" balas Bara menatap tajam istrinya.
Arga melepas tangan Alya lalu beralih menatap Bara "Boleh yah?" tanyanya dengan mata berbinar.
"Jangan dengerin kata Ayah kamu ayo ikut Ibu, udah malam kita tidur" ajak Alya menarik tangan Arga dengan lembut membawanya pergi dari hadapan Bara, hal seperti ini pernah terjadi saat Arga berusia tujuh tahun, setiap kali bermimpi buruk pikiran anak itu akan kacau, rasa takut yang berlebihan membuatnya menyakiti dirinya sendiri.
"Sini Ibu obati lukanya" ucap Alya meraih tangan anaknya lalu membersihkan darah yang ada di lengan anaknya, membalut lukanya dengan perban yang baru.
"Ganti baju kamu ibu udah siapin di kamar mandi" titah Alya.
"Aku gak mau tidur" balas Arga.
"Gak mau tidur gak masalah yang penting ganti baju dulu, lihat baju kamu kotor semua begitu," ucpa Alya lalu menyimpan kotak obat yang baru saja ia gunakan.
Arga menuruti perintah Alya, setelah mengganti bajunya Arga kembali duduk di tepi kasurnya. "Tadi itu cuma mimpi, mimpi gak akan jadi nyata. Mimpi cuma bunga tidur," ucpa Alya duduk di sebelah Arga.
"Kalau beneran gimana?" tanya Arga menatap Alya dengan mata berkaca-kaca.
"Gak, percaya sama Ibu?" Alya berusaha meyakinkan Arga, jika semua itu hanya mimpi buruknya saja dan itu tidak akan pernah terjadi di dunia nyata.
"Aku mau tidur sama Abang" ucap Arga bangun dari duduknya.
"Tidur di sini aja ibu temenin" ucpa Alya meminta Arga untuk berbaring di atas kasur, bukannya tidak mengizinkan Arga tidur dengan Gavin karena ia yakin Bara masih ada di luar, ia hanya tidak ingin membuat Arga semaikan kacau.
"Tadi Ayah marah," ucap Arga menyembunyikan wajahnya di pelukan Alya.
"Besok udah baikan lagi" balas Alya mengusap punggung Arga.
"Tapi tadi Ayah marah sama Ibu" ucap Arga mendongakkan kepalanya menatap Alya.
"Nanti ibu minta maaf sama ayah biar gak marah lagi, sekarang tidur besok sekolah kan?" ujar Alya yang di angguki oleh Arga.
Setelah cukup lama akhirnya Arga tertidur juga, dengan pelan-pelan Alya turun dari ranjang Arga lalu menyelimuti Arga setelah itu Alya keluar dari kamar Arga, baru saja Alya masuk ke dalam kamarnya sudah di sambut dengan tamparan suaminya.
Plak!
"Berani kau membentak ku hanya karena anak tidak berguna itu!" ucap Bara menatap istrinya penuh dengan amarah.
Alya mengusap pipinya yang terasa panas karena tamparn suaminya "Tidak berguna katamu? Kau lupa siapa yang sudah menyelamatkan putra mu? Arga, anak yang kamu bilang gak berguna itu, tanpa dia putra mu tidak akan selamat" balas Alya.
Bara menarik rambut Alya dengan kasar membuat Alya meringis kesakitan "Kau masih ada di rumah ini hanya karena Gavin jika bukan karena Gavin aku sudah membuat mu pergi dari rumah ini sejak lama" ucpanya lalu melepaskan rambut Alya dengan kasar.
"Jika Gavin tau-"
"Berani kau mengancam ku hmm?" ucap Bara mencengkram lengan Alya.
"Gavin tau maka putra kesayangannya mu itu tidak akan lagi melihat siang hari, kau pikir aku bodoh hmm? Kau menyayangi anak tidak berguna itu lebih dari dirimu sendiri" sambungnya lagi lalu keluar dari kamarnya menutup pintu kamarnya dengan kasar.
Alya menyandarkan tubuhnya di balik pintu kamarnya, mengusap air matanya dengan kasar, perilaku kasar suaminya sering kali ia alami apa lagi jika dirinya dengan terang-terangan membela Arga, maka bukan hanya dirinya yang mendapatkan kekerasan Arga pasti juga akan mendapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA
Teen FictionArga adalah remaja yang lahir dari hasil perselingkuhan sang Ayah yang di lakukannya dengan sengaja, sejak bayi tinggal bersama dengan Ayah-nya yang hanya memanfaatkan dirinya untuk obat sang kakak yang yang menderita penyakit anemia aplastik. hidup...