Setelah hampir tiga mingu di rawat di rumah sakit, akhirnya Gavin di perbolehkan pulang hari ini. Di jalan pulang mereka menyempatkan untuk makan siang di restoran lebih dulu.
Di pinggir jalan raya terlihat seorang kecil yang ingin menyebrang jalan raya, anak itu hanya seorang diri entah kemana orang tuanya. Arga yang melihat anak itu mulai melangkah kakinya ke jalan raya segera berlari menarik tangan anak itu.
"Kamu gak pa-pa?" tanya Arga memeriksa tubuh anaknya itu yang hampir saja keserempet sepeda motor.
"Hiks, mau sama Mama" tangis anak itu.
"Elah, pakai acara nangis lagi" ucpa Arga melihat ke sekelilingnya siapa tau ibu anak itu ada di sekitarnya, saat Arga sedang berusaha menenangkan anak itu tiba-tiba saja seorang wanita datang menghampirinya.
"Apa yang kau lakukan pada putra ku" tanya wanita itu mendorong tubuh Arga agar menjauh dari anaknya.
Arga menatap wanita itu, wanita yang ingin sekali ia temui sekarang wanita itu sudah ada di hadapannya.
"Bajingan!! Apa yang kau lakukan pada anak ku?" bentak wanita itu menyadarkan lamunan Arga.
"Aku cuma nolongin dia tadi pas mau nyebrang jalan" jawab Arga.
"Bohong, berandalan kaya mu pasti lagi memalak anak ku kan?" tuduhnya tidak percaya dengan ucapan Arga barusn.
"Arga" panggil Gavin dari sebrang jalan.
"Aku permisi Tan" pamit Arga segera menghampiri Gavin. "Kamu kalau mau pergi ke mana-mana tuh bilang jangan main ngilang gitu aja, lihat tuh Ayah udah marah-marah dari tadi" ucap Gavin lalu menggandeng tangan adiknya.
"Dari mana aja kamu?" tanya Bara berjalan menghampiri kedua anaknya.
"Habis dari sana" tunjuk Arga ke seberang jalan.
"Gak bisa kamu kalau mau ke mana-mana bilang dulu? itu kebiasaan buruk kamu yang suka kabur-kaburan dari rumah" marah Bara, mereka baru saja pulang dari rumah saikt dan mampir ke restoran untuk makan siang namun di saat yang lain belum selesai makan anak bungsunya yang katanya mau pergi ke toilet malahan menghilang entah kemana.
"Udahlah Yah jangan marah-marah gak enak di lihatin banyak orang" ucpa Gavin karena mereka masih berada di parkiran restoran.
"Yang bikin Ayah marah siap? Dia yang susah di bilangin" balas Bara lalu masuk ke dalam mobil lebih dulu.
"Masuk" ajak Alya, mereka pun masuk ke dalam mobil, sepanjang perjalanan menuju rumah mereka hanya saling diam, Arga yang terus memandang jalanan dari kaca jendela mobil mengingat tadi saat berhadapan langsung dengan ibu kandungnya.
Terlihat jelas dari tatapan wanita itu tidak menyukai dirinya lalu bagaimana jika wanita itu tahu pemuda brandalan ini adalah anaknya,
"Ar, kenapa?" tanya Gavin mengusap rambut adiknya.
"Gak kenapa-kenapa" jawab Arga lalu menyandarkan kepalanya di bahu Gavin. "Aku lapar tadi baru makan sedikit" sambung lagi.
"Salah kamu sendiri bilang mau ke toilet mala kelayapan" sahut Bara yang sedang mengemudi.
"Di mobil gak ada makanan yang bisa di makan?" tanya Arga menatap Gavin dengan wajah memelas nya.
"Ada tadi Abang udah beliin nasi sama ayam goreng buat kamu" balas Gavin lalu memberikan bingkisan makanan yang tadi di belinya di restoran.
"Selain itu gak ada?"
"Makan yang ada Arga jangan banyak protes" sahut Bara.
"Aku cuma nanya gak protes" jawab Arga.
"Arga!"
"Lah gue kan bener anjir salahnya di mananya coba, perasaan gue selalu salah di mata bokap gue" ucap Arga dalam hati.
"Udah makan aja sini Abang bukain" ucap Gavin lalu membukakan bingkisan makan adiknya. "Makan habisin Abang pesannya cuma setengah porsi tadi"
"Hmm" dehem Arga lalu mulai memakan makanannya.
............
"Arga" panggil Gavin masuk ke dalam kamar adiknya, dapat di lihatnya adiknya sedang duduk di kursi meja belajar "Ada PR?" tanyanya.
"Gak cuma belajar aja" jawab Arga mengalihkan perhatian sejenak. "Kenapa Bang?"
"Abang mau nanya tadi pas Abang panggil kamu di jalan tadi kamu lagi ngobrol sama siapa?" tanya Gavin penasaran dengan wanita yang tadi bicara dengan adiknya.
"Oh, dia Ibu dari anak yang aku tolong tadi, dia bilang terima kasih karena udah nolongin anaknya, jadi kita ngobrol sebentar" jawab Arga.
Gavin menganggukkan kepalanya mengerti lalu tampa sengaja dia melihat obat di atas meja samping ranjang adiknya. "Obat apa ini Ar?" tanya Gavin menunjuk plastik obat yang ada di atas meja.
"Obat sakit kepala" jawab Arga lalu menyimpan obat itu di laci.
"Kamu sakit? kapan? kenapa gak bilang sama Abang" tanya Gavin menatap khawatir pada adiknya.
"Cuma demam waktu itu lagian sekarang udah sembuh" balas Arga lalu kembali fokus pada buku belajarnya.
Gavin mengambil alih buku adiknya "Kapan kamu sakit?"
"Pas waktu Abang di rawat di rumah sakit" jawab Arga.
"Berati kamu bilang baik-baik aja itu bohong Ar?"
"Aku cuma gak mau membebani pikiran Abang, apa lagi Abang waktu itu baru operasi, lagian cuma demam biasa minum obat juga sembuh" balas Arga mengambil kembali bukunya dari tangan Gavin.
"Selain itu kamu bohong apa lagi Ar?"
"Gak ada, ayo turun sebentar lagi kita di panggil turun ke bawah" aja Arga lalu menyimpan bukunya.
"Abang yakin kamu masih sembunyiin sesuatu dari Abang, kalau kamu gak mau ngasih tau Abang yang cari tau sendiri" pungkas Gavin lalu keluar dari kamar adiknya lebih dulu.
"Abang" panggil Arga segera menyusul Gavin keluar.
"Ada apa Vin?" tanya Alya melihat anaknya berjalan dengan buru-buru menuruni anak tangga.
"Waktu Arga sakit kenapa gak ada yang ngasih tau aku? kenapa Ibu juga diam aja harusnya Ibu ngasih tau aku" ucpa Gavin.
"Waktu itu aku yang nyuruh Ibu buat gak ngasih tau Abang, lagin cuma demam biasa iya kan Bu?" sahut Arga menatap Alya memberi kode pada Alya agar mengiyakan ucapnya.
"Iya" jawab Alya, lalu pergi menuju ke ruang keluarga.
"Udahlah Bang yang penting kan sekarang udah sembuh" ucap Arga menepuk lengan Gavin.
"Kita ke rumah sakit besok" balas Gavin.
"Mau ngapain baru keluar mau ke sana lagi?" heran Arga kenapa Abang-nya yang suka sekali dengan rumah sakit.
"Mastiin kalau kamu baik-baik yang kemarin cuma demam biasa, kaya yang kamu bilang barusan" jelas Gavin.
"Yang bener aja Bang, orang udah sehat gini masih aja gak percaya"
"Bukan gka percaya tapi cuma buat mastiin"
"Terserah Abang aja sih tapi yang pasti besok aku mau pergi main keluar, aku udah izin sama Ayah dan Ayah udah ngizinin" ujar Arga lalu pergi menuju rumah keluarga.
"Tumben Ayah ngizinin Arga pergi main keluar, ada yang gak beres" gumam Gavin tidak biasanya Bara mengizinkan adiknya pergi keluar begitu saja, pasti ada sesuatu di baliknya, ada banyak hal yang sudah ia lewatkan dan dirinya harus mencari tahu apa saja yang sudah ia lewatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA
Teen FictionArga adalah remaja yang lahir dari hasil perselingkuhan sang Ayah yang di lakukannya dengan sengaja, sejak bayi tinggal bersama dengan Ayah-nya yang hanya memanfaatkan dirinya untuk obat sang kakak yang yang menderita penyakit anemia aplastik. hidup...