19

10K 736 31
                                    

Pagi ini Arga bangun lebih pagi dari biasanya, dia segera mandi dan bersiap-siap untuk menagih janji Gavin kemarin malam yang katanya akan membawanya ke rumah sakit untuk bertemu dengan Alya.

Selesai mandi, Arga pergi ke kamar Gavin.

"Abang." panggil Arga yang sudah masuk ke dalam kamar Gavin. "Abang ayo bangun!" ucapnya naik ke atas ranjang Gavin sambil menepuk-nepuk pipi Gavin.

"Abang"

"Hmm,... emang ini jam berapa?" gumam Gavin dengan mata terpejam.

"Jam setengah enam, ayo bangun nanti kita kesiangan." balas Arga menarik selimut Gavin lalu menjatuhkan selimut Gavin ke  lantai.

"ABANG!" teriaknya karena Gavin bukannya buang malah memeluk bantal gulingnya.

Mendengar teriakkan adiknya membuat Gavin membuka matanya, menatap adiknya yang tengah menatap dirinya dengan kesal. "Iya-iya ini udah bangun, emangnya mau keamanan sih? Ini juga masih pagi." ujar Gavin turun dari atas kasurnya.

"Aku tunggu di bawah, lima menit belum selesai juga, kita musuhan." ancam Arga lalu keluar dari kamar Gavin.

Arga turun ke bawah dengan menghentakkan-hentakan kakinya, membuat Bara yang sedang minum kopi mengalihkan perhatiannya ke arah tangga. "Kenapa kamu?" tanyanya melihat wajah Arga yang terlihat begitu kesal, padahal ini masih pagi.

"Abang tuh, kemarin udah janji di bangunin susah." jawabnya dengan sewot.

"Emangnya janji apa?" penasaran Bara, apa yang di janjikan Gavin sampai membuat Arga begitu kesal di pagi hari seperti ini.

"Rahasia Ayah gak perlu tau." balas Arga lalu meraih gelas kopi di atas meja. Dengan cepat Bara menahan tangan anaknya.

"Cicip sedikit, pelit amat jadi orang." ucap Arga meletakan kembali gelas kopi itu.

"Ayah." panggil Arga menatap Bara dengan serius.

"Hmm," dehem Bara tetap fokus pada ponselnya.

"Aku mau nanya sesuatu tapi janji Ayah jangan marah,"

"Hmm, tanya aja" balas Bara.

"Sebentar Ayah kenapa?" tanya Arga, ia ingin tau apa alasan Ayah berubah begitu baik pada dirinya saat ibunya tidak ada, kenapa tidak melakukannya saat Ibu-nya ada di rumah.

"Maksudmu?" Bara menatap anaknya, tak paham dengan maksud anaknya.

"Sikap Ayah, kenapa sikap Ayah berubah pas Ibu gak ada di rumah? Tapi kalau Ibu di rumah jangankan ngobrol di mata Ayah apa yang aku lakukan selalu salah." jelas Arga, dia memberanikan dirinya untuk bertanya langsung pada Bara, dari pada dirinya penasaran dengan sikap Ayah-nya selama ini.

"Kamu enggak perlu tau, yang perlu kamu lakukan belajar yang benar, dan kurangi kenakalan mu di luar." balas Bara lalu kembali fokus pada ponselnya.

"Perlu, aku perlu tau." ucap Arga.

"Kamu sarapan dulu mungkin Gavin masih lama, Ayah ada urusan di luar."  Bara lalu bangkit dari duduknya.

"Aku pernah ketemu Ibu kandung aku." ucap Arga menghentikan langkah Bara. Bara berbalik menghadap anak bungsunya.

"Siapa yang kamu temui itu?" tanya Bara menatap tajam Arga.

"Ibu kandung aku." ulang Arga balik menatap Bara tanpa rasa takut.

"Aku juga tau dia udah nikah dan punya anak." sambungnya lagi.

Bara tersenyum tipis, menepuk pundak Arga. "Apa yang kamu dengar belum tentu itu kebenarannya, lebih baik kamu belajar dan sekolah yang benar. Jangan buang-buang waktumu untuk mencari tau hal yang tak penting." ucapnya lalu pergi begitu dari sana.

"Kalau yang gue denger selama ini gak bener, lah gue anak siapa anjir. " gumam Arga lalu segera pergi ke rumah makan untuk sarapan sambil menunggu Gavin.

..............

"Arga." panggil Gavin lalu berjalan masuk ke dalam kamar adiknya.

"Kenapa?" tanya Arga lalu merubah posisi berbaring nya menjadi duduk di atas kasur.

"Gak jadi perginya? Abang tungguin dari tadi di bawah kenapa gak turun-turun?" tanya Gavin duduk di kursi belajar adiknya, tadi setelah sarapan adiknya pergi ke kamar, dia pikir adiknya akan siap-siap nyatanya adiknya malah santai-santai di kamarnya.

"Emang kita mau ke mana?"

"Mau ke rumah sakit jenguk Ibu, kamu lupa?" ujar Gavin memperhatikan adiknya apa ada yang salah dengan adiknya, kenapa begitu cepat lupa padahal baru tadi pagi adiknya membangunkan dirinya menagih janjinya kemarin dan siang ini sudah lupa.

"Oh, ke rumah sakit ayo." ajak Arga turun dari tempat tidurnya.

"Ayo kenapa malah bengong?" Arga melihat ke arah Gavin yang masih duduk di kursi meja belajarnya.

"Kita pamit dulu sama Ayah." balas Gavin lalu membawa adiknya ke ruang kerja Bara.

Tok tok tok

"Masuk." sahut Bara dari dalam ruang kerjanya, Gavin dan Arga pun masuk ke dalam ruang kerja Bara.

"Ada apa?" tanyanya setelah kedua anaknya berdiri di depan meja kerjanya.

"Mau pergi main/ ke rumah sakit jenguk Ibu" ucap keduanya bersamaan.

"Mau main apa pergi ke rumah sakit? Yang bener yang mana?" tanya Bara.

"Mau main" jawab Arga.

"Tadi katanya mau ke rumah sakit kenapa jadi main?" bisik Gavin pada adiknya.

"Ya kan bisa main dulu baru ke rumah sakit." balas Arga lalu beralih menatap Bara. "Boleh kan Yah, pergi main?" tanyanya pada Ayah-nya.

"Pergilah jam 4 harus udah ada di rumah" balas Bara.

"Yes! Makasih Yah." ucap Arga tersenyum manis pada Bara lalu pergi keluar dari ruang kerja Bara untuk siap-siap pergi beramin bersama dengan teman-temannya.

"Kamu mau ke rumah sakit? Ayo Ayah anterin" Bara lalu bangkit dari duduknya.

"Nanti aja Yah bareng sama Arga sekalian, katanya dia kangen sama Ibu." balas Gavin, tujuannya ke rumah sakit karena adiknya yang ingin bertemu dengan sang Ibu,  dirinya bisa kapan saja bertemu dengan Ibu-nya, sedangkan adiknya tidak bisa dirinya harus membantu adiknya tapi adiknya malah ijin pergi bermain dengan teman-temannya.

"Ya sudah kalau gitu." Bara kembali duduk melanjutkan pekerjaannya, sedangkan Gavin keluar dari ruang kerja Bara.

Sedangkan Arga sudah pergi sejak tadi, anak itu kali ini pergi sendiri tanpa teman-temannya.

"Kemana ya enaknya?" monolog Arga lalu menghentikan angkot yang kebetulan sekali lewat di jalan dekat rumahnya.

Setelah naik angkot dua kali Arga sampai di sebuah pusat perbelanjaan, anak itupun segera masuk ke dalam pusat perbelanjaan untuk membeli makanan, dan pergi ke tempat bermain. Tidak masalah sendirian lagi pula ini bukan pertama kali dia pergi ke pusat perbelanjaan seorang diri.

Setelah makan dan puas bermain Arga pun keluar dari pusat perbelanjaan itu, saat hari sudah hampir gelap."Gue harus pulang nih, tadi Ayah nyuruh gue pulang jam berapa ya?" monolog Arga sambil menunggu taksi yang di pesannya.

Sementara itu, di rumah Bara sedang menunggu Arga pulang dari tadi. "Pergi ke mana dia sampai lupa waktu seperti ini." gumam Bara melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan jam 19:00 Bara melihat ke arah luar ada taksi yang berhati di depan pintu gerbang rumahnya, Bara terus memandang taksi itu sampai Arga keluar dari dalam taksi.




ARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang