Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam Arga baru saja pulang ke rumah, dia masuk ke dalam rumah dengan cara memanjat gerbang belakang rumahnya. Setelah merasa aman dia masuk melalui jendela ruang tamu, setelah berhasil masuk dia segera pergi ke kamarnya sebelum ada yang melihat dirinya terutama sang Ayah.
Arga masuk ke dalam kamarnya yang masih gelap gulita, tiba-tiba saja lampu kamarnya menyala setelah dirinya menutup pintu kamar "Abang" gumam Arga melihat Gavin duduk di tepi kasur.
Arga berjalan menghampiri Gavin. "Abang nagpain jam segini belum tidur? nanti kalau Ibu tau Abang bisa di marahin" ujar Arga berdiri di depan Gavin.
"Dari mana?" tanya Gavin menatap tajam adiknya.
"Dari tempat biasa" jawab Arga lalu melepas jaketnya meletakannya di kursi meja belajar.
Gavin menarik lengan adiknya. "Berapa kali Abang bilang jangan pernah datang ke sana lagi! Buat apa kamu ke sana? gak ada gunanya Ar" marah Gavin ia tahu tempat itu. Tempat yang bisa saja membawa adiknya pergi jauh dari dirinya.
"Ada Bang ada gunanya makanya aku terus datang ke sana, karena itu ada gunanya buat aku" balas Arga melepas tangan Gavin.
"Aku mau mandi Abang istirahat udah malam, nanti ketahuan sama Ayah kita di marahin" sambung lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Gavin menghela napasnya lalu membaringkan dirinya di kasur sang adik "Lupain gak bisa ya Ar? kenapa Ar, kenapa harus ingat dia aja gak pernah ingat kamu" gumam Gavin memejamkan matanya.
"Lah tidur di sini ternyata" ucap Arga melihat Gavin sudah tertidur pulas di tempat tidurnya, Arga menyelimuti Gavin sebatas dada lalu membaringkan dirinya di sebelah Gavin.
"Selama malam Bang, mimpi indah" ucapnya lalu memejamkan matanya untuk menjemput mimpi indahnya.
Pagi kembali menyapa, aktivitas pagi seperti biasanya yaitu sarapan pagi bersama.
"Besok Oma mau datang ke sini, mungkin nginap satu malam" ucap Alya sambil menyiapkan sarapan untuk anaknya dan suaminya.
"Tumben ke sini bukan pas libur panjang?" tanya Gavin, biasanya Oma-nya akan datang berkunjung di hari libur panjang, karena mereka sering menghabiskan waktu untuk liburan bersama.
"Katanya kangen sama kamu jadi mau main ke sini sebentar" balas Alya. Gavin hanya mengangguk mengerti.
"Yah, besok kan Oma mau ke sini boleh kan aku pergi main" ujar Arga berharap Ayah-nya itu mau mengizinkannya untuk pergi bermain, lagi pula ini kesempatan untuk dirinya di tambah lagi sang Oma tidak menyukai dirinya. Makan kedatangannya kesempatan emas untuk dirinya bisa pergi keluar dengan bebas.
"Kamu ikut Ayah ke kantor, gak ada yang namanya pergi main keluar" ucap Bara menatap anak bungsunya yang duduk di seberangnya.
"Hari libur ngapin ayah ke kantor? di mana-mana hari libur ya libur Yah. Lagian Oma mau ke sini kenapa Ayah malah pergi, sebagai menantu yang baik harusnya Ayah menyabut Oma bukan malah pergi ke kantor" ucap Arga.
"Malam juga waktunya orang tidur, kenapa semalam kamu keluyuran?" balas Bara semalam ia melihat anaknya berjalan mengendap-endap melalui pintu belakang.
"Aku-"
"Apa, pergi ke mana kamu semalaman?" sela Bara menatap tajam Arga.
"Waktunya sarapan bukan untuk ribut, makan sarapan mu Arga" sela Alya lalu mendudukkan dirinya di kursi meja makan.
"Selamat gue pagi ini" batin Arga lalu mereka mulai sarapannya dengan diam.
Selesai sarapan pagi Bara pergi ke kantor sedangkan Arga dan Gavin mulai dengan belajarnya.
............
"Kenapa dari tadi Abang perhatiin kamu sering ngelamun? kamu ada masalah?" tanya Gavin, sore ini mereka sedang duduk bersantai di ruang keluarga.
"Aku lagi bingung." balas Arga sambil bermain game di ponselnya.
"Bingung kenapa?" tanya Gavin penasaran.
"Aku dapat alamat orang yang aku cari tapi ini Agung bilang di sana gak ada rumah adanya tanah kosong" jelas Arga lalu menyimpan ponselnya, dia beralih menatap Gavin dengan serius.
"Aku udah dapet alamatnya kemarin terus tadi aku minta teman aku buat cek ke sana, tapi dia bilang di sana gak ada rumah, berati aku di tipu dong?"
Gavin menghela napas lalu menyadarkan tubuhnya di sofa. "Bias gak kamu lupain aja Ar? lagian udah lama gak usah di cari lagi lupain aja bisa kan?"
"Gak bisa gitu Bang, gak semuanya bisa di lupain gitu aja. Lagian aku cuma mau tau gak lebih dari itu" balas Arga.
"Ada apa ini? serius sekali kalian berdua" ujar Alya memberikan buah untuk kedua anaknya.
"Lagi bahas soal pelajaran Bu, kaya biasanya Bu aku masih gak paham" jawab Arga menerima piring buah yang di berikan Alya.
"Besok Ibu mau ke pasar kamu mau titip sesuatu?" tawanya pada Arga.
"Mau jajanan pasar yang kaya waktu itu Bu" jawab Arga dengan antusias.
"Ada lagi?"
"Itu aja Bu" balas Arga lalu mereka berdua menikmati buah yang tadi di berikan sang Ibu.
"Setelah makan buah kamu siap-siap sebentar lagi Ayah pulang jemput kamu, buat nemenin Ayah makan malam di luar" ucap Alya pada Arga lalu kembali ke dapur untuk melanjutkan membuat kue.
"Lagi malas banget sebenarnya kalau harus ikut makan malam acara kantor" gumam Arga yang masih bisa di dengar oleh Gavin.
"Kalau gak mau bilang sama Ayah sekali-kali nolak gak pa-pa kan?" ujar Gavin, ia tahu adiknya tidak suka ikut ke dalam acara formal namun Ayah-nya sering kali mengajak sang adik.
"Yang ada aku di ceramahin, udah bosen denger ceramah Ayah" balas Arga lalu meletakkan sebagian buah di piring Gavin.
"Habisin Bang, sayang kalau di buang" ucapnya lalu pergi meninggalkan ruang keluarga.
"Aku gak perduli Ar siapa yang udah ngelahirin kamu yang jelas kamu adek kandung aku, kita satu Ayah dan itu udah jelas" gumam Gavin menatap punggung adiknya yang menghilang di balik tembok ruang keluarga.
"Apa aku bilang aja sama Ayah kalau Arga diam-diam cari Ibu kandungnya, tapi kalau Ayah marah gimana? Pasti Arga yang jadi sasarannya aku gak mau itu terjadi" ucapnya dalam hati. Gavin dan Arga satu ayah beda ibu tapi sejak kecil Arga sudah tinggal bersama dengan Bara dan istrinya, namun sang nenek salu mengingatkan dari mana Arga berasal karena hal itulah Arga mulai mencari tahu tentang ibu kandungnya yang katanya wanita malam.
Gavin sendiri tahu jika adiknya mencari tahu tentang ibu kandungnya sejak dua tahun yang lalu, adiknya selalu menceritakan semua informasi yang di dapatnya, Gavin pernah memintanya untuk berhenti mencari tahu ibu kandungnya karena ia takut akan kehilangan sang adik, tapi adiknya menolak permintaannya adiknya berjanji hanya ingin melihat wajah ibu kandung tidak lebih dari itu dan adiknya juga berjanji tidak akan meninggal dirinya sampai kapanpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA
Teen FictionArga adalah remaja yang lahir dari hasil perselingkuhan sang Ayah yang di lakukannya dengan sengaja, sejak bayi tinggal bersama dengan Ayah-nya yang hanya memanfaatkan dirinya untuk obat sang kakak yang yang menderita penyakit anemia aplastik. hidup...